-->

Type something and hit enter

On
advertise here

Geun Wook melakukan pemotretan untun game IF tapi ekspresinya kaku banget, gak beda jauh antara ceria dan marah. Akhirnya, sutradara memutuskan untuk dialog dulu saja.

Amy sadar kalau Gary tak akan bisa. Kemudian ia menyuruh Gary untuk melihat Bo Nui saat interview. Bo Nui hendak protes, Amy menjelaskan kalau Gary tidak pernah sendiri saat interview dan satu-satunya orang yang bisa membuat Gary rileks adalah Bo Nui. Soo Ho ada di dekat pintu mengawasi.

Gary mulai mengucapkan dialognya, dan ada satu yang membuatnya bertanya, haruskah ia lakukukan part tersebut.

Bo Nui mendekat untuk melihat dialog apakah itu. Bo Nui menyuruh Gary untuk mengucapkan dialog kencan itu seromantis mungkin.


Selanjutnya Bo Nui memancing Gary untuk mengucapkannya dialog itu padanya dan gary berhasil. SUtradara pun senang dengan dialog tersebut.


Hanya satu orang yang cemberut, Je Soo Ho.


Sambil menunggu Gay ganti kostum. Amy dan Bo Nui memperbincangkan mengenai ramalan. Gary penasaran dengan obrolan mereka dan sesekali ia melongo dari balik tirai ruang ganti kostum.

"Dia lagi meramalku, dan katanya aku mungkin bermasalah dalam percintaan." Jawab Amy dan Gary malah membenarkannya kemudian menghilang lagi di balik tirai.

Bo Nui menjelaskan kalau itu dulu, sekarang untuk yang cantik, mempesona dan wanita populer. mendengar Bo Nui, Amy menggunakan itu untuk menyombongkan diri.

"Cowok ceroboh itu dan si sensitif Je Soo Ho tak menyadari bertapa berharganya Han Seol Hee."

Amy baru sadar kalau Bo Nui pastinya juga mendengar apa yang ia katakan tadi. Ia akan menjelaskan hubungannya dengan Soo Ho tapi Bo Nui menyela karena Bo Nui juga sudah mendengarnya bahwa Soo Ho dan Amy sudah saling terikat lama.

"Ditakdirkan? Kata yang tepat. (Kata berhubungan homonim dengan takdir) Soo Ho dan aku pasti ditakdirkan bertemu. Entah bagaimana kalau merindukan, kami bertemu." Kata Amy.


Gary muncul lagi dari balik tirai, menanyakan, apa Amy sudah baikan dengan Soo Ho? karena waktu itu Amy bilang kalau Soo Ho kesal dengannya selama lebih dari 10 tahun.

"Gimana ya, menurutmu?" Amy malah balik bertanya dengan senyum.

"Melihatmu senyum melulu, sepertinya kau menang." Jawab Gary.


Mereka bertiga kembali ke lokasi pemotretan dan Soo Ho ada di sana.  Amy dan Bo Nui menyapa ramah Soo Ho. Gary malah menanyakan untuk apa Soo Ho ke lokasi.

"Ini syuting proyek penting, tentu saja Daepyonim harus datang." Jawab Soo Ho.

Syuting pun dimulai dengan adegan motion. Gary melakukannya dengan mudah, mengayunkan raket dengan gaya yang berbeda.

Amy dan Soo Ho ada dibelakang Bo Nui. Amy menduga kalau Soo Ho ke lokasi untuk melihatnya. Soo Ho hanya diam saja, lalu Amy berkata kalau ia hanya bercanda. Amy menunjukkan tangannya yang luka. Soo Ho bertanya, apa masih sakit.

"Mungkin masih. Tapi tak kulepas. Kubiarkan saja, karena kau membantuku menempelkannya." Ujar Amy.

Soo Ho malah melirik ke arah Bo Nui. Bo Nui kembali melihat layar saat Soo Ho meliriknya.


Sutradara ingin melanjutkan ke adegan kencan dan ia minta bantuan Bo Nui untuk mendampingi Gary. Gary senang dan menyuruh Bo Nui untuk cepat.

"Bukannya kau sangat suka? Daripada Bo Nui, mending aku!" Protes AMy.

"Dengan Amy? Memikirkannya saja aku ogah." Balas Gary.

Soo Ho tiba-tiba ikutan ke area syuting. Ia beralasan kalau programer (Bo Nui) harus melihat screen komputernya maka tak bisa dijadikan model.

"Terus siapa?" Tanya Amy.


Soo Ho lah yang akhirnya menjadi pasangan Gary. belum mulai disyuting, Gary minta Amy saja untuk menjadi pasangannya.

"Aku? Denganmu? Memikirkannya saja OMG." Balas Amy mengembalikan kata-kata Gary tadi.

Terpaksalah Gary melakukannya dengan Soo Ho. Gary memprotes Soo Ho, haruskah Soo Ho melakukannya sampai sejauh ini.

"Ini bagian kerjaan, harus kulakukan sebaik mungkin." Jawab Soo Ho.

Mereka berdua melakukan semua yang pasangan kekasih lakukan, mulai dari jalan bersama dengan bergandengan tangan sampai back hug. Bo Nui diam-diam merekam Soo Ho dan tertawa dibuatnya.


Setelah semua usai, Amy mengajak makan malam berempat. Gary minta mereka pisah saja, ia mengajak Bo Nui untuk makan ddeokbokki berdua dan Bo Nui setuju.

"Shim Bo Nui! Data yang kaudapat hari ini kumpulkan semuanya dan serahkan padaku besok." Perintah Soo Ho.

Bo Nui merasa keberatan, harus semuanya? Soo Ho memberi batasan, besok jam 9 pagi harus sudah selesai. Jadilah Bo Nui membawalkan acara makan ddeokbokki dengan Gary karena ia harus lembur malam ini. (Ini sih cuma alasan Soo Ho aja, agar Bo Nui gak jadi makan berdua dengan Gary).


Bo Nui mengeluh sambil mengerjakan apa yang diperintahkan Soo Ho tadi. Sementara Soo Ho senang karena berhasil menggagalkan acara makan berdua Bo Nui-Gary.

Kemudian Soo Ho googling tentang "saat pria suka pada wanita". Dia menemukan sebuah artikel yang menarik berjudul "Yang dilakukan pria saat suka wanita."

1. Mereka selalu penasaran yang dilakukan wanita gebetannya. Komentar Soo Ho "Tentu saja penasaran. Dia selalu bikin masalah, kesana-kemari bawa setoples garam!

2. Kau terus melihatnya seolah hanya dia saja yang kaulihat. Komentar "Tentu saja, mejanya tepat di depan pintu ruanganku."

3. Suaramu bergetar. Komentar "Bergetar apaan? Nggak sama sekali tuh! Ha ha!"

4. Kau ingin kontak fisik dengannya
seperti ingin mencium rambutnya. Komentar "Wow, Aku tak pernah tuh punya kenangan sk-skinship.

5. Kau bahkan ingat hal kecil mengenainya. Komentar "Namanya siapa? Shim Bo Nui, oh sekarang aku ingat namanya.

6. Kau sengaja pura-pura tidak tertarik. Komentar "Bukannya pura-pura, tapi memang tak tertarik, sama sekali!"

Soo Ho lalu meletakkan laptopnya dan bersandar di sofa.


Bo Nui datang ke akntor, ia hendak naik lift dan meminta orang di dalam untuk menunggu. Tapi Soo Ho yang ternyata ada di dalam malah sengaja menekan tombol tutup pintu. Namun kalah cepat dengan Bo Nui dan Bo Nui tetap bisa masuk.

Bo Nui melihat ke jari Soo Ho yang masih menekan tombol tutup pintu lift. Soo Ho mengelak kalau ia tidak menekannya.

"Laporanmu sudah?" Tanya Soo Ho mengubah topik.

Tentu saja Bo Nui sudah menyelesaikannya, ia bahkan tak jadi makan ddeokbokki. Soo Ho hendak tersenyum namun ia berusaha keras untuk menahannya.

Saat mereka sampai di lantai kantor mereka. Semua staff keluar. Hyun Bin menggendong Seung Hyun yang perutnya sakit sementara yang lain membantu menekan tombol lft dan menenangkan Seung Hyun yang sangat kesakitan.

"Dia tiba-tiba muntah dan terus mengeluh sakit perut!" Jawab Joon bal saat ditanya Bo Nui.

"Sudah kuduga sejak dia minum air mujarab itu." Tambah Ji Hoon.


Bo Nui bisa mengira, pasti itu air yang dari Boss Won. Bo Nui langsung menuju tempat ia meletakkan airnya dan mendapati kalau airnya tinggal satu kardus dan tiga botolpadahal awalnya 5 kardus.

Bo Nui menghubungi Boss Won dan menyuruhnya untuk datang segera ke kantor Zeze. Soo Ho mendekat, ia mendapat jawabannya, makanya Boss Won menagihnya untuk membayar.

"Anda bertemu dia? Boss Won meminta uang pada Anda?" Tanya Bo Nui.

Soo Ho hanya mendesah. Bo Nui minta maaf. Boss Won bersikeras, tadinya ia sudah mau mengembalikannya.

"Lagi, lagi! Bilang maaf lagi! Memangnya kau yang harus minta maaf?" Larang Soo Ho.

Lalu Soo Ho mengajaknya ke ruang meeting. Semua orang ke rumah sakit jadi merekalah yang harus merapatkan skenario Gary.


Rapat dengan Gary dan Amy dimulai saat Bo Nui mulai menyalakan rekaman.

"Kami akan mulai interview dari saat masa kecilmu di Korea sebelum kau ke Kanada. Umur 8 tahun. Bisa kami mulai dengan orang tuamu?" Tanya Soo Ho.

Amy menangkap kalau Gary merasa tak nyaman. Lalu dia menjawab Soo, apa memang harus membicarakan orang tua?

"Apa maksudmu? IF adalah life-experience game." Jawab Soo Ho.

Amy menjelaskan kalau Gary tak pernah mau terbuka mengenai keluarganya. Soo Ho tahu hal itu, karena itu alasan kenapa orang-orang tertarik dengan game mereka.

"Kalau aku tidak mau, bagaimana?" Tanya Gary.

"Aku tahu saat ini kau punya Ibu Korea dan Ayah dari Kanada. Berarti Ibumu bercerai atau Ayahmu sudah meninggal." Jawab Soo Ho.

"Enteng sekali bicaramu."

"Jangan khawatir, tidak akan kami tangani semudah ini."

Gary bangkit, ia minta waktu untuk bicara dengan agennya. Soo Ho mengijinkan, maka Gary pun keluar ruang meeting diikuti Amy.


Bo Nui memprotes Soo Ho yang terlalu tega. SOo Ho tidak mengerti kenapa. Bo Nui keburu berlari keluar sebelum menjelaskan.

"Ah, sebentar. Apa? Apa, apanya yang tega sekali?" Susul Soo Ho.

Bo Nui hanya menatap Soo Ho. Soo Ho tidak suka di tatap dengan tatapan seperti itu. Dan karena banyak orang yang melihat. Soo Ho mengajak Bo Nui bicara di atap. Sekarang!

"Kenapa atap gedung?" Gumam Bo Nui.


Amy mempelajari kontrak dengan Zeze factory dan ia tidak menemukan alasan spesifik jadi ia rasa bisa negosiasi.

"Aku tak bisa menjamin yang lainnya, tapi aku akan tepati janjiku. Karena aku janji pada Choi Geon Wook saat dia berusia 15 tahun." Ujar Amy.

Akhirnya Geun Wook jujur pada Amy bahwa alasannya ke Korea adalah untukmencari ayah kandungnya.

"Betapa menyedihkannya kehidupan Ayahku. betapa jahatnya aku sebagai anak... Aku tak ingin hal itu ditampilkan dalam game."

Amy mengerti, ia menghubungi Soo Ho untuk mengakhiri meeting hari ini. Dan agar menghentikan pengembangan skenarionya, ia akan menghubungi lagi dalam beberapa hari.

Barulah Amy fokus untuk mendengarkan cerita Geun Wook.


Setelah Bo Nui sampai di atap. Soo Ho memberitahukan bahwa skenarionya dipending sementara waktu. Padahal mereka hanya punya waktu 2 bulan untuk membuat versi betanya. Bo Nui mengatakan kalau Geun Wook punya alasan yang tak bisa dikatakannya.

"Kalau aku tak bisa mengerti, maka user-pun tak bisa mengerti. Menurutmu kenapa respon setelah demo bagus sekali?" Tanya Soo Ho.

"Karena mereka akhirnya bisa melihat dan merasakan pengalaman hidup Gary Choi, yang selama ini tertutup tabir misteri. Kalau Anda melihat dari prespektif yang berbeda, Anda akan tahu ada alasan di balik tabir itu." Jelas Bo Nui.

Soo Ho malah kesal karena Bo Nui malah bikin pusing. Bukan begitu maksud Bo Nui. SOo Ho gak mau tahu, dia menyuruh Bo Nui untuk mebujuk Geun Wook.

Bo Nui akan protes. Soo Ho menggunakan kata-kata Bo Nui yang bilang kalau mulai sekarang akan kerja sebaik-baiknya. "Lakukan kerjamu dengan baik."

"Daepyonim, Anda juga tak mau mengangkat telepon dari Ibu Anda! Ibu Anda selalu memikirkan Anda, tapi saat menelpon, Anda selalu memutuskan panggilannya." Pukul Bo Nui dengan kata-kata.

"Kau tak tahu apa-apa soal itu."

Bo Nui keceplosan, dia mengatakan kalau Ibu Soo Ho pernah menitip jimat padanya dan ia meletakkannya di buku. Soo Ho mengerti sekarang, jadi jimat itu dari ibunya, bukan dari Bo Nui.

"Ibu Anda melakukan itu demi kebaikan Anda! Bukan untuk membuat Anda gagal! Mereka bilang Anda terlalu dimanja."

Bo Nui memikirkan hal ini setiap hari. "Kalau mereka masih hidup, alangkah senangnya." "Mereka bisa mengomeliku dan mungkin membenciku tapi aku ingin mereka hidup". Tapi Soo Ho tanpa ragu menulis nama mereka dengan tinta merah.

"Ayah Anda terluka, apa Anda tahu?"Lanjut Bo Nui.

"Kau ini ngomong apa sih? Dia terluka? Dari mana kau tahu?"

"Tak sengaja tahu. Orang lain tahu tapi anaknya sendiri tak tahu! Lukanya tidak parah kok, Anda tak perlu khawatir. Dan... kisah mengenai orang tuanya Geon Wook. Tolong pertimbangkan kembali. Toh skenario game-nya bisa diselesaikan tanpa menyertakan itu, kan?"

"Kau minta begini sebagai Nunanya apa planner sih? Tidak! Jangan dijawab, toh aku juga tidak suka keduanya."

Dan Soo Ho pergi meninggalkan Bo Nui.


Ayah Soo Ho menghitung kotak ikan di depan rumah. Berulangkali ia hitung tapi tetap kurang satu padahal ia yakin sudah bikin 10.


Kita tahu siapa pencurinya. Iya, Ibu Soo Ho membawanya untuk ia berikan pada paman Ahn. Tidak hanya itu, ibu juga membawakan lauk masakannya ada dua jenis, rebusan dan gorengan dan Ibu meminta paman Ahn untuk segera memakannya karena kalau lama-lama akan basi.

"Tak usah repot begini! Sudah bertahun-tahun lamanya aku terbiasa masak sendiri." Ujar Paman Ahn.

"Aku suka sedih, membiarkan bakat hebatmu tak dimanfaatkan..."


Soo Ho terpengaruh dengan kata-kata Bo Nui di atap tadi. Ia pun menghubungi Ibunya. Ibu jelas kaget dong, gak ada angin gak ada ujah eh tiba-tiba Soo Ho menelfonnya.

"Ibu baik-baik saja, kan?" tanya Soo Ho kaku.

Ibu menjawab lembut kalau ia baik-baik saja. Dan Ibu berbohong bahwa ia sedang di rumah saat Soo Ho menanyakan keberadaannya saat ini.

"Kalau gitu... bisa berikan pada Ayah..." Pinta Soo Ho.

"Ayahmu sedang keluar, beli makanan ikan."

"Oh beli makanan ikan! Bu!"

"Iya..."

"Tolong jangan suruh stafku melakukan hal aneh-aneh. Dia kerja untuk perusahaan, bukan pembantu."

"Ibu ngapain! Ada agassi yang baik hati, dan kami berteman baik. Soo Ho! Ibu lupa lagi masak, sudah dulu ya!"

Padahal paman Ahn mendekat. Ibu mengatakan pada paman Ahn kalau puteranya itu sangar perhatian padanya, usinya sudah 30 tahu tapi belum pernah berkencan yang dia tahu hanya ibunya.

"Sebetulnya itu yang membuatku khawatir..." Lanjut Ibu.

"Wah, kau punya kehidupan yang luar biasa. Aku ikut senang!"


Bo Nui menabur garam di sekitar meja Seung Hyun sambil memanjatkan Do'a. Soo Ho melihat hal itu saat keluar dari ruangannya.

"Iya. Wanita itu, adalah bug. Iya. Bug." Batin Soo Ho.

Soo Ho mendekati Bo Nui untuk menyuruh menganalisis ulang motion capture-nya tanpa mengatakan dimana yang salah, cuma menyuruh Bo Nui untuk mengulangnya dari awal hingga akhir, semuanya.


Staff yang lain kembali ke kantor. Bo Nui menanyakan keadaan Seung Hyun, baik-baik saja, kan?

"Iya, kau bisa lihat sendiri, Hyun Bin dijambaki sampai jelek begini." Jawab Joon Bal.

"Iya, dokter bilang setelah diinfus dan istirahat dia akan baikan." Tambah Hyun Bin.

Bo Nui minta maaf karena semuanya jadi susah karena dirinya. semuanya bilang kalau itu bukan salah Bo Nui. BTW, Ji Hoon gak ikutan balik ya...


Soo Ho di kafe Ryang Ha, ia menunggu minumannya sambil menyobeki plastik bungkus sedotan.

"Dia bug, jadi aku ingin menangkapnya. Karena dia bikin salah, aku harus memperbaikinya. Titik." Batinnya.

Ryang Ha menyodorkan dua gelas minuman dan menyuruh Soo Ho memilih mau si pahit femme fatale atau si segar penuh keberuntungan. Soo Ho malah menyerahkan sobekan plastiknya pada Ryang Ha.

Soo Ho menatap ke arah lain. dia melihat Bo Nui sedang di telfon untuk janjian ketemuan sama seseorang di kedai ayam paman Ahn. SOo Ho asal saja menancapkan sedotannya ke si segar penuh keberuntungan lalu berlari mengejar Bo Nui dan meninggalkan minumannya.


Soo Ho melarang Bo Nui untuk bertemu dengan Boss Won karena Boss Won sudah menerima uang muka kontrak yang jumlahnya sangat besar dan sudah dihabiskan semuanya. Bo Nui ngeyel dan Soo Ho terus menghalangi langkah Bo Nui.

"Kau begitu pemaaf pada semua orang kecuali aku, kok bisa gitu? Kalau padaku... kau ngomel. 'Yang baik pada orang tua', 'jangan kasar kalau bicara', kau mengatakan itu semua padaku, kenapa kau bisa baik sama orang lain? Mana bisa... kau mendiskriminasikan orang seperti ini?" Protes Soo Ho.

"Boss Won bertingkah seolah kerasukan sesuatu
tapi sebenarnya dia baik. Saat aku cari kerja sambilan, dia merekrutku. Maksudku, ada kalanya orang jadi jahat dan bangkrut, mana bisa aku mengabaikannya? Tapi kenapa kujelaskan pada Anda? Apa aku harus menuruti perintahmu siapa yang harus kutemui dan apa yang kumakan? Aku pergi dulu."

Hanya dengan mendengar penjelasan Bo Nui saja Soo Ho sudah gugup dan hatinya berdebar kencang.


Soo Ho berjalan, hatinya belum berhenti berdebar, ia menduga kalau itu adalah karena stress.

Soo Ho tak sengaja melihat ibunya naik bis diantar oleh paman Ahn.

Bo Nui memberikan semangkok popcorn untuk Boss Won yang langsung dilahap oleh Boss Won dengan rakus.

Paman Ahn kembali ke kedai. Bo Nui minta maaf karena mengambil popcorn sendiri padahal paman Ahn sedang tidak ada. Paman Ahn tidak mempermasalahkan hal itu bahkan ia manawari untuk menggorengkan ayam.

"Tidak, terima kasih. Setelah minum, kami mau pergi." Jawab Bo Nui.


Boss Won bertanya, kenapa Bo Nui tidak makan siang. Bo Nui hanya mendesah. Selanjutnya di meja terhidang banyak ayam dan Boss Won menghabiskan semuanya dengan sangat lahap.

"Anda kelaparan berapa hari?" Tanya Bo Nui.

"Kelaparan? Maksudnya? Cuman... menu ayam di sini enak sekali! Mereka benar-benar b*****n, iya mereka. Setelah kutransper pembayarannya, penipu itu langsung kabur!"

Bo Nui merasa kasihan, dia memberi air dan menyuruh Boss Won makan pelan-pelan saja.


Ryang Ha tidak memberikan pesanan Dal Nim. Dal Nim protes dong.

"Soo Ho meninggalkannya setelah pesan. Sedotannya ditancapkan sendiri!" Ujar Ryang Ha.

Dal Nim langsung merubah ekspresi wajahnya menjadi ceria dan ia mengambil minuman pemberian Ryang Ha itu.

"Tuh-tuh! Wajahmu merona! Masih mau bilang tidak?" Goda Ryang Ha.

"Emang tidak! Kalau Anda terus begini, aku akan.."

"Hei, itu Je Soo Ho!"

Dan Dal Nim langsung menoleh kebelakang. Ryang Ha semakin yakin karena dalam 0.5 detik Dal Nim sudah menoleh saat ia menyebutkan nama Soo Ho.

"Memang tidak. Pokoknya tidak!" Tegas Dal Nim.

"Iya deh, iya. Oh, itu beneran Je Soo Ho. Soo Ho!"

Dal Nim tidak menoleh, ia tidak akan tertipu lagi oleh Ryang Ha. Tapi itu beneran Soo Ho, Ryang ha bahkan sampai bersumpah. Dal Nim pelan-pelan memutar kepalanya untuk memastikan dan memang ia melihat Soo Ho berjalan dengan lemas.

"Apa yang sedang "sayang" pikirkan?" Goda Ryang ha lagi. Dal Nim menyeringai kesal. Ryang ha malah tersenyum puas.


Soo Ho mendatangi kedai ayam paman Ahn tapi malam ini kedainya tutup. Soo Ho mengintip kedalam.



Ji Hoon mengantri untuk membeli sesuatu. Tapi ia keduluan dengan pembeli pertama yang memilih smart watch incarannya. Ji Hoon ingin tahu siapa pembeli itu.

Dan ternyata yang membeli adalah paman Ahn. Kemudian seseorang membungkuk menyapa Paman Ahn. Ji Hoon mengenai orang itu yang adalah CEO dari Coconut.

"Sebentar... pendiri industri IT memberi salam pada pemilik kedai ayam? Ada apa ini!" Ji Hoon terheran.


Soo Ho bangun dari tidurnya. Ia mengambil minuman di kulkas, kemudian melihat Bo Nui tertidur di lantai rumahnya. Soo Ho mendekat dan tersenyum pada Bo Nui.


Paginya, Soo Ho terbangun di tempat Bo Nui terbaring. Ia mendesah, jelas-jelas semalam ia tidur di ranjang, ia jadi berpikir, apa semalam ia tidur sambil jalan?. Tapi botol minumnya masih ada di sampingnya lho...


Bo Nui dandan cantik, dia membawa buket bunga yang juga cantik keluar gedung apartemennya. Tiba-tiba Soo Ho memanggilnya.

Soo Ho langsung mendekati Bo Nui dan Bo Nui juga berjalan mendekat. Soo Ho bertanya, mau kemana Bo Nui? Bo Nui bingung, bukannya ia yang seharusnya menanyakan pertanyaan itu, mau kemana Soo Ho?

"Aku... aku kebetulan lewat. Aku ada keperluan di sana tadi... cuman lewat." Jawab Soo Ho.

Bo Nui menyilahkan Soo Ho untuk lewat kalau begitu karena ia kebetulan sedang ada janji. Soo Ho juga menyilahkan Bo Nui untuk ke tempat janjiannya, namun baru beberapa langkah, Soo Ho menghentikan Bo Nui kembali.

"Sebentar Shim Bo Nui! Kau ada janji apa?"


Dan.. Bo Nui saat ini sudah berada di rumah pemakaman Ayah dan Ibunya bersama Soo Ho.

"Ibu, Ayah. Bo Ra sadar. Dia akan segera membuka matanya dan bicara. Terima kasih sudah menjaganya Bo Ra. Aku rindu sekali pada kalian."


Selanjutnya, mereka ada di mobil. Bo Nui mennggumamkan sebuah lagu. Soo Ho menanyakan lagu itu.

"Lagu kesukaan Ayah-Ibu. 'Takdir pilu'." Jawab Bo Nui.

"Takdir... pilu... Boleh... Tanya sesuatu?"

Soo Ho penasaran, kenapa di rumah Bo Nui tak ada foto keluarga sama sekali. Kalau Bo Nui sayang sama adik, harusnya kan menyimpan fotonya supaya bisa dilihat.

"Kesialan takdir di keluargaku, adalah aku." Jawab Bo Nui.

"Apa maksudmu?"

Bo Nui menjelaskan perkataan dukun bahwa ada pisau tajam di dalam dirinya. Energi jahat di sekitarnya terlalu kuat, dan melukai orang-orang di sekitarnya. Itu sebanya sebisa mungkin ia menghindari mereka.

Soo Ho teringat percakapannya dengan Bo Nui di malam bulan purnama..

Bo Nui: Realita? Mau kukatakan apa itu realita? Kalau aku mencintai orang, mereka meninggalkanku.

Soo Ho: Kenapa kau berpikiran begitu?

Bo Nui: Saat kubilang karena Anda, Daepyonim. Aku bohong. Setidaknya dengan begitu, aku ingin lari dari rasa bersalah dan semua ini salahku.

Bo Nui tak apa meskipun tidak bisa melihat Bo Ra. Kalau Bo Ra bisa sadar, meski seumur hidup ia hanya melihat bayangannya tak mengapa.


Soo Ho membawa Bo Nui ke rumah sakit, dia mengajak Bo Nui untuk menjenguk Bo Ra. Bo Nui tidak bisa melakukannya, ia berhenti di depan pintu masuk ruang rawat Bo Ra.

"Tidak! Bo Ra akhirnya sadar, bagaimana kalau aku memberinya aura negatif! Tidak, aku tak boleh egois." Ucapnya.

Soo Ho meletakkan kedua tangannya ke pundak Bo Nui dan menatap intens mata Bo Nui.

"Kau bilang... aku adalah jimatmu. Lantas apa yang kautakutkan?"

"Anda kan tidak percaya."

"Memang, tapi kau percaya. Kau bilang akan ada efeknya bagi orang yang percaya."


Bo Nui pun memberanikan diri melangkah menuju tempat Bo Ra terbaring dan Soo Ho tidak melepaskan tangannya dari pundak Bo Nui.

Bo Nui berjalan sambil menutup mata sampai di dekat ranjang Bo Ra. Soo Ho menyuruhnya untuk membuka mata. Air mata Bo Nui keluar begitu ia membuka matanya.

"Bo Ra... Eonni di sini." Kata Bo Nui dan saat Bo Nui akan memegang tangan Bo Ra bergerak. Bo Nui menatap Soo Ho lega. "Bo Ra, lekas buka matamu ya lihatlah wajah Eonni. Sekarang Eonni bisa melihatmu. Terus kuat ya, Bo Ra."


Mereka keluar ruangan, barulah Soo Ho melepaskan pegangannya dari pundak Bo Nui.

"Lihat, kan? Tak apa-apa." Ucap Soo Ho.

Bo Nui berterimakasih pada Soo Ho, sungguh... terima kasih banyak.

Soo Ho memeluk Bo Nui "Kapanpun kau ingin membesuknya, katakan padaku. Aku akan datang bersamamu."

Bo Nui mengangguk.


-=Prolog: Saat Pria Suka Wanita=-


Penjelasan nomor 6 bukanlah akhir dari artikel yang dibaca Soo Ho. masih ada lanjutannya.

-=Kalau kau memikirkannya saat membaca ini, berarti kau suka padanya : Tak masalah kalau kau menyangkal semua itu. Tapi kalau kau memikirkannya saat membaca ini, berarti kau suka padanya=-

Soo Ho terkejut sampai melongo untung tangannya tanggap untuk memutupi mulutnya yang terbuka lebar.


2 komentar

avatar

Makasih sinopsisnya.....aku baca eps ganjil di Airin dan eps genap di Diana.sebetulnya ada juga si di blognya mb Dee.tapi kalo dibuka pake hp g̲̮̲̅͡åк̲̮̲̅͡ bisa.terlalu besar tuk dimuat. Semangat ya!!!ditunggu recapan selanjutnya

avatar

Makasih mbak udah mampir..

Click to comment