Episode ini merupakan highlight Mo
Yeon-Shi Jin dari episode 1-6.
Saat pesawat penjemput datang. Baling-baling pesawat
menyebabkan selendang yang menutupi kepala Mo Yeon terbang. Lalu Mo Yeon
berjalan untuk mengambilnya. Tapi selendangnya malah ke arah sebaliknya.
Pesawat sudah mendarat dan pintunya terbuka. Dari
salam keluarlah 5 tentara keren. Shi Jin turun belakangan dengan memakai
kacamata hitam tapi kemudian ia jalan di depan memimpin mereka. Mo Yeon menatap
Shi Jin.
Mereka jalan terus ke arah Mo Yeon. Tentara yang
lain berhenti di depan Mo Yeon tapi Shi Jin jalan terus melewati Mo Yeon,
seakan tak mengenal Mo Yeon.
Shi Jin (Narasi): Sepertinya... takdir pertemuan itu telah salah menghampiri kita.
Mo Yeon menatap punggung Shi Jin..
Saat Gi Beom mencuri ponsel Dae Young. Saat itu, Shi Jin mengikuti Mo
Yeon keluar. Ia ingin menjelaskan semuanya.
“Dia mengatakan yang sebenarnya. Anak itu,,” Shi Jin mencoba
menjelaskan.
“Apakah pasienku itu anakmu?”
“Paseinmu itu... Dia mencuri ponsel temanku, karena itulah kami ke
sini mencarinya. Kami melihatnya dipukul oleh sekumpulan geng dan kami
membantunya.”
“Kau membantu pencuri yang telah mencuri ponsel temanmu? Aku lebih
percaya, bahwa kau lah geng itu.”
Mo Yeon menelfon polisi. Shi Jin menampik ponsel Mo Yeon lalu
menangkapnya saat ponsel akan jatuh dan membatalkan panggilan.
Shi Jin menjelaskan kalau ia tidak ingin terlibat dengan polisi. Mo
Yeon minta ponselnya kembali. Shi Jinn malah memasukkan ponsel Mo Yeon ke
kantung celananya sambil menjelaskan kalau ia dan temannya adalah seorang
tentara yang sedang liburan. Jika mereka ketahuan terlibat dalam kasus
kekerasan, itu akan sangat merepotkan. Akan ada banyak dokumen yang harus ia
isi. ia mohon kerja sama Mo Yeon.
Mo Yeon menolak menurut, ia gak peduli jika Shi Jin itu gangster ataukah
tentara, pokoknya ia minta ponselnya dikembalikan.
Saat menunggu di koridor untuk melihat rekaman CCTV. Mo Yeon mengajak Shi
Jin ke runag CCTV. Petugas menyuruh mereka menunggu 5 menit untuk mencari video
yang mereka ingin lihat. Mereka menunggu di koridor.
Mo yeon bersandar di koridor dan berpegangan pada besi yang tertempel
di dinding. Shi Jin juga melakukan hal yang sama. Shi Jin tak sengaja menyentuh
tangan Mo Yeon. Mo Yeon refleks dan langsung bersedekap. Shi Jin menjauhkan
tangannya.
Mo Yeon memulai pembicaraan, ia bertanya bagaimana Shi Jin bisa
mengenal Myeong Ju. Shi Jin menjawab kalau mereka masuk akademi militer yang
sama. Mo Yeong puas.
“Apa kau mau mengkonfirmasinya setelah identitasku tadi? Apa aku
terlihat seperti pembohong?” tanya Shi Jin.
“Pembunuh biasanya memang terlihat ramah.”
“Benar juga, sih.”
“Kau membuatku takut sekarang. Hanya ada kita di sini.”
“Jangan khawatir. Aku selalu melindungi wanita cantik, orang tua dan
anak-anak. Itulah prinsipku.”
“Baguslah. Aku salah satu dari prinsipmu.”
“Tidak, kok?”
“Yang aku maksud itu aku ini orang tua.”
Shi Jin tersenyum. Lalu Mo Yeon menanyakan nama Shi Jin. Shi Jin
menjawabnya kalau namanya adalah Yoo Shi Jin, dan ia bertanya balik. Mo Yeon
menyebutkan namanya. Shi Jin mengulurkan
tangannya untuk bersalaman.
Mo Yeon tersenyum,,”tak perlu berlebihan seperti itu.”
Saat Mo Yeon selesai menjahit luka Shi Jin di perut. Mo Yeon
menjelaskan kalau ia sudah menjahit luka Shi Jin dan bisa dilepas minggu depan. Mo Yeon menanyakan apa ada
rumah sakit di markas Shi Jin. Shi Jin mengatakan ada tapi ia maunya ke rumah
sakit ini walaupun jaraknya lebih jauh.
“Apa aku bisa datang ke sini tiap hari?” Tanya Shi Jin.
“Tidak perlu. Kau bisa datang 3 atau 4 kali seminggu jika kau ingin
cepat sembuh.”
“Apa kau mau menjadi dokterku?”
“Hanya untuk sterilisasi saja. Tak perlu dokter pribadi untuk itu.”
“Tapi, aku perlu. Terutama... jika dokternya itu cantik.”
“Jika kau memilih dokter berdasarkan penampilan mereka, kau tidak
salah pilih. Aku akan mengobatimu pukul 2 siang.”
“Dokter biasanya tak punya pacar. Karena mereka terlalu sibuk.”
“Tentara biasanya tak punya pacar. Karena mereka selalu berperang.”
“Siapa yang tahu?”
Saat Shi Jin membatalkan kencan mereka karena ada misi di Afghanistan,
saat itu ia dijemput helicopter di atap Rumah Sakit Haesung. Shi Jin minta maaf
karena ia tak bisa menepati janjinya. Lalu ada helikopter yang akan mendarat di
atap rumah sakit. Mo Yeon mengira kalau ada keadaan darurat dan menyuruh Shi
Jin untuk ke lantai bawah.
Shi Jin menjelaskan kalau helicopter tersebut untuk menjemputnya. Mo
yeon panic, apa terjadi perang.
Shi Jin menjelaskan kalau perang terjadi setiap hari tapi kali ini
bukan di korea jadi Mo Yeon tak perlu khawatir. Mo Yeon tak mengerti, kenapa
helicopter menjemput Shi Jin. Shi Jin akan menjelaskannya nanti.
"Tapi, berjanjilah satu hal. ita harus bertemu akhir pekan nanti.
Di suatu tempat selain di sini." Pinta Shi Jin
"Bagaimana dengan pengobatanmu?"
"Luka itu pasti akan sembuh. Dan menonton film bersama."
Mo Yeon diam saja. Helicopter sudah mendarat.
"Aku sudah tak punya waktu, aku butuh jawabanmu. Iya atau
tidak?"
“Iya.” Jawab Mo Yeon.
Shi Jin puas karena Mo Yeon sudah berjanji, ia akan memegang janji Mo
Yeon, lalu ia menuju helicopter.
Sebelum masuk ke helicopter, ia berbalik menatap Mo Yeon lagi. Mo Yeon
menatap ke arah helicopter yang semakin menjauh, Shi Jin juga terus melihat ke
bawah sampai Mo Yeon tak terlihat dari dalam helicopter.
Saat mereka janjian setelah Shi Jin menjalankan misi. Di luar rumah
sakit, Mo Yeon melakukan peregangan tubuh. Dan ternyata Shi Jin sudah
menunggunya, berdiri bersandar mobil. Shi Jin senyam-senyum melihat Mo Yeon.
Mo Yeon melihat Shi Jin, ia malu lalu menutup mukanya dengan tangan.
Lalu Shi Jin mendekati Mo Yeon.
“kenapa kau kesini agi sekali. Janjian kita masih 2 jam lagi. aku tak
salah, kan?” tanya Mo Yeon yang masih menutupi mukanya.
Shi Jin memang sengaja datang pagi-pagi. Ia menambahkan kalau ia
senang memiliki orang yang menunggunya. Tetap saja, Mo yeon menyalahkan Shi Jin
yang datang 2 jam lebih awal.
“Tapi,, kenapa kau menghindari kontak mata?” tanya Shi Jin, karena
sedari tadi Mo Yeon masih menutup mukanya.
“karena aku tak punya kepercayaan diri. Aku tak memakai make up saat
ini. aku harus pulang dulu untuk keramas dang anti pakaian.”
Shi Jin mengatakan kalau Mo Yeon tetap cantik saat ini. Mo Yeon
sedikit menurunkan tangannya.
“Iya kah? Apa karena inner beauty-ku? Apa aku tak usah mandi saja?”
tanya Mo Yeon.
Shi Jin lalu menyuruhnya untuk masuk ke mobil, ia akan mengantar Mo
Yeon pulang. Mo Yeon kecewa, jadi Shi Jin menyuruhnya mandi.
Kemudian mereka menonton film.
“ini adalah momen terbaik dalam menonton film. Tepat sebelum lampu
dimatikan.” Kata Mo Yeon.
“Ini momen yang paling mendebarkan dalam hidupku. Bersama seorang
wanita cantik dan lampu akan segera dimatikan.” Balas Shi Jin.
“maksudmu bukan wanita tua?”
“Oh, Aku pasti salah karena lampunya remang-remang.”
Shi Jin lalu mempermasalahkan Mo Yeon yang bicara nonformal padanya
tadi, ia menanyakan berapa umur Mo Yeon karena Mo Yeon tahu umurnya dari rekam
medisnya.
“Karena Oppa tadi menggodaku duluan.” Alasan Mo Yeon.
“Oh begitu rupanya. Aku Oppa rupanya.”
“Tidak kok. Aku bohong, aku Noona disini.”
“Kurasa tidak begitu, sini tunjukkan kartu identitasmu.”
Dan mereka tertawa. Lalu Shi Jin mendapat telfon untuk bertugas
padahal film-nya belum dimualai. Shi Jin minta maaf, ia mengatakan kalau ia
harus pergi dan mengajak Mo Yeon untuk nonton lain kali.
“Tidak, aku bisa menontonnya sendiri, kau bisa pergi.” Jawab Mo Yeon,
tapi bohong banget kalau ia gak merasa apa-apa. Tapi Shi Jin juga tak bisa
apa-apa karena ia beneran harus pergi.
Saat Shi Jin menunggu di depan rumah Mo Yeon karena saat itu Mo Yeon
harus mengisi acara TV. Shi Jin menunggu Mo Yeon di depan rumahnya. Mo Yeon
pulang dari acara TV. Shi Jin mendekat. Mereka tak bicara apapun.
Lalu mereka duduk berhadapan di kafe. Shi Jin minta maaf karena
meninggalkan Mo Yeon begitu saja waktu itu. Tapi Mo Yeon ingin mendengar
penjelasan bukan permintaan maaf, ia bertanya pergi kemana Shi Jin kemaren, apa
Shi Jin naik helicopter lagi. shi Jin menjawab tidak, ia tidak pergi jauh dan
ia dilarang untuk memberitahu orang lain kemana ia bertugas.
Hari ini sungguh berat bagi Mo Yeon. Tapi, sekarang dan mungkin
nanti... ia hanya akan memikirkan Shi Jin. 'Ke mana pria yang kusuka ini
pergi?', 'Apa yang sedang dia lakukan?' Tapi, bahkan setelah bertemu. Shi Jin tak bisa mengatakan apa-apa,
karena dilarang.
Shi Jin mengucapkan maaf lagi.
"Apa kau ini Pasukan Khusus?" tanya Mo Yeon
"Semacamnyalah."
"Kau bilang, kau melakukan pekerjaan buruh. Tapi, kau juga
memiliki luka tembak... itu artinya kau sudah tertembak. Jadi, apa kau juga
melakukan penembakan? Dan juga itu artinya... Kau bisa membunuh... ataupun
terbunuh. Itu adalah pekerjaanmu, 'kan? Apa kau hanya akan melawan orang-orang
yang jahat?"
Shi Jin tak menjawab, Mo Yeon melanjutkan kalau ia menghabiskan 12 jam
sehari untuk berjuang menyelamatkan orang. Itulah yang ia lakukan. Ia berjuang
untuk kehidupan. Tapi, yang Shi Jin lakukan itu... adalah melindungi orang lain
melalui kematian orang lain juga.
“Aku adalah seorang tentara. Tentara harus mengikuti perintah.
Terkadang apa yang aku anggap baik itu tak dianggap baik oleh orang lain.
Meskipun begitu, aku harus tetap menjalankan perintah. Selama ini... aku sudah
kehilangan 3 kawan selama menjalankan perintah." Jelas Shi Jin.
Kawannya itu tertembak tepat dihadapannya. Si Jin melanyutkan bahwa
alasan tentara melakukan apa yang mereka lakukan... karena itu adalah
kewajiban. ia mengatakannya dengan mengingat saat ia berjuang untuk menjalankan
perintah, juga saat perutnya disayat musuh.
"Aku dan juga keluargaku. Kau dan juga keluargamu. Dan semua
orang yang kita sayangi. Aku percaya bahwa aku berjuang untuk perdamaian dan
kebebasan tanah air kita." Lanjut Shi Jin.
Mo Yeon adalah seorang dokter. Ia percaya kehidupan itu suci, dan tak
ada hal yang bisa menggoyahkannya.
Shi Jin memahami, begitu rupanya.
“Maaf. Sepertinya, hubungan ini tak bisa berjalan lancar.” Ucap Mo
Yeon.
Shi Jin mengerti. Mo Yeon akan pergi.
“Senang bisa mengenalmu. Jaga dirimu baik-baik.” Shi Jin melepas Mo
Yeon.
Mo Yeon berjalan ke luar kafe. Shi Jin sama sekali tak menoleh ke arah
Mo Yeon begitu pula Mo Yeon.
[8 bulan kemudian]
Tim Alpha di urk. Mereka olahraga dipimpin oleh Shi Jin.
Mo Yeon sekarang sudah menjadi bintang televisi dan kayaknya ia
mempunyai acara sendiri. Ia sering tampil di TV.
Dan saat ia berjalan di rumah sakit, beberapa orang memotretnya.
Rapat dimulai, membahas mengenai relawan yang akan
ditugaskan ke Urk. Dan Ketua Han mengirim Mo Yeon ke sana sebagai ketua Tim
relawan Urk.
“Mungkin tidak ada hotel, tapi, kami sedang
membangun penginapan bersih di sana.” Lanjut ketua Han, bahkan ia yakin kalau
Mo Yeon akan setuju lalu semua tepuk tangan.
Kembali ke adegan di awal episode. Shi Jin berhenti tepat di samping
syal Mo Yeon. Ia menjelaskan pada tim medis kalau ia beserta Tim-nya yang akan
menjadi penjaga mereka. Taklupa ia memperkenalkan dirinya,,”Saya pasukan
Mowuru. Komandan Yoo Shi Jin. senang bertemu Anda.”
Selanjutnya adalah penjelasan dari Dae Yeon bahwa tim medis akan naik
pesawat bersama mereka menuju ke markas Mowuru. Lalu sersan Gong dan sersan Im
membagikan tas ransel militer. Dae Yeong menjelaskan kalau mereka hanya
diijinkan membawa tas ransel selama menaiki pesawat militer.
Dae Yeong melanjutkan kalau barang-barang mereka yang lain akan
dikirim melalui jalur darat dan akan sampai besok sore.
Shi Jin melihat ke bawah, lalu mengambil syal Mo Yeon. Ia berbalik
menuju Mo Yeon dan memberikan syal itu kembali tanpa sepatah katapun.
Sampai di markas Mowuru Urk, Mo Yeon jalan ke sekeliling markas, sepatunya
kemasukan kerikil dan ia berhenti untuk mengeluarkannya. Shi Jin mengeluarkan
paket dari mobil, dan lagi-lagi ia melewati Mo Yeon begitu saja.
“dia tidak melihatku atau dia pura-pura tak melihatku?” Mo Yeon
bertanya-tanya.
Shi Jin masuk kedalam, ia bersandar di dinding melihat ke arah cermin
yang memantulkan bayanyan Mo Yeon. Ia menarik nafas berat.
Kilas balik..
Saat di rumah Mo Yeon. Shi Jin menjawab kalau ia selalu memikirkan Mo
Yeonlayaknya pria sejati. Mo Yeon sedang menyalakan lilin, ia ingin kencan
pertama mereka menjadi kencan yang romantic, jadi ia akan menaruh lilin di atas
meja. Shi Jin akan memindahkan lilinnya. Mo Yeon tak mengijinkannya.
“Wanita itu harus menyiapkan pencahayaan. Cahaya api ini akan
membuatku terlihat cantik. Jangan bergerak. Aku sudah memperkiakan sudut
pandangmu sebelum aku memasangnya.”
Shi Jin tertawa dengan kelakuan Mo Yeon ini. Lalu Mo Yeon melihat
goresan diatas alis Shi Jin,,”apa kau terluka lagi? Apa kau melakukan kerja
buruh lagi?”
“Apa mungkin jika melakukan pekerjaan itu bisa melukai wajah?” Shi Jin
balik bertanya.
Jadi Mo Yeon salah. Shi Jin sengaja melukainya. Lalu Shi Jin bertanya,
apa Mo Yeon sebegitu sibuknya sampai tak punya waktu untuk keramas. Mo Yeon
menjelaskan kalau ia terus berada di ruang operasi.
"Aku sangat seksi saat memakai pakaian bedah. Memang hanya bagian
ini (mata) yang kau lihat, tapi aku terlihat seksi."
"Aku sungguh ingin punya pacar yang seperti itu. Apa dia sedang
tak bertugas? " Goda Shi Jin.
“Kau ini.”
Kilas balik selesai..
Shi Jin mengejar Mo Yeon setelah bercanda mengenai ranjau darat. Shi
Jin minta maaf. Mo Yeon menghindar. Shi Jin biasa bercanda seperti itu dan ia
tahu sudah kelewatan, ia sungguh minta maaf. Mo Yeon mengerti.
Lalu lagu kebangsaan korea berkumandang. Shi Jin memberi penghormatan.
Begitu juga tentara yang lain, mereka menghadap ke arah bendara yang sedang
dikerek. Tim medis meletakkan tangannya di dada. Mo Yeon masih diam saja. Lalu
Shi Jin membalik badan Mo Yeon sehingga menghadap ke bendera. Mo Yeon
meletakkan tangannya di dada dan Shi Jin kembali memberi hormat.
“senang bertemu kembali denganmu.” Kata Shi Jin.
Lalu saat mereka ke Pantai kapal karam untuk yang
pertama kalinya.
Dan mereka sampai di pantai. Disna ada kapal besar.
Shi jin menawarkan tangannya sebagai pegangan saat Mo Yeon turun tapi Mo Yeon
tak mengambilnya, ia bisa turun sendiri.
"Tempat ini pasti tak pernah dijamah. Tapi,
kenapa kapal ini bisa ada di sini? Indah sekali." Ujar Mo Yeon.
"Kau bisa kembali ke sini lagi."
Shi Jin mengambil batu. Ia menjelaskan kalau menurut
kepercayaan penduduk sekitar, oaring akan bisa kembali ke pantai itu lagi jika
membawa pulang batu dari pantai itu. ia
memberikan batu itu untuk Mo Yeon.
Mo Yeon tahu pasti Shi Jin berbohong karena jika itu
benar, maka taka da batu yang tersisa di pantai itu. shi Jin menambahkan kalau
orang yang kembali lagi ke pantai itu harus menaruh batu kembali ke tempatnya.
Mo Yeon mengerti, kepercayaan yang Indah baginya dan kapal karam juga indah. Ia
mau masuk ke dalam.
Shi Jin mengikuti Mo Yeon. Mo Yeon kembali bertanya,
kenapa kapal itu bisa karam. Shi Jin menjawab kalau kapal itu kena sihir,
sesuatu yang kena sihir akan berakhir menjadi sesuatu yang indah. Mo Yeon
berbalik dan menatap Shi Jin.
"Apa kau pernah terkena sihir?"
"Iya. Kau akan tahu nanti."
Saat operasi Presiden Arab, Mo Yeon dan
memerintahkan tim-nya untuk menyiapkan ruang operasi.
Pengawal VIP tak bisa mengijinkannya. Dokter
presiden akan tiba dalah 1 jam.
“Apa maksudmu? Dia bisa meninggal dalam 1 jam. Jika
aku tak mengoperasinya sekarang... mungkin hanya 20 menit.” Jelas Mo yeon.
Pengawal tetap ngeyel, ia tak bisa mengijinkan
sembarang orang untuk mengoperasi pemimpin Arab. Mo Yeon kembali memaksa.
Pengawal mengeluarkan pistol kea rah Mo Yeon. Tim Alpha bersiap siaga. Shi Jin
menahan Tim-nya. Ia pelan-pelan mengambil pistolnya.
Mo Yeon menyuruh Timnya mundur, ia mengerti, ia tak
akan mencoba mengubah aturannya. Tapi begitu ia mengangangkat tangannya, VIP
akan mati.
Shi Jin mendengarkan perintah Ketua Park,,” Dengar
baik-baik. Hidupnya bukanlah hal yang penting sekarang. Tapi, siapa yang akan
bertanggung jawab atas insiden ini. Biarkan orang Arab itu yang memutuskan
semuanya. Jika Presiden meninggal, kita juga bisa melemparkan... masalah ini
pada dokter yang tak melakukan operasi. Kita, para pasukan tak akan bertanggung
jawab atas insiden ini. Ini adalah perintah.”
Shi Jin memberi kode pada Dae Yeong karena mereka
berdua bisa mendengar perintah ketua Park dari headset masing-masing. Shi Jin
bertanya pada Mo Yeon.
"Apa kau... bisa menyelamatkannya?"
"Apa? Aku tak akan bisa menjamin hal itu, Tapi,
dia mengalami..."
"Aku tak peduli dengan diagnosismu itu. Jawab!
apa kau bisa menyelamatkannya? Jawab aku sebagai dokter."
Ketua Park: "Apa yang kau lakukan?"
Shi Jin pada Mo Yeon: "Jawab aku!".
Mo Yeon : "Aku bisa menyelamatkannya."
Shi Jin : "Kalau begitu, selamatkan dia."
(Sambil mematikan headsetnya.)
Dan mereka saling mengacungkan senjata
masing-masing.
Shi Jin menegaskan pada pengawal kalau keselamatan pasien adalah prioritas
utama. Pengawal membalas kalau Shi Jin pasti tahu dengan jelas apa yang sedang dilakukannya dan apa akibatnya.
“Kau juga melakukan tugasmu. Dokter akan menyelamatkan pasiennya dan aku akan melindungi apa yang harus aku
lindungi.”
Lalu dibawalah pasien ke ruang operasi. Shi Jin berbalik untuk melihat
Mo Yeon membawa pasien.
Di markas Taebaek.
Shi Jin memakai seragam lengkapnya. Komite disiplin
menyampaikan kalau mereka memutuskan untukmengurangi gaji Shi Jin selama 3
bulan kedepan. Shi Jin tak keberatan.
“Dan juga, kau akan dikeluarkan sebagai kandidat
dari promosi pemimpin skuadron.” Lanjut komite disiplin.
Shi Jin juga tak keberatan.
Mo Yeon datang setelahnya, ia melayangkan protes
pada Letnan Park. Ketua Park menggebrak meja lalu berdiri. Ini bukanlah
pengadilan, Mo yeon tak tahu hukumannya. Ketua menjelaskan kalau hukuman Shi
Jin adalah pengurangan gaji selama 3 bulan dan dikeluarkan dari kandidat
promosi,,”apa kau bisa bertanggung jawab dengan hukuman itu?”
Shi Jin masuk kedalam, ia minta maaf pada Ketua park
dan menarik Mo Yeon keluar.
Shi Jin membawa ke sebuah bukit. Shi Jin menegur Mo
Yeon, kenapa Mo Yeon selalu melakukan hal yang tak berguna. Mo Yeon merasa
kalau ia sudah mengacaukan hidup seseorang.
“Ini bukan karena kau. Apa kau pikir aku
melakukannya hanya untuk menyelamatkan seorang wanita? Apa kau ingat... luka
tembak saat kita pertama kali bertemu dulu? Salah satu atasanku pernah berkata
padaku pada hari pertamaku sebagai Kapten Pasukan Khusus. "Tentara akan
selalu hidup dengan menggunakan kain kafan. Saat kau mati di negeri antah
berantah demi kepentingan Bangsamu, tempat kematianmu itu akan menjadi
kuburanmu. Dan seragammu akan menjadi kain kafanmu. Kau harus ingat itu selama
kau memakai seragammu itu. Jika kau menanamkan prinsip itu, kau akan mati
secara terhormat, di mana dan kapan pun itu." Dan aku menyerahkan hidupku untuk dia. Dan
saat itulah aku mendapatkan luka tembak itu. Seberapa kecil atau besarnya
keputusanku itu, Termasuk rekan, kehormatan dan juga kawajiban. Semuanya sama
saja bagiku. Aku telah membuat keputusan atas dasar prinsip itu.. dan aku tak
menyesali keputusanku. Tapi, hanya karena prinsip itu... pelanggaran hukum
militerku tak akan dihapus. Karena dunia militer punya hukumnya sendiri. Dan
karena itu pula, kau tak perlu ikut campur, Dr. Kang.”
“Maaf... karena kekhawatiranku... telah
mengganggumu.”
Dan Mo Yeon pergi meninggalkan Shi Jin, ia membawa
mobilnya. Dalam perjalanan Mo Yeon menangis.
Gambar lengkapnya bis lihat-lihat lagi di sinopsis episode lengkapnya: [1-1] [1-2] [2-1] [2-2] [3-1] [3-2] [4-1] [4-2] [5-1] [5-2] [6-1] [6-2] [7-1] [7-2] [8-1] [8-2] [9-1] [9-2] [10-1] [10-2] [11-1] [11-2] [12-1] [12-2] [13-1] [13-2] [14-1] [14-2] [15-1] [15-2] [16-1] [16-2 Final]
5 komentar
Akhirnya..
Akhirnya....
GUMAPTA CHINGU YA~
jd mewek,terharu, akhirnya kamu post.in eps spesial nyah.
Hwaiting!!
GUMAWO...
AHH GA BOSEEEN2,,,TETEP CINTAAA...
mksh eoni...
ada sinop episod spesialnya mksh chingu^^
Episode spesiial tuh isinya rekapan episode2 yah?????
Thx udah mau recap eps specialnya meski flashback ulang, tp senang... Blm bisa move on dari DoTS... Semangat mbak hingga eps special 3