Mo Yeon mulai menjahit luka Shi Jin. ia bertanya, bagaimana Shi Jin
bisa terluka. Shi Jin menjawab ia terluka saat penyelamatan reruntuhan tadi. Mo
Yeon tersenyum.
“Aku baik-baik saja.” Ujar Mo Yeon.
“Kau mendengarnya? Aku bertanya sangat pelan tadi.”
“Ya. "Pelan" yang "keras".”
Shi Jin senang Mo Yeon bisa ada di sana. Ia berterimakasih pada Mo
Yeon yang mau berjuang di sana bersamanya.
"Aku juga, terima kasih, Kapten." balas Mo Yeon.
Shi Jin tak berniat jahat pada Mo Yeon tadi. Mo Yeon tahu hal itu. SHi
Jin penasaran, kok Mo Yeon tahu
"Menurutmu sudah berapa tahun aku menjadi dokter? Seseorang yang
melihat lebih banyak kematian dari seorang tentara adalah seorang dokter yang
memegang pisau." jelas Mo Yeon
Jika kata-katanya tadi tidak berguna, Shi Jin menyuruh Mo Yeon untuk
melupakannya saja. Tapi... ia sungguh tak ingin Mo Yeon terluka. Itulah yang ia
rasakan.
"Kalau begitu, tak perlu menyemangatiku lagi, dan kau bisa
melakukan keahlianmu saja, Kapten."
"Keahilianku? Apa maksudmu?"
"Melawak. Karena sepertinya, aku membutuhkan lawakanmu sekarang
ini."
Shi Jin berkata kalau Mo Yeon sangat cantik sekarang. Mo Yeon membalas
kalau Shi Jin tak sedang melihatnya sekarang. Shi Jin sudah melihat Mo Yeon
tadi, Mo Yeon selalu saja cantik.
"Matamu itu bagus sekali." balas Mo Yeon.
"Aku hanya bercanda."
Mo Yeon tersenyum. ia sudah selesai menjahit luka Shi Jin.
"Aku sangat merindukanmu."
Mo Yeon membeku,
Shi Jin melanjutkan,, "Apapun yang aku lakukan, aku selalu saja
memikirkanmu. Aku memaksa diriku, aku berusaha keras. Aku minum dan mencoba
semuanyanya. Tapi, percuma karena aku masih merindukanmu. Apa kau tak menyangka
aku akan mengatakan ini? Kalau begitu, dengarkan aku. Karena aku sedang tidak
bercanda sekarang."
Mo Yeon menyalakan lilin sebagai penghormatan untuk korban yang
meninggal. Total korban yang meninggal
adalah 18 orang dan yang terluka 41 orang.
Mo Yeon keluar dari markas sambil menangis. Shi Jin mengikutinya dari
belakang. Mo Yeon melarang Shi Jin melihat ke wajahnya. Mo Yeon bertanya,
dimana tempat gelap/redup di sekitar sana?
“Mmm… biasanya itu kalimat yang diucapkan pria.” Balas Shi Jin.
“Lalu.. haruskah aku mencoba yang terbaik untuk menjadi ‘’tempat redup’’? “
Mo Yeon tersenyum tipis. Shi Jin mengatakan kalau Mo Yeon sudah
melakukan hal baik hari ini tapi itu malah membuat air mata Mo Yeon kembali
keluar.
“Aku butuh mendengar jawabanmu sehingga aku bisa mengusap airmatamu,”
Mo Yeon masih terisak. Shi Jin menyuruh Mo Yeon untuk melihat ke
arahnya, Shi Jin menunjuk ke langit, Mo Yeon mengikuti arah telunjuk Shi Jin
dan ia melihat lagit berbintang yang sangat indah.
“Wah.. benar-benar tak punya malu, tanpa tahu apa yang telah terjadi
di bumi…” ucap Mo Yeon yang sudah berhenti menangis.
Reaksi Mo Yeon diluar dugaan Shi Jin, ia mengira kalau melihat bintang
akan menghibur Mo yeon.
“Aku sudah menerima penghiburan darimu, kapten.”
Lalu mereka saling pandang. Mo Yeon berterimakasih karena Shi Jin
sudah kembali, jika Shi Jin tak ada hari ini, mungkin ia sudah melarikan diri.
“jika kau punya rencana kabur, ayo kabur sama-sama. karena akan lebih
menyenangkan jika wanita dan pria kabur bersama-sama.”
Dan sekali lagi, candaan Shi Jin ini membuat Mo Yen tersenyum.
Shi Jin mendatangi asal lagu di putar, disana cuma ada Daniel seorang.
ia bertanya, Lagu apa berikutnya?
"Entahlah, Dr. Kang yang memilih lagunya."
dan tiba-tiba terputar suara rekaman Mo Yeon saat terjebak di tepi
tebing. saat Mo Yeon merekam pesan untuk Shi Jin.
"Aku tahu, keadaan seperti
ini pasti akan terjadi di sini, aku harusnya tidak ke sini. Kau akan
menyelamatkanku kan, Yoo Si Jin? Kau tak datang, ya? Sepertinya aku akan jatuh
sebelum kau sampai di sini. Meskipun begitu, Yoo Si Jin, kau adalah orang yang
pertama yang akan menemukan jasadku nanti."
Shi Jin mendengarkan baik-baik rekaman Mo Yeon. Perhalan senyum
mengembang di bibir Shi Jin.
"Tapi, jika aku tahu aku
akan mati seperti ini, harusnya aku memberitahumu perasaaanku yang sebenarnya.
Aku merasa bahagia bisa dicium oleh pria yang sangat tampan. Hatiku merasa
sangat bahagia."
Mo Yeon
terus berlari sekuat tenaga menuju ke ponselnya. Ia harus menaiki tangga dulu
untuk mencapai tempat ponselnya karena ruangan speaker ada di lantai 2.
Mo Yeon keluar dari medicube. Ia kaget saat melihat ada tentara lewat,
ia pun ura-pura sedang peregangan. Kemudian ia sembunyi-sembunyi saat mau
berjalan, ia berusaha menghindar dari berpapasan dengan orang-orang.
Iapikir sudah tak ada yang lewat, ia pun lega dan berjalan seperti
biasa, namun tiba-tiba ada dua orang tentara dari arah yang tadi tak terlihat.
Mo Yeon refleks berbalik arah dan sialnya ia malah berpapasan dengan Myeong Ju.
“Apa yang kau lakukan?” tanya Myeong Ju.
“Aku tak melakukan apapun.”
“Kau sedang melakukan sesuatu.” Bantah Myeong Ju. Lalu ia menambahi
kalau Mo Yeon terlihat sedang mencoba bersembunyi dari keadaan memalukan.
Mo Yeon menyuruh Myeong Ju untuk lanjut pergi ke tujuannya saja.
Myeong Ju berujar kalau Mo Yeon sangat berani, bagaimana bisa Mo yeon berpikir
untuk mengencani Big Boss dari Tim Alpha.
Mo Yeon mulai serius, ia menanyakan apa Myeong Ju tak apa jika
memiliki kekasih seorang tentara. Apa tak khawatir kalau kekasih tersebut akan
meninggal atau terluka kapanpun. Karena sejauh yang ia tahu, Dae Young juga
mempunyai pekerjaan yang sama berbahayanya dengan Shi Jin.
“sejujurnya, dia memasuki daerah musuh … untuk menyelidiki perang,
mengumpulkan informasi, membebaskan sandera, dan hal berbahaya lainnya yang
mengancam jiwanya… tapi aku tak takut tantang pekerjaanya. Aku hanya takut
terpisah darinya. Jadi tak ada yang perlu aku takutkan karena kita bersama
sekarang. Simpelnya.. aku tak memiliki ketakutan. Itulah perasaanku.”
Setelah menjelaskan panjang lebar, Myeong Ju pun pergi.
Saat di truck petani, Shi Jin menanyakan jawaban yang diberikan Myeong
Ju pada Mo Yeon.
"Letnan Yoon mengatakan berpisah dari pacarnya....membuatnya
lebih khawatir." jawab Mo Yeon.
"Bagaimana dengan kita? Akankah kita....berpisah segera? Apa
namamu ada pada daftar orang-orang....yang kembali ke Korea?"
Mo Yeon menjawab Tidak, ia akan tinggal. Shi Jin menduga pasti bukan karenanya.
"Benar. Aku tinggal karena kau. Aku ingin....menghabiskan lebih
banyak waktu denganmu. Kupikir aku baru saja menyatakan perasaanku. Haruskah
aku meminta maaf?"
"Lalu aku harus bagaimana?"
Dan Shi Jin menarik Mo Yeon lalu menciumnya.
Setelah Shi Jin menyudahi ciumannya giliran Mo Yeon yang menarik Shi
Jin.
Mereka sampai di markas, suasana romantic masih menyelimuti, bahkan
lampu yang di bluraja bentuknya love. Tapi mereka jadi canggung banget.
"Kau memiliki hari yang panjang. Aku harus pergi ke barak untuk
absen malam." Kata Shi Jin.
"Kau melalui banyak hal, juga.
Aku harus memeriksa pasien."
Mereka mengucapkan salam, Shi Jin menghormat dan Mo Yeon menunduk.
lalu mereka berjalan berlawanan arah, rambut Mo Yeon dan SHi Jin
sama-sama ada jeraminya.
Dr sang Hyun dan Ja Ae melihat mereka berpisah.
"Mereka akan merasa sangat malu nanti." Ujar Ja Ae.
"Mereka pasti merasa sangat bahagia tadi." Balas Dr Sang
Hyun.
Ja Ae ingin memisahkan mereka. Tapi Dr Sang Hyun ingin membandingi
mereka.
Ucapan Dr Sang Hyun itu mendapat tatapan tajam dari Ja Ae,
"Apa?" Tanya Dr Sang Hyun.
"Aku ingin menghajarmu."
Mo Yeon memanggil Sersan Mayor Seo yang mendapat kiriman paket dari
Shin Ji Young.
"Kau dimana? ofer." Jawab Dae Young Kaget.
Dae Young sedang bersama Shi Jin, mereka memeriksa berkas-berkas. Mo
Yeon mengatakan kalau ia ada di Kantin barak. Shi Jin langsung melemparkan
berkas-berkas tersebut untuk berlari ke Mo yeon. Dae Young mengikutinya di
belakang.
Myeong Ju yang sedang di medicube juga ikutan berlari ke Mo Yeon.
Dae Young dan SHi Jin larinya kenceng buanget, mungkin bisa kali
mengalahkan atlit lari.
Mo Yeon mengocok kotak paket Dae Young. Myeong Ju sampai di sana
duluan, ia harus memeriksa paket tersebut, Ia membaca pesan di atas kotak
paket.
"'Oppa, kau harus kuat' dengan hati merah?'Aku merindukanmu oppa'
dengan hati lagi? Dan suara cekikikan?" Myeng Ju tak bisa mempercayai hal
ini.
Mo Yeon bertanya, Apa Dae Young punya saudara perempuan?
"Dia anak tunggal!" Bentak Myeong Ju.
"Itu bukan salahku." balas Mo yeon.
lalu Myeong Ju membuka paketnya, dan disana ada surat di dalam surat
itu ada foto. Mo Yeoen kaget karena ada foto Si Jin di sana
"Pada hari aku bertemu Si Jin . Aku akan mengirim kenangan
kita." isi suratnya.
"Beraninya mereka. Letnan Yoon. Keluarkan pistolmu."
perintah Mo yeon.
Shi Jin dan Dae Young sampai. Shi Jin mengatakan kaleu mereka salah
paham.
"Salah paham? Aku memiliki foto kalian berempat tampak sangat
manis." Jawab Myeong Ju.
"Aku melihat senyum kalian melalui foto ini." Tambah Mo
Yeon.
Shi Jin membantah, ia tidak tersenyum. Memang kelihatannya begitu,
tapi tidak. "Iya kan?" sambil menyenggol Dae Young
"Dia sepupuku. Kau tahu sepupuku Seorang pramugari." Jawab
Shi Jin.
"Jadi sepupumu mengirimkan paket tapi kalian berdua berlari
kesini?" tanya Mo Yeon.
"Karena mereka berdua bersenang-senang." Jawab Myeong Ju.
Lalu Myeong Ju bertanya, siapa yang seoupunya Dae Young dan menyuruh
mereka menjawab sama-sama. yang kiri atau kanan.
Shi Jin menjawab kiri dan dae Young menjawab kanan. lalu mereka
mengulangi jawaban lagi, Shi Jin kanan dan Dae Young kiri.
"Aku mengatur kencan buta untuk Kapten Yoo. Tidak lebih dari
itu." Jawab Dae Young jujur.
"Apa kau mengkhianati aku?" bisik Shi Jin.
"Iya." Jawab Dae Young.
"Kau pasti masih berhubungan dengan dia sampai sekarang karena
dia bisa mengirim ke alamat ini." Tanya Mo yeon.
Mo Yeon meminta dia (tak tahu siapa) untuk mengikutinya keluar.
Dae Young merasa dirinya yang disuruh, maka ia akan keluar. Myeong Ju
menghalanginya. jadilah Dae Young menyuruh untuk Shi Jin pergi.
"Aku ingin tinggal di sini." Ujar Shi Jin, namun ia pergi
juga.
"Tolong jangan salah paham. Itu semua hanya masa lalu."
Pinta Dae Young
Myeong Ju tak percaya, lalu balik bertanya apa paket itu juga dari
masa lalu?
"Itu dari Seoul." Jawab Dae Young.
Ada yang mengintip mereka. Trio sersan. kali ini Sersan Im menang
taruhan lagi, ia bertaruh kalau Shi Jin dan Dae Young pergi kencan buta waktu
itu, makanya Mereka langsung pergi setelah menyapa.
"Astaga. Katanya ayah teman SMA-nya meninggal." Kata Sersan
Choi sambil memberikan uang untuk Sersan Im.
"Mereka berdua bahkan tidak sekolah di SMA yang sama." Jelas
Sersan Im.
"Mereka berbohong. Mereka berpakaian rapi hari itu. Kupikir itu
pesta ulang tahun mereka sendiri." Tambah Sersan Gong.
Kembali ke Dae Young-Myeong Ju. Myeong Ju sekarang mengerti, jadi
inilah alasan kenapa dae Young menghindarinya selama ini. ia pikir ayahnya
hambatannya.
"Ayah mertua memang hambatannya." Jawab Dae Young.
"Apa kau bilang?"
"Apa yang barusan kukatakan?"
"Lupakan. Sampai sejauh mana?"
"Kami pergi ke Universitas Konkuk."
"Kau pikir itu yang kumaksudkan? Sejauh mana hubungan kalian? Apa
kalian sudah melakukan hubungan fisik atau tidak?"
"Tidak. Itu hanya pertemuan biasa. Kami hanya minum teh"
Jawab Shi Jin
"Kau jujur sekali." Puji Mo Yeon.
"Terima kasih."
Mo Yeon tahu sekarang, pasti Shi Jin sering minum teh dengan wanita
lain. Dulu, Shi Jin tampak begitu bingung ketika ia pergi, yang ia pikir Shi
Jin akan terus melajang selamanya, ia benar-benar merasa kasihan pada Shi Jin,
tapi tak disangka ternyata Shi Jin punya kekasih.
"Dia bukan kekasihku. Aku dipaksa kesana. Aku kesana karena persahabatan. Aku tidak
punya pilihan." Alasan Shi Jin.
"Omong kosong. Kau tampak lebih seperti seseorang yang tidak tahu
apa yang harus dilakukan karena kau sangat senang."
Shi Jin membela diri kalau Mo Yeon tidak melihat fotonya dengan
teliti. ia punya ekspresi kosong. Ia minum teh dengan ekspresi seperti ini.
sambil menunjukkan ekspresi kosongnya.
Myeong Ju tidak percaya. Siapa yang tahu kalau setelah minum teh dae
Young mengantar mengantar mereka jalan-jalan?
"Aku tidak melakukannya." Jawab Dae Young.
"Berbohong hanya akan membuat semuanya memburuk."
Dae Young pun mengaku kalau ia melakukannya. tapi bukan dengan
mobilnya tapi milik Shi Jin, ia benar-benar tidak bisa mengerti kenapa Shi Jin
membawa mobilnya.
"Kau mau aku mempercayainya?" Tanya Mo Yeon.
Tidak, Shi Jin ingin Mo Yeon melupakannya. ia bahkan tidak ingat
namanya.
"Oh, kau tidak ingat namanya tetapi tiga suku kata itu (Shin Ji
Young) membuatmu berlari?"
"Itu bukan aku."
"Aish..Kau menjengkelkan!"
kemudian seseorang menelfon Mo yeon. Mo Yeon berkata kalau Orang yang
menelfon baru saja menyelamatkan hidup SHi Jin. Shi Jin bertanya kesal, siapa
dia? apa seorang Pria?
"Kau tidak berhak bertanya begitu. Memangnya kenapa kalau dia
pria atu wanita?"
"Jika itu wanita, aku akan membelikan makanan. Jika itu
laki-laki, aku akan membelikannya minuman. Aku berutang pada orang ini."
Jawab SHi Jin dengan senyum
"Ini direktur Rumah Sakit Haesung!" bentak Mo Yeon. lalu ia
menjauh untuk mengangkat telfon.
Shi Jin mengulagi kata-kata Mo Yeon "Ini direktur Rumah Sakit
Haesung!" lalu ia tersenyum
Mr Jin sekarang tertangkap oleh Argus CS. anak buah sudah sudah
mencarinya di mana-mana, tapi tidak bisa menemukan berliannya.
"Benarkah? Kau belum memeriksa perutnya." Jawab Argus.
lalu mereka menempatkan Mr. Jin diatas meja untuk dibelah perunya. Mr.
Jin meronta-ronta.
sekelompok pria bersenjata dan berpakaian serba hitam menembus masuk
ke dalam, mereka berhasil membawa ingin menyelamatkan Mr. Jin.
Argus berusaha kabur, tapi ia tertangkap.
"Jangan bergerak. Jika kau bergerak...kau akan mati kali
ini."
Lalu Shi Jin membuka maskernya.
Dae Young berkata kalau mereka sudah mendapatkan Mr Jin. Kemudian
mereka kembali tanpa menangkap siapapun, hanya membawa Mr Jin.
Mr. Jin sudah terbaring di ranjang Medicube.
Myeong Ju melakukan kesalahan saat mengoperasi Mr Jin, membuat darah
muncrat.
"Astaga, aku minta maaf. Kurasa aku menyentuh pembuluh yang
salah."
"Akan kuatasi." Jawab Mo Yeon.
Mo Yeon menemukan hal lain, bukan pembuluh, melainkan Tumor di
kelenjar getah beningnya pecah.
"Perdarahan internal pasti karena berlian. Tapi bagaimana dengan
hipertrofi kelenjar limfatik?" tanya Myeong Ju.
Mo Yeon menyadari sesuatu, ia meminta semuanya untuk mengangkat tangan
dan menjauh dari meja operasi.
Myeong Ju harus dimasukkan ke bak penuh es batu karena obatnya yang
dibawa Daniel dihadang oleh anak buah Argus.
Tim Alpha akan bertugas. Mo Yeon masuk ke ruangan Shi Jin (ini
epilogue di akhir episode 13), lalu Dae Young dan yang lain memberi mereka ruang
berdua. Mo Yeon memberi sesuatu pada Shi Jin (semacam obat). Mo Yeon bertanya
apa ini misi mengenai Prajurit Ryan lagi. Shi Jin menjawabnya dengan candaan.
Mo Yeon mengaku pada Shi Jin kalau ia masih merasa panik, bahkan
dengan lelucon Shi Jin. Ia sangat khawatir.
Shi Jin memeluknya.
Lalu melepasnya, dan menatap tajam matanya,
"Aku tahu kau sangat khawatir, tapi tak perlu khawatirkan aku.
Aku percayakan Myeong Ju padamu"
Mo Yeon mengangguk mengerti.
Do'a Mo Yeon : Tolong jagakan aku Kapten Yoo juga. Karena aku sangat
menyukainya. Aku ingin mengatakan itu padanya saat dia kembali.
Shi Jin pun pergi...
Jadi ini adalah misi untuk obat Myeong Ju.
Saat penculikan Mo Yeon, Argus kesal lalu memukul Mo Yeon dengan
pistolnya. Lalu ia berjalan mengitari Mo Yeon sambil berkata, Big Boss itu
cerdas, lucu dan misterius. Tapi... dia memiliki banyak rahasia. Dia akan
menghilang dan sulit untuk dihubungi... Dan suatu hari... pushhhhh.... Dia tak
akan pernah kembali.
Shi Jin menghubungi pengawal Presiden Arab, ia ingin menggunakan kartu
terakhirnya. ia butuh helikopter Dan kencan sekali lagi.
sekarang tinggal Shi Jin sendirian, kemudian Argus muncul.
"Aku menepati janjiku. Jadi kau juga.. Biarkan sandera
pergi."
Mo Yeon muncul di belakang argus. SHi Jin memperhatikan keadaan Mo
Yeon. setelah melihat bibir Mo Yeon terluka, Shi Jin langsung mengacungkan
pistolnya.
"Apa kau memukulnya?"
Shi Jin memerintah Tim nya untuk bersiap. Wolf melapor kalau target
sudah dalam posisi.
Argus melangkah ke samping. memperlihatkan kalau Mo yeon dipakaikan
baju panuh Bom dan Argus memegang detonatornya.
Shi Jin memerintahkan Tim nya untuk menahan tembakan.
Shi Jin bertanya pada Snoopy untuk menjelaskan tipe Bom di tubuh Mo
Yeon.
Sersan Choi menjelaskan kalau itu tipe Bom PVC saku. Yang akan meledak
jika tombol detonatornya ditekan. dan Jika tangan pemegang detonator di tembak
maka bom sakunya akan meledak.
"Jadi kita tidak punya pilihan?" tanya Shi Jin.
Helicopter sudah semakin mendekat. Argus mnyuruh Shi Jin untuk memerintahkan
pendaratan helicopter tersebut.
"Lepaskan dulu dia, atau helicopternya taka akan mendarat."
Argus berkata kalau ia harus ditempat anam terlebih dahulu, atau....
Argus menrangkul Mo Yeon,,"Dia akan mati."
Sersan seo mendekat ke Shi Jin, ia mengatakan pasti ada pemancar
Wireless disuatu tempat, Mereka hanya perlu menemukan itu.
Argus bertanya pada Mo Yeon, apa yang mereka bicarakan. Mo Yeon
menjawab kalau mereka mengatakan mengenai cuaca yang indah hari ini.
Argus langsung menodongkan pistolnya ke kepala Mo Yen,,"Kau mau
mati?"
Shi Jin sigap, ia menembak pistol ARgus hingga jatuh.
"Apa kau GILA?"
"Aku kira, kau bisa menyebut demikian. Jadi, jangan takuti dia,
jangan sentuh dia... Jangan mengajaknya bicara. Hanya aku yang perlu kau
ajak bersepakat."
"No. Thank You."
Argus kembali mengambil pistolnya, ia tertawa, sangat menyenangkan,
bepergian dengan wanita cantik.
Sersan Choi menemukan wireless nya, ada di bahu kiri Mo Yeon dengan
nyala led hijau.
Shi Jin menurunkan pistolnya, ia berbicara pada Mo Yeon.
"Maaf karena terlambat. Jangan bergerak, diam saja. Kau percaya
ppadaku, kan? Jangan bergerak."
Lalu Shi Jin mengangkat pistolnya kembali, ia memerintah untuk memulai
penembakan, dan ia menembak wireless di pundak Mo Yeon, tepat mengenai led-nya.
Semua berhasil dilumpuhkan. Sekarang saatnya melumpuhkan Bom yang
menempel ditubuh Mo Yeon. Sesan Choi yang. Sersan Choi berhasil memutus kebel,
tapi ia tidak bisa menghentikan Timer jadi Bom tersebut tetap akan meledak.
Sersan Choi melemparkan Bom tersebut ke luar dan Bom nya meledak.
Dae Young masih memantau Argus. Mo Yeon membuka matanya, ia melihat
Argus bangkit dengan pistol ditangan, siap untuk menembak.
"Big Boss, arah jam 9."
Shi Jin melindungi Mo yeon dari tembakan Argus, untungnya meleset.
Argus mengambil koper dan melarikan diri. Dae Young menembaknya tapi
tak kena karena Argus berhasil bersembunyi dibalik dinding.
Shi Jin menutup mata Mo Yeon dengan tangannya.
"Lupakan bagian ini."
Lalu Shi Jin mulai menembaki Argus sampai meninggal. Airmata Shi Jin
mengalir.
Sekarang mereka sudah ada di dalam helikopter. Shi Jin melapor pada
komandan kalau misi mereka sukses, target terbunuh dan sandera selamat.
7 komentar
Chinggu ya,
Tak kirain eps spesial ini bakal muatin NG dan BTS nya, tapi dr rabu maren kayanya cuma ngulangin lovey dovey momen dua couple kita yah...
Rabu maren ratingnya sampe 17% lebih! Daebak! Ini jd bukti orang Korea sono masih blm bisa mup.on kayak kita. Hiks!
Tapi daku tetap aja bersyukur kamu mau ngepost eps spesial ini, pagi2 buta lagi!
Gumapta Ega jagganim.
Hwaiting!!
thanks recap nya, semangat yha.
Maaf ka ralat yg dikasih mo yeon bukan obat tpi berlian. Untuk tebusan ke argus
Chinggu ya,
Dari semalam nunggu part2 nya, tapi bolak balik buka ternyata belum ada,hiks..
Pas liat BTSnya dimana kru2 filmnya dengan sangat dekat menshoot setiap adegan dan para pemainnya yang pada ketawa2 gitu kalau ada yg salah,rasanya sungguh ajib tercipta suatu film yg begitu mengobok2 emosi hehehe. Dan selalu pengen mengulang2 terus nontonnya
Semangat recap ya mbak... Ditunggu yg eps special 3 nya lucu N seru bgt sayang gak ada text nya jadi gak tahu apa yg di bicara kan, ditunggu nich... Gumawo... Semoga sehat slalu tuk semua
Thaanksssss kaaa untuk recapnyaa
Mauuuu sampaii epiloguenyAaa
Makasih makasih makasih