-->

Type something and hit enter

On
advertise here


Shi Jin mengambil wine yang disempan Dae Young setelah kembali ke markas Mowuru.

Hujan turun. Mo Yeon masuk ke dapur, lagi-lagi ia akan pergi begitu saja.

“Ada… apa?” tanya Shi Jin.

Mo Yeon mau mengambil air.

“tapi kenapa langsung baik, tak ambil air dulu?”

“sepertinya kau mau sendirian dulu.”

“Tidak. Aku ingin kau menemaniku. Aku sudah tak pusing lagi sekarang. Masuklah ke sini. kemarilah”

Dan Mo Yeon mendekat. Shi Jin menawari Mo Yeon, mau minum air atau wine. Ia membuka tutup  wine dan memberikan botolnya pada Mo Yeon, ia mengambil gelas dan saat ia mau memberikannya ke Mo Yeon, Mo Yeon sudah meminum wine langsung dari botolnya.

Mo yeon memberikan wine ke Shi Jin, Shi Jin menjelaskan kalau pasukan yang bertugas tak diijinkan untuk minum alcohol.

“lalu kenapa kau mengeluarkannya?”

“Aku tadi mau minum tapi gagal karena ada saksi yang melihatku.”

Mo Yeon tersenyum. Lalu ia minta maaf karena menjadi egois tadi. Shi Jin ingin minta maaf duluan tapi keduluan Mo Yeon, ia meminta Mo Yeon menganggap kalau ia sudah minta maaf.

“Tidak.” Jawab Mo Yeon.

Ternyata ia Cuma bercanda karena beberapa detik kemudian ia tersenyum. Mo Yeon bertanya, bagaimana Shi Jin pulangnya?

“Jalan. Hanya aku yang bisa sampai di sini dengan berjalan kaki. ” Shi Jin berpindah ke depan Mo Yeon.

“Sepertinya tidak… aku melihatmu turun dari mobil tadi.”

“Kelihatan, ya? lalu, kenapa kau bertanya lagi?”

“Aku ingin mendengar leluconmu lagi.”

Shi Jin tersenyum. Mo Yeon memuji Shi Jin yang terlihat keren dengan seragamnya, meskipun pujiannyaini tak pantas bagi orang yang habis kena hukuman.

Shi Jin menatap Mo Yeon, bagaimana Mo Yeon bisa tahu kalau itu adalah seragamnya?

“Apanya yang bagaimana? Wanita sangat menyukai seragam itu.”

“Karena itulah aku suka jadi tentara.”

Mo Yeon kembali tersenyum dan meminum wine lagi. Shi Jin pengen. Shi Jin ingin menonton film dan minum bersama Mo Yeon. Mo Yeon merasa kalau itu akan menjadi kencan yang sempurna.

Shi Jin bertanya, apa Mo Yeon menonton filnya waktu itu. mo yeon tidak menontonnya. Shi Jin bertanya lagi, kenapa Mo yeon tidak menontonnya.

“Karena aku ingin menontonnya dengan seseorang. Dan aku sudah memikirkannya. Dan jika aku kencan bersama dengan pria tampan nantinya... aku tak boleh nonton film yang bagus. Aku selalu melihat majalah tentang film itu... Dan majalah itu akhirnya... mengingatkanku padamu karena film itu menggambarkan Yoo Shi Jin bagiku.”

Shi Jin tak melepaskan pandangannya untuk Mo Yeon. Mo Yeon minum lagi, ia mengira kalau Shi Jin beneran pengen minum. Mo Yeon memberikan botol wine-nya.

“Aku tahu cara lain untuk meminumnya.” Kata Shi Jin.

Shi Jin maju dan langsung mencium Mo Yeon agar dapat merasakan wine. Mo Yeon menutup matanya.

Shi Jin menyudahi ciumannya lalu mengambil botol wine di tangan Mo Yeon dan meletakannya di meja.

Matanya masih belum lepas dari Mo Yeon, Mo Yeon terus menatap kebawah setelah Shi Jin menyudahi ciumannya. Shi Jin akan mencium Mo Yeon lagi tapi Mo Yeon menggeser kepalanya ke samping.

Shi Jin pun menjauh. Mo Yeon masih belum bisa menatap Shi Jin, ia mengucapkan selamat malam lalu pergi membawa botol wine.

Saat Mo Yeon membawa mobil Daniel. Mo Yeon sudah di mobil, ia sedang menyetir. Lalu mengambil ponsel untuk menelfon Shi Jin. ia lengah sedikit dan tiba-tiba ada truck di depannya. Mo Yeon langsung banting setir untuk menghindar.

Karena jalanan berdebu ditambah habis dilewati truck, Mo Yeon jadi tak bisa melihat dengan jelas kalau di depan ada tikungan. Ia tetap lurus dan akhirnya mobilnya menabrak pagar pembatas jalan dan terus jalan menuju jurang. Untung mobilnya berhenti tepat di bibir jurang.

Mo Yeon gemetar, ia menangis menatap ke depan. nyawanya diujung tanduk sekarang.

“Oh,, bagaimana ini. bagaimana?” ucap Mo Yeon dengan sesenggukan karena menangis.

Shi Jin mengankat telfonnya. Mo Yeon lalu bicara, ia minta tolong.

Shi Jin masuk ke mobilnya, bertanya dimana Mo Yeon. memintaMo Yeon mengatakan apa yang dilihatnya. Mo Yeon mengatakan kalau mobilnya di bibir jurang.

“Apa kau mendengar suaraku?” tanya Shi Jin.

“Ya.”

“Tunggulah. Aku akan datang. Aku pasti menemukanmu.”

Shi Jin mematikan ponselnya dan langsung menjalankan mobil. Mo Yeon memanggil-manggil Shi Jin panic. Lalu ia membunyikan klakson mobil,,”Tolong aku. APa Ada orang? TOLONG!”

Lalu Mo Yeon merekam pesan untuk Ibunya..

“Jadi Omma, Hiduplah dengan uang asuransi. Maaf untuk mengatakan semua kata-kata kasar selama ini. Saranghae Omma.” Mo Yeon menangis.

Mo Yeon tak menyangka kalau ia akan mati dengan cara ini. dan ia terus menangis keras..

Tiba-tiba mobilnya terdorong lagi ke depan. Mo Yeon berpegangan kuat-kuat pada setir mobil. Shi Jin masuk mobil memelui pintu balakang.

Mo Yeon menoleh ke Shi Jin. Shi Jin melarangnya untuk pindah posisi. Ia memerintah Mo Yeon untuk membuka kaca samping mobil. Mo Yeon membukanya. Lalu Shi Jin pindah ke kursi depan.

Mo Yeon panic, kenapa malah pindah, mobilnya bisa jatuh ke jurang kalau Shi Jin maju. Shi Jin menyuruh Mo Yeon berbaring.

“Batu itu tidak akan mampu menahan mobil ini lebih lama. Aku akan menjatuhkan mobil ini.”

“Apa? Tidak mau.”

“Lihat aku.”

“Aku tak bisa melakukan ini.”

“Lihat Aku Dr. Kang!! (Shi Jin memaksa Mo Yeon untuk melihat ke arahnya). Lihat kedalam mataku. Kau bisa mempercayaiku. Pegang erat tanganku. Tutup matamu. Aku akan mengeluarkanmu dari sini. Aku berjanji.”

“tidak mau.”

Shi Jin tak menghiraukan penolakan Mo Yeon. Ia meminta Mo Yeon untuk melepaskan pedal rem. Mo Yeon tatap tak mau, ia tak bisa. Lalu Shi Jin memukul klakson dan Mo Yeon berteriak sambil menutup mata. Otomatis kakinya menjauh dari pedal rem. Kemudian Balon menggembung mungkin untuk perlindungan. Shi Jin melepas rem tangan dan mobil meluncur jatuh ke jurang lalu masuk ke dalam air.

Shi Jin mengajari Mo Yeon menggunakan walkie-talkie.  Saluran 7 untuk tim medis dan saluran 3 untuk tim Alpha. Lalu mereka mencobanya.

“Ini, aku, Big Boss, memanggil tim medis, over.”

Mo Yeon bertanya, apa big Boss adalah "nick-name" Shi Jin. tapi Shi Jin menyebutnya "Call-sign". Dan bertanya apa "Call-sign" Mo Yeon.

Mo Yeon berpikir, Shi Jin menyarankan "Ippunie (Cantik)".

“Yang benar saja.”

“Sedikit, sih.”

“Jadi maksudmu, aku ini hanya sedikit cantik saja?”

“Ya, sedikit.”

“Apa? Yang benar saja. Dasar.”

Dan mereka ketawa-tawa. Seseorang mengetuk pintu, Myeong Ju yang ternyata sedari tadi sudah masuk dan memperhatikan  mereka.

“Apa aku bisa mengganggu lovey-dovey kalian sebentar?” tanya Myeong Ju.

“Untuk apa kau ke sini? Bukannya kau ditugaskan di Taebaek?”

Myeong Ju menjawab kalau ia datang mau menikah dengan Shi Jin. shi Jin mengeurnya, kalau candaan Myeong Ju sudah kelewatan. Myeong Ju malah terus bercanda,,”apa candaanku itu membuatmu takut? WUA..”

Mo Yeon menekuk wajahnya.

Myeong Ju memberi laporan kalau mulai 20 Mei 2015 ia ditugaskan untuk bergabung dengan Medicube Mohuru. Dan mengakhiri laporannya dengan hormat.

“Seperti kau telah menyalahgunakan kekuasaanmu untuk bisa pindah ke sini.” Kata Shi Jin

“Hidupku juga tidak mudah karena telah mengalami ketidakadilan.” Balas Myeong Ju.

Merasa dicuekin. Mo Yeon pamit dengan membawa kotak walkie-talkie.

Myeong Ju menghentikannya, setidaknya Mo Yeon harus menyapanya. Lalu ia menawarkan untuk mulai bekerja sama dan melupakan masa lalu. Myeong Ju mengulurkan tangannya.

Mo Yeon tersenyum dan mengangkat kotak walkie-talkie, ia beralasan kalau tangannya lagi sibuk dan ia juga tak mau melupakan masa lalu. Lalu ia keluar.

Shi Jin hanya tersenyum.

Saat makan bersama antara tim medis dan tentara. Mo Yeon datang belakangan. Gi Beom sudah menyiapkan kursi khusus untuknya.

Disana aka cake. Mo Yeon tanya untuk apa. Min Ji menjawab kalau cake itu untuk pesta perpisahan.

“perpisahan untuk siapa?” tanya Mo Yeon.

“untuk kapten kami.” Jawab Srsan Choi.

“Kapten?” Mo Yeon baru sadar, ia melanjutkan “Maksudmu, Kapten Yoo?”

Sersan Choi membenarkan. Karena jangka bertugas Shi Jin sudah selesai maka dia akan dipulangkan besok. Mo Yeon speechless.

Shi Jin menyampaikan kalau ia akan pulang besok, tapi sepertinya Mo yeon sudah taho. Mo Yeon membenarkan, dan ia adalah orang terakhir yang tahu mengenai kepulangan Shi Jin. Shi Jin sebenarbnya ingin memberitahu Mo Yeon kemarin Sore tapi Mo Yeon malah lari.

“kau ingat?” tanya Shi Jin.

“Kau harusnya mengejarku. Jika kau memang bisa menyelamatkan Prajurit Ryan, kau pasti bisa mengerjarku.”

Shi Jin juga tak tahu kenapa, tapi melihat Mo yeon marah begitu, sedikit memberinya keuntungan. Mo Yeon menyalahkan pemikiran Shi Jin Itu.

“Apa pikiranmu masih belum jernih?”

Mo Yeon diam saja. Artinya benar. Lalu Shi Jin minta ijin untuk mengajukan pertanyaan karena mungkin ini kesempatan terakhir mereka untuk bertemu seperti ini.

“Ini tentang ciuman itu.”

“Tak perlu membahasnya lagi…”

“Lalu, aku harus bagaimana? Haruskah aku minta maaf… Atau mengakui perasaanku padamu?”

Mo Yeon diam sejenak. Lalu ia mengatakan pemikirannya. Shi Jin sangat mempesona tapi berbahaya. Dan karena Shi Jin berbahaya ia tak suka. Setiap kali ia melihat mata Shi Jin, ia terpesona.

Mo Yeon mengingat saat-saat pertemuan mereka dulu.

Mo Yeon berharap ada waktu lebih, jadi ia bisa menata pikirannya, menghilangkan ketakutannya dan menggunakan waktu untu berpikir Jika ia bisa menjadi kekasih dari pria yang mempesona tapi berbahaya. Jika Shi Jin tetap hidup dengan jalan seperti ini, ia tak bisa marah saat Shi Jin meningglkannya atau tak bisa melarang Shi Jin untuk tidak pergi. Ia merasa bodoh karena memiliki pemikiran rumit itu sendirian.

“kali ini.. aku akan membuat semuanya menjadi lebih mudah. Minta maaflah. Aku akan memaafkanmu.”

“Aku minta maaf. Semoga kau sehat selalu.Hormat!”

Dan Shi Jin meninggalkan Mo Yeon.

Mo Yeon mendapat SMS dari Ji Soo yang sudah menyiapkan wine untuk menyambut kepulangan Mo Yeon ke Korea. Mo Yeon menjawab kalau ia tak minum wine dengan perempuan, sebagai gantinya ia minta Ji Soo untuk menyiapkan pria untuknya, pria yang baik.

“Bagaimana dengan pria yang kau temui di belahan bumi lain? dia bukan tipemu setelah bertemu dengannya lagi?”

Mo Yeon mengetik balasan untuk Ji Soo.

Di Seoul, Shi Jin sedang menunggu Bis. Dan ia naik ke dalam bis. Jawaban Mo Yeon untuk Ji Soo menjadi naarasi.

Tidak. Dialah yang terbaik. Aku tak seharusnya menerima maafnya. Aku seharusnya menahannya. Dan aku seharusnya menyatakan cintaku. Aku satu-satunya orang yang melewatkan kesempatan itu. bagaimana bisa orang itu menyukaiku?

Tapi Mo Yeon tak jadi mengirimnya pada Ji Soo. Ia menghapusnya kembali.

Anak dari desa Urk keluar dari dalam tank temour. Ia merasakan sesuatu.

Kemudian burung-burung di pantai dan bukit berterbangan, semuanya.

Gempa pun melanda. Tim medis bergegas ke lokasi konstruksi. Sesampainya disana mereka hanya bengong melihat begitu banyaknya korban. Lalu mereka melakukn tugas mereka untuk mengobati orang-orang yang terluka.

Mo Yeon (Narasi): Aku telah diberikan titah untuk menjadi seorang dokter. Aku sudah berjanji... untuk mempertaruhkan hidupku untuk menyelamatkan umat manusia.

Dr Sang Hyun sedang menikmati makan malam seadanya dengan Gi Beom tapi ada keadaan darurat. Tanpa ragu ia langsung kesana meninggalkan makanannya. Gi Beom juga menyusul Dr Sang Hyun meninggalkan makanannya.

Kesehatan dan kehidupan pasienku adalah... prioritas utamaku.

Chi Hoon bersama Ja Ae berada dalam satu tim untuk menyelamatkan pasien.

dan menyelamatkan pasienku Tanpa memandang ras, agama, atau kebangsaan.

Para tentara bekerja sama untuk menarik sesuatu. Tapi pada akhirnya rantainya butus dan runtuhan bangunan kembali tertutup. Sersan Choi dan yang lain berada dalam kesuliatan.

Aku tak akan melepaskan tanggung jawanku... bahkan saat aku berada dalam ancaman.

Pasien Mo Yeon selanjutnya tidak terlalu parah. Mo yeon akan pergi setelah menempelkan plester. Pasien itu menarik tangan Mo yeon. Mo Yeon mengira kalau masih ada bagian lain yang sakit.

Kamera focus pada kaki Mo Yeon yang lecet-lecet kemudian pasien mencopot sepatunya dan memberikannya untuk Mo Yeon.

Aku telah menerima sumpah ini... dan menjadi hidupku... Dan atas nama kehormatanku.

Lalu kita diperlihatkan foto wisida Mo yeon saat kelulusan menjadi dokter.

Sersan Choi membawa pasien dengan tandu. Gi Beom bertanya, apa pasien itu mau di bawa ke Tim medis. Sersan Choi menggeleng. Gi Beom kembali masuk ke dalam tenta ia menggati angka 13  dengan 14. Itu adalah hitungan orang yang meninggal.

Kemudian tersengar suara helicopter.semuanya melihat kea rah datangnya helicopter. Dari dalam helicopter meluncurlah 6 tentara yang berjalan menuju ke arah mereka.

Mo yeon melihat Shi Jin diatara para tentara itu dan Shi Jin juga melihat Mo Yeon. Tapi Mo Yeon tidak bisa lama-lama disana karena ada seseorang yang mintanya untuk menolong temannya.
Shi Jin menerima hormat dari para anggotanya di Urk.

“Kalian sudah bekerja keras. Apa ada yang terluka?” tanya Shi Jin.

“Tidak ada, Pak!” jawab mereka serentak.

"Baiklah. Hanya ada satu hal yangperlu kalian ingat selalu. Jangan sampai kalian terluka. Jika kita terluka, Kita tak bisa menyelamatkan orang-orang yang perlu diselamatkan. Mengerti?

"Mengerti, Pak!"

Lalu Shi Jin memerintahkan mereka kembali ke posisi masing-masing.

Myeong Ju lari-lari menemui Dae Young. Dae Young lega bisa melihat Myeong Ju, sebelumnya ia sangat khawatir. Lalu ia akan menuju pos-nya.

Myeong Ju memanggilnya. Dae Young berbalik.

“Jangan sampai terluka. Ini adalah perintah. Kau harus laksanakan itu selamanya. Kau mengerti?” perintah Myeong Ju.

Dae Young menjawab dengan hornatnya dan Myeong Ju membalas hormatnya.

Mo Yeon berhenti karena tali sepatunya kepas. Ia meletakkan tasnya di samping. Kemudian seseorang meletakkan helm di samping kakinya lalu mengikatkan tali sepatunya.

Mo yeon mendongak, dia melihat Shi Jin di depannya. Mereka tak bicara apa-apa sampai Shi Jin selesai mengikat tali sepatu Mo Yeon.

Setelah ia selesai. Mo Yeon segera berdiri dan memakai tasnya kembali. Sampai saat ini mereka belum menatap satu sama lain. Shi Jin mengambil helmnya lalu berdiri.

“Syukurlah, kau tak terluka.” Ucapnya.

Dan barulah Shi Jin menatap mata Mo Yeon, ia minta maaf karena tak mengatakan salam berpisahan sebelum dia pulang kemarin.

“Aku tak bisa menemanimu. Jadi, aku mohon... hati-hatilah.” Lanjutnya,

“Kau... juga.”

Dan mereka melanjutkan berjalan ke arah berlawanan.


Gambar lengkapnya bis lihat-lihat lagi di sinopsis episode lengkapnya: [1-1]  [1-2] [2-1]  [2-2]  [3-1]  [3-2]  [4-1]  [4-2] [5-1]  [5-2]  [6-1]  [6-2]  [7-1] [7-2]  [8-1]  [8-2]  [9-1]  [9-2]  [10-1]  [10-2]  [11-1]  [11-2]  [12-1]  [12-2]  [13-1]  [13-2] [14-1]  [14-2]  [15-1]  [15-2]  [16-1]  [16-2  Final]


8 komentar

avatar

Kayanya ini rekapan momen momen berharga Shijin dan Moyeon ya..
Ntah kenapa, momen momen itu juga yang selama ini jadi kenangan tak terlupakan buatku.
Aih, om sutradaranya tau aja.
Ega jagganim, hwaiting!!
Gumawoso..

avatar

Ini ngomong2, kamu beneran begadang ya jam segini chinggu...
#akuyangmerisaukanmu
Jaga kesehatan ya.
Ommo, atau kamu lagi skripsi? Jadi ga enak udah minta kamu buat post...

avatar

Sejak DotS tayang, udah kebiasaan bangun dini hari, trus gak bisa tidur lagi..
Iya mbak, akhir-akhir ini emang lagi sibuk, makanya jarang balas komen.. BTW makasih perhatiannya ya..

avatar

hehe itu ngerecap nyambi sholat tahajud kah,,,anyway thanks a bunch for the recap cingu ^^

avatar

Makasih sinopsis edisi specialnya.. jd obat kangen karena masih susah move on dari Dots

avatar

Makasih mb ega....tetap menantikan recap disini....sy setia membaca....mmmuuacchh

avatar

Ada adegan pada saat preview 15 apa 14 yg shijin dan dr kang seperti di urk, itu ga ada ya di filmnya? Sama saat camping yg adegan kaos kaki "beradu" itu

avatar

Iya ata lia, aku juga lagi nyari2 adegan itu. Kirain bakal muncul di eps 16 setelah di eos 15nya ga ada.
Eh,di eps 16 pun ga ada!
Ega ya~ apa kamu tau?

Click to comment