Sinopsis sebelumnya : [Episode 7 Part 1 & Episode 7 Part 2]
Karena perawat tidak boleh memberitahukan keberadaan Bo Nui maupun Bo
ra dimana. Soo Ho berinisiatif untuk keliling mencari Bo Nui. Geun Wook
melakukan hal sebaliknya, ia hendek pulang saja, siapa tahu Bo Nui sudah pulang
dan ia percaya kalau Bo Nui tidak mungkin melakukan hal bodoh.
"Apa kau sungguh percaya atau hanya itu yang bisa kau lakukan?
Kau merasa lebih baik dengan bersembunyi di balik kata-kata itu? Terus kau mau
apa? Hanya percaya dan menunggu saja? Itu, itu artinya tidak sungguh-sungguh.
Hanya jadi pengecut."
Geun Wook tidak terima dikatai pengecut, bukankah Soo Ho juga tahu
kalau Bo Nui berusaha mati-matian untuk menyelamatkan Bo Ra. Soo Ho menyebut
kalau kepercayaan Bo Nui pada ramalan itu yang menyebabkan semuanya jadi
begini.
"Kalau menurutmu dia menyedihkan, pergi sana. Sebagai Boss,
tindakanmu sudah cukup." Balas Geun Wook.
"Jadi kau hanya percaya dan menunggu saja. Sebagai teman
dekatnya."
Kemudian mereka menuju jalan masing-masing. Soo Ho keliling sedangkan
Geun Wook pulang ke rumah.
Bo Nui turun ke tepi sungai. Soo Ho juga mencarinya ke pinggiran sungai, dia bahkan salah mengira orang lain sebagai Bo Nui.
Geun Wook menunggu di atap gedung, dia terus mencoba menghubungi Bo
Nui sambil bergumam kalau ia percaya pada Bo Nui.
Soo Ho menelfon ke rumah sakit yang ia ketahui, menanyakan barangkali ada pasien yang baru dipindahkan bernama Shim Bo Ran, namun hasilnya nihil.
Soo Ho membuka surat Bo Nui dan membacanya,,"Maafkan aku. Semoga selalu sehat."
"Kau bilang tak akan menyerah. Kau bilang apapun resikonya, kau
akan menyelamatkannya!" Ujar Soo Ho.
Sementara Bo Nui terus mendekat ke air.
Sampai matahari terbit, Bo Nui masih ada di tepi sungai, ia duduk di sana. Kemudian menulis nama "SHim Bo Ra" pada selembar kertas lalu melipatnya menjadi kapal dan melarungnya ke sungai.
"Bu, Ayah, tolong jaga Bo
Ra supaya dia tak sakit lagi. Aku akan merawat Bo Ra, dan akan
bersamanya." Do'a Bo Nui dalam hati sambil melihat kapalnya menjauh.
Geun Wook keluar gedung apartemen, ia terhenti saat melihat mobil Soo Ho terparkir disana. Jadi Soo Ho semalam tidak pulang ke rumah?
"Sepertinya dia belum kembali." Ucap Soo Ho setelah keluar
dari mobil.
"Sepertinya kau belum menemukannya." Balas Geun Wook.
Soo Ho melihat Bo Nui kembali, Geun Wook juga melihatnya. Geun Wook
hendak menyusul Bo Nui tapi dicegah Soo Ho.
"Biarkan saja dia. Dia kembali, itu sudah cukup. Kita harus
biarkan dia istirahat." Kata Soo Ho lalu masuk ke mobilnya, ia juga akan
pulang.
Bo Nui sudah berganti baju, lalu mengecek ponselnya, ada banyak misscall -Puku (2) Suster Lee Soo Jin (2) / Dal Nim (4) / Daepyonim (2)-
Bo Nui langsung menelfon suster Lee, ia mengira kalau waktu Bo Ra
sudah berakhir, sebelum suster mengangkat, ia bergumam kalau ia belum bisa
membiarkan Bo Ra pergi sekarang.
Surter Lee menelfon kemarin untuk memberi kabar bahwa tangan Bo Ra
bergerak saat pemindahan kemarin.
"Apa?" Bo Nui tak percaya.
Sesaat kemudian Bo Nui langsung berlari menuju rumah sakit. Ia langsung meminta konfirmasi dari dokter yang menangani Bo Ra. dan dokter membenarkan bahwa tangan Bo Ra bergerak, bahkan sekarang Bo Ra sudah mulai tangggap dan merespon
Bo Nui membungkuk berterimakasih pada si dokter.
"Bo Ra.. Terimakasih!" teriak Bo Nui dari luar kamar Bo Ra.
Selanjutnya Bo Nui mendatagi para suster untuk mengucapkan terimakasihnya. Terutama untuk suster Lee yang sudah bekerja keras menjaga adiknya.
Bo Nui berjalan dengan senyum merekah. Ia berhenti untuk menyapa bunga
yang bermekaran di pinggir jalan.
"Kalian merekah secantik ini. Aku senang melihatnya! Teruslah
begitu! Fighting!" Ujarnya senang.
Geun Wook sedang olahraga, dia tidak bisa tidak mengkhawatirkan Bo Nui
yang tak kunjung menelfon. Ia menenangkan hatinya dengan terus mengatakan kalau
Bo Nui mingkin tidur makanya tidak mengangkat panggilannya.
"Dia tak bisa melihatnya dan mengabaikannya." Yakinnya pada
diri sendiri.
Saat ia baru mulai berlari di treadmill ponselnya berbunyi, dari Bo
Nui. langsung deh ia mengangkatnya.
"Oh, Nuna! Kau di mana? Di rumah? Anu, maksudku kau baik-baik
saja, Nuna?"
"Geon Wook, jangan kaget ya."
"Katakan semuanya. Akan kudengarkan."
"Bo Ra sadar. Puku, Bo Ra sadar."
Geun Wook turut senang mendengarnya. Bo Nui berjanji akan menceritakan
lengkapnya nanti malam, sekarang ia mau ke suatu tempat dulu.
"Jangan, Nuna. Aku akan pergi sekarang..." Kata Geun Wook, sayangnya
Bo Nui sudah menutup telfonnya duluan.
Soo Ho di ruangannya stress menanti Bo Nui yang belum juga datang ke kantor,
"Wanita ini! Kalau sudah pulang harusnya dia kerja! Selalu saja
telat!"
Ia akan menelfon Bo Nui tapi gengsi karena statusnya sebagai Boss. Ia
sudah menggenggam ponselnya, lalu melemparannya begitu saja ke sofa. Tapi...
ponselnya ternyata melakukan panggilan ke Bo Nui. Saat Soo Ho menyadari itu dan
mematikannya, sudah terlambat, Bo Nui mengangkatnya selama 3 detik.
Soo Ho panik, dia melempar beberapa bantal di sofa. Kemudian mencoba
menguasai dirinya sendiri "Tenanglah. Tenanglah Je Soo Ho. Oke."
Setelah dia tenang, yang di luar ruangannya menyambut seseorang. Soo
Ho berlari secepat kilat membuka pintu ruangannya.
"Kenapa kau terlambat?" Bentanya, karena mengira yang datang itu Bo Nui.
Ternyata yang datang adalah pengantar paket. Ahjusshi pengantar paket
minta maaf karena macet dimana-mana. Dae Kwon bertanya, apa Soo Ho menunggu
kiriman kilat.
"Untuk Je Soo Ho, kan?" Tanya Soo Ho yang kemudian akan
masuk kembali ke ruangannya.
Ji Hoon mengatakan kalau itu kiriman untuknya, sebuah keyboard baru.
"Terus kapan punyaku sampai? Kenapa lelet sekali, lelet... "
Marah Soo Ho meneruskan bohongnya.
Dan ia marah lagi mengenai Ahjusshi pengantar paket yang diijinkan
masuk kantor. Pengamanan perusahaan IT itu sangat penting, walaupun peluncuran
game sudah selesai, tetap saja tidak boleh leha-leha harus tetap waspada!
Setelah Soo Ho masuk ruangannya, Dae Kwon mendekati Bo Nui, menanyakan apa sesuatu antara Soo Ho dengan Bo Nui (dalam hal pekerjaan) tidak berakhir dengan baik. Joon Bal juga penasaran, kenapa Soo Ho tiba-tiba marah begitu, bikin pusing saja.
"Yang pasti, wataknya sungguh aneh!" Tutup Dae Kwon, Dal Nim
hanya bisa mendesah.
Bo Nui mendatangi tempat sukun kepercayaannya, tanda di depan pintu tertulis "pergi sembahyang". Bo Nui tak peduli dan tetap menggedor pintu. Kemudian dukunnya muncul.
"Anda kemana? Aku mencari Anda seperti orang gila." Tanya Bo
Nui.
"Kan tertulis. Aku sembahyang."
Dukun merasa kalau Bo Nui bermasalah lagi dengan melihat Bo Nui yang
sangat bersemangat.
"Gyosanim (dukun)! Terima kasih." Ucap Bo Nui sambil memeluk
Dukun.
Bo Nui lalu melepaskan pelukannya, Ia mengatakan kalau Bo Ra sudah sadar.
Setelah di dalam, Bo Nui menceritakan bahwa semuanya nyata dan bahwa
dia tidak menangkap macan.
Dukun tidak percaya, tidak mungkin malam itu tidak terjadi apa-apa. Bo
Nui menceritakan kejadian malam itu, ia mabuk berat karena takut sekali akan
terjadi sesuatu pada Bo Ra.
"Hujan deras, mabuk berat, terus... Setelah itu aku pulang...
Macan... Satu malam?" Ingat-ingat Bo Nui.
"Mungkin bakalan sulit dengan kondisi sadar."
Bo Nui langsung tersenyum lebar, Ia ternyata berhasil bermalam dengan
seorang macan. Dukun memuji Bo Nui yang tangguh dan mampu berhasil.
"Begitu ya! Wow!" Bo Nui baru mengerti sekarang.
Bo Nui gantian memberi pujian untuk dukun yang memamg paling tokcer di
Korea, di dunia bahkan di seluruh dunia.
"Sudah cukup. Rencanamu akan seberapa jauh? Kalau kau terbang
tanpa tahu tingginya langit akan mudah juga jatuhnya. Jangan terus keluyuran
geal-geol begitu, berhati-hatilah, hati-hati." Pesan dukun.
Bo Nui sudah menjalani hidup seperti itu (dengan ekstra hati-hati)
selama dua tahun, Ia tidak akan menyesalinya, dari menyalakan lilin tiap pagi
dan tiap malam ritual.
Dukun mengingatkan kalau energi sial Bo Nui belum beranjak pergi, jadi
camkan itu baik-baik. Lalu Dukun menyuruh Bo Nui untuk pergi.
Bo Nui memegang tangan dukun, ia mengucapkan rasa terimakasihnya
dengan tulus. Karena kalau bukan karena dukun, ia tak mungkin bisa.
"Omong kosong. Sudah jadi takdirmu. Dan bertemu denganmu adalah
takdirku." Kata Dukun dengan melepaskan tangannya dari Bo Nui.
Bo Nui berjanji akan membawa Bo Ra ke tempat dukun, jika Bo Ra sadar
sepenihnya.
"Sudahlah. Aku tak ingin kau bawa sial ke sini. Cepat pergi dan
usir kesialanmu." Usir dukun.
Bo Nui pun berdiri, sebelum melangkah ia berucap, entah kenapa suara
dukun bagaikan musik hari ini. Dukun pun tersenyum.
Setelah Bo Nui pergi, dukun menyalakan lilin untuk mendoakan Bo Nui.
"Bocah konyol dan wanita malang itu... Aku berdoa, tolong jaga
dia."
Dal Nim ke kafe Ryang Ha, dengan lesu dia menanyakan, apa Soo Ho sudah datang ke kafe.
"Kenapa? Kalau tak melihatnya kau bakalan gila, begitu?"
Goda Ryang Ha.
Dal Nim tak ada mood untuk bercanda saat ini. Ryang Ha pura-pura
mengerti, selanjutnya mengucapkan kalimat-kalimat romantis. "Yang bisa
kulakukan hanyalah tersenyum di sisinya, mana mungkin dia tahu? Kalau aku"
"Aku selalu--"
"memperhatikannya." Lanjut Dal Nim penuh penghayatan.
Ryang ha melirik Dal Nim yang masuk ke jebakannya. Dal Nim juga
melirik Ryang ha, ia terkejut karena sudah keceplosan, selanjutnya Dal Nim
menegaskan kalau itu bukan dirinya seperti yang pernah ia tegaskan sebelumnya.
"Siapa yang bilang? Aku tahu bukan kau! Sudah minum tuh nanti
kita bicarakan siapa yang memperhatikannya! Entah Ibunya, Ayahnya? Atau
"Je Soo Ho"?" Ryang Ha tetap menggoda sambil menyodorkan
minuman.
"Sebetulnya aku tak mau mengatakannya! Sajangnim Anda sungguh
menyebalkan, bikin kesel, ogah banget deket-deket Anda! Dasar kejam!"
Balas Dal Nim lalu cepat-cepat kabur dari sana.
"Me too! Aku juga! Kurasa kau juga menyebalkan, menjengkelkan,
mengganggu sekali! Tiga M!" Ujar Ryang Ha ke arah larinya Dal Nim.
Dal Nim menemukan Soo Ho di luar, dia mendekati Soo Ho karena ada yang ingin dia katakan. Soo Ho menyuruhnya bicara saja.
"Bo Nui apa tak bisa Anda bujuk? Untuk kembali ke Zeze."
Ujar Dal Nim.
Dal Nim menjelaskan keadaan Bo Nui yang sebenarnya, bahwa Bo Nui
memiliki adik yang koma sejak 2 tahun lalu di rumah sakit. Dan bahwa Bo Nui
sangat menderita untuk membayar tagihan rumah sakitnya.
"Aku berharap nasib sialnya dengan Zeze berakhir, tapi.."
Soo Ho menyela Dal Nim mengenai "nasib sial" yang barusan
dikatakan Dal Nim. Dal Nim menjelaskan kalau hari adik Bo Nui kecelakaan dulu
adalah hari yang sama saat Zeze mengadakan perekrutan pegawai, 2 tahun lalu.
"Tapi setelah itu, Bo Nui berubah. Dia terus bilang kalau dukun
lah yang menyelamatkan Bo Ra, terus cerita mengusir arwah jahat dan
jimat."
"Garam dan kacang merah." Lanjut Soo Ho.
"Akhirnya dia kerja di Zeze dan hidup seperti orang normal, kalau
dia keluar, jelas terlihat apa yang akan terjadi."
Dal Nim dan Soo Ho kembali ke kantor. Mereka melihat Bo Nui ada di depan pintu masuk kantor. Soo Ho menyuruh Bo Nui untuk ke ruangannya dan ia msuk duluan.
Bo Nui mengatakan pada Dal Nim kalau Bo ra sudah sadar. Dal Nim
terkejut sampai membuka mulutnya lebar-lebar. Bo Nui akan bicara dengan Soo Ho
dulu baru nanti melanjutkan ceritanya ke Dal Nim.
"Kemarin malam kau kemana?" Tanya Soo Ho setelah Bo Nui masuk ke ruangannya.
Bo Nui menjawab kalau dia kemarin malam dari sungai Han. Soo Ho
menanyakan ke Bo Nui, mau sampai kapan Bo Nui bersikap seperti ini? Dan terus
melakukan hal bodoh?
"Sekarang apa? Aku harus bagaimana? Kau ke dukun lagi? Apa yang
harus kulakukan? Apa?"
Bo Nui tidak akan lagi meminta Soo Ho untuk melakukan apa-apa. Soo Ho
tidak tahu apa yang akan Bo Nui lakukan selanjutnya, ia terus memikirkan Bo Nui
dan itu membuatnya gila!
"Itu karena aku selalu membuat Anda dalam situasi sulit, iya kan?
Tapi sekarang Anda tak perlu khawatir lagi. Bo Ra... dia sadar. Bo Ra... sadar
kembali! Semua berkat Anda." Kata Bo nui.
Di Luar, semua (kecuali Dal Nim) membicarakan mengenai Bo Nui yang masuk ke ruangan Soo Ho. Mereka menggunakan hal ini sebagai taruhan. Seung Hyun dan Hyun Bin bertaruh 10.000 won Bo Nui bakalan kembali bekerja. Yang lain bertaruh Bo Nui akan tetap keluar.
Kembali ke ruangan. Soo Ho tidak mengerti Apa maksud Bo Nui. Bo Nui menyebut malam itu, waktu bulan purnama. Soo Ho tetap tidak mengerti, karena waktu itu tidak terjadi apa-apa.
Bo Nui menjelaskan kalau dukun menyuruhnya untuk menghabiskan satu
malam bersama seorang bershio macan, ia salah paham, ia kira ia harus tidur
dengan orang itu.
"Jadi maksudmu, itu karena kau tidur di rumahku. Makanya adikmu
sadar?" kesimpulan Soo Ho.
Bo Nui mengatakan kalau adiknya bisa menggerakkan jari, selanjutnya
akan bicara dan membuka mata.
"Baguslah." Jawab Soo Ho lemas.
"Terima kasih. Sekarang, Anda tak perlu mengkhawatirkanku.
Seperti janjiku, aku akan hilang dari pandangan Anda."
Soo Ho kelabakan, ia menjawab tidak bisa, Bo Nui tidak bisa
melakukannya. Kalau Bo ra hanya menggerakkan jarinya artinya itu semi-koma.
Dalam keadaan seperti itu, masih harus menunggu untuk bisa benar-benar sadar.
Bo Ra juga harus direhabilitasi setelah 2 tahun di rumah sakit. Dan tagihan
rumah sakitnya akan makin membengkak.
"Bagaiman Anda..." Ucap Bo Nui.
"Makanya! Kertas ini..." Sela Soo Ho sambil menunjukkan
surat pengunduran diri Bo Nui. Soo Ho lalu meremasnya dan melemparnya ke
lantai.
"Anda bilang aku selalu di pikiran Anda."
"Makanya! Tetaplah di sini. Sayangnya aku punya imajinasi jadi
kalau kau kesana-kemari melakukan hal aneh aku tak bisa melihatmu, aku bakalan
khawatir mencarimu kemana-mana! Jadi... tetaplah di sini supaya aku bisa
melihatmu."
Bo Nui tidak bisa berkata apa-apa. Suasana hening sebentar. Soo Ho
lalu melarang Bo Nui untuk menyerahkan surat pengunduran diri, dan jangan telat
kerja lagi! Jangan acuhkan telfon meupun SMS-nya.
"Punya mulut jawab dong!" Bentak Soo Ho karena Bo Nui tak
kunjung menjawab.
"Iya." Akhirnya Bo Nui buka mulut.
Dan untuk hari ini, Soo Ho memerintahkan Bo Nui untuk pulang dan
istirahat. Itu tugas Bo Nui hari ini.
"Daepyonim." Panggil Bo Nui.
"Ezzz.. Sana! Sudah jadi tugas Daepyonim memastikan kondisi
stafnya saat kerja."
Bo Nui mengerti, ia sudah melangkah namun berbaik lagi dan memanggil
Soo Ho. Soo Ho berkacak pinggang, "Ezzz.. ada apa lagi.."
"Daepyonim, Anda macan yang amat sangat baik! Mulai sekarang aku
akan kerja lebih giat tak akan membuat masalah!" Janji Bo Nui barulah ia
benar-benar keluar.
Soo Ho juga ikutan lega mendengar Bo ra sudah mulai sadar.
Ibu Soo Ho hendak keluar rumah, namun ia melirik kotak ikan yang berjejer di depan rumahnya.
Bo Nui melanjutnya ceritanya pada Dal Nim. Dal Nim sampai tidak percaya mendengar cerita Bo Nui, Bo Nui mengatakan kalau itulah yang namanya keajaiban.
"Tapi antara kau dan Daepyonim tak terjadi apa-apa, kan? Beneran,
kan?" Tanya Dal Nim penasaran.
Bo Nui memastikan kalau tidak terjadi apa-apa mereka hanya tidur
karena ia teramat mabuk. Dal Nim lega mendengarnya, jujur ia sempat memikirkan
kalau Bo Nui dan Soo Ho kencan diam-diam karena ia tak tahu.
"Tak mungkin lah. Karena kata-kata Dukun. 100% karena hal itu.
Maaf tak mengatakan padamu sejak awal."
"Tak apa, Sis." jawab Dal Nim sambil memeluk Bo Nui.
Bo Nui mencoba melepaskan pelukan Dal Nim. Dal Nim tak mau melepaskan
Bo Nui, biarlah ia sial sehari. Bo Nui tersentuh dengan perhatian sahabatnya
itu.
Seung Hyun mulai meminum air alkali yang dikirim Boos Won untuk Bo Nui dan ia mulai jatuh cinta dengan rasa air tersebut.
Para staff kantor sudah menunggu Dal Nim untuk mendapatkan jawaban. Dal
Nim mengatakan kalau mulai besok Bo Nui sudah kembali kerja. Dengan begitu,
Seung Hyun dan Hyun Bin mememangkan taruhan.
Dal Nim tidak memperdulikan mereka, dia menuju mejanya untuk menulis
di buku hariannya.
"Tak mungkin lari dari pesonanya!"
Soo Ho sedang sibuk, namun ia tidak bisa fokus, ia terus teringat kata-kata Bo Nui yang menyebutnya sebagai macan yang benar-benar baik.
Bahkan SOo Ho sampai cengar-cengir saat di kafe Ryang Ha.
"Kenapa cengar-cengir dari tadi? Meringkik pula! Kau juga tertawa
dengar leluconku, obatmu habis ya. Kutelepon rumah sakit." Tanya Ryang Ha
heran.
Saat Amy menyapa pun, Soo Ho dengan ramah menyapanya, juga sudah mau
memakai bahasa informal (santai). Ryang Ha tambah heran melihatnya. Soo Ho
jalan duluan dan Amy menyusulnya.
"Apaan nih... sepertinya cuman aku yang kudet." Ujar Ryang
Ha.
Soo Ho menuju parkiran sepeda. Amy juga membawa sepeda ternyata. Soo Ho melihat sepatu Amy (sepatu hak tinggi). Soo Ho bertanya, apa Amy akan mengendarai sepeda dengan sepatu itu.
"Ya enggak lah. Aku bawa sepatu ekstra." Jawab Amy, lalu
menggeledah tasnya, sayangnya ia tak menemukan sepatu lain.
Amy minta tumpangan pada Soo Ho tapi Soo Ho tak mau dan malah
meninggalkan Amy.
"Ambil sepatumu dan naik sepedamu sendiri." Ujar Soo Ho.
Tapi Amy nekat, ia tetap menggunakan sepatunya saat ini dan menyusul
Soo Ho.
"Apa-apan kau? Bahaya." Soo Ho mengingatkan.
"Tak masalah! Kau tak ingat? Kita bertaruh di Madison Park? Kau
kalah dan membelikan es krim. Waktu itu musim semi bunga-bunga bermekaran,
cantik sekali."
"Musim semi? 14 September."
"Bukan ah!"
"Ngeyel! Kau curi es krimku, sakit perut dan bikin mampet
toiletku."
"Hei! Kapan aku.... Gila kau ya."
"Iya, demi kesehatan mental kita lupakan kenangan yang
memalukan."
Soo Ho mengayuh lebih cepat. Amy jendak mengimbangi, namun ia malah
terjatuh.
Soo Ho menolongnya dan membelikan obat pula. Amy juga minta Soo Ho
untuk mengobati lukanya karena letaknya ditangan kanan jadi sulit untuknya.
Soo Ho pun mengoleskan obat dan menempelkan plester.
"Kau sama sekali tak berubah. Selalu melakukan seenak
hatimu." Ujar Soo Ho.
"Karena itu kau suka padaku. 'Jangan main tonjok orang', 'kalau
belajar jangan lupa istirahat sebentar', 'Jangan menjambaki rambut kalau
kesal'."
"Semua itu..."
"Mengkhawatirkan seseorang, terus memikirkannya, berarti kau suka
padanya. Aku kangen... omelannya Je Soo Ho."
Soo Ho pergi setelah menempelkan plaster, ia melarang Amy untuk menaiki
sepedanya, tuntun saja. Amy menurut kali ini.
"Wow, Han Seol Hee kau patuh sekali." Kata Amy untuk dirinya
sendiri.
Soo Ho berpikir sambil mengayuh sepeda. Pertama, kata-kata Ryang Ha yang merasa kalau Soo Ho mengkhawatirkan Bo Nui. Kedua, kata-katanya sendiri pada Bo Nui bahwa ia terus memikirkan Bo Nui sampai membuatnya gila. Dan terakhir, kata Amy bahwa mengkhawatirkan seseorang, terus memikirkannya berarti menyukai orang tersebut.
Soo Ho terus mengayuh sepeda nya sampai ke gedung apertemen Bo Nui.
Soo Ho berhenti disana dan menatap ke atas, barulah ia sadaria ada di mana. SOo
Ho panik dan melepaskan sepedanya.
"Kenapa, kenapa aku kemari? Eh, kaki! Sadarlah." Soo Ho
malah memarahi kakinya.
Soo Ho mengambil sepeda nya kembali dan akan putar balik, namun ia
penasaran, Bo Nui sudah makan belum ya?
Soo Ho berinisiatif untuk membeli makanan di sekitar gedung. Saat ia menunggu pesanannya jadi, ia melihat Bo Nui melintas di depan.
Soo Ho mengikuti Bo Nui sambil membawa makanan. Jarak mereka agak jauh
dan Bo Nui tidak menyadari bahwa Soo Ho mengikutinya.
Bo Nui sampai di depan gedung apartemen, tepat saat itu Geun Wook
keluar dan langsung memeluk Bo Nui. Soo Ho mematung melihatnya, lalu ia berbaik
kecewa.
Malam harinya, Geun Wook membawakan kue+lilin untuk Bo Nui di atap. Geun Wook menyuruh Bo Nui untuk berdoa dulu sebelum meniup lilin.
"Kalau Bo Ra sadar, aku akan sangat bersyukur. Sekarang, untuk
Ayahnya Geon Wook. Tolong, bantu kami menemukannya." do'a Bo Nui, kemudian
mereka meniup lilinnya bersama.
Geun Wook mengajak Bo Nui menjenguk Bo Ra bersama-sama besok. Bo Nui
belum bisa menemui Bo Ra karena dukun masih menyuruhnya untuk berhati-hati.
"Nanti kuberi setoples garam. Taruh di rumahmu." Ujar Bo
Nui.
Geun Wook kemudian bertanya, sekarang urusan Bo Nui dengan
macan-macannya sudah selesai kan? dan urusan Bo Nui dengan Soo Ho sudah selesai
juga kan?
"Tentu saja! Aku tak seharusnya membuat masalah untuk
Daepyonim." Jawab Bo Nui.
Saat Bo Nui kembali ke kantor, dia membagi-bagikan toples garam untuk rekan-rekannya. Yang lain mengira kalau Bo Nui sedang berkencan karena kelihatan bahagia sekali. Bo Nui menyangkalnya. Yang lain memaksa, bahkan mereka akan mengetes Bo Nui dengan deteksi kebohongan yang mereka miliki.
"Hei! Siang ini siapa yang akan melakukan motion capture Gary
Choi?" Tanya SOo Ho yang baru datang, ditambah ia kesal mendengar
percakapan mereka.
Dae Kwon yang menjawab, dia mengatakan kalau itu adalah tugas Bo Nui.
Soo Ho bertanya lagi, sendirian?
"Iya! Gary yang menginginkannya, lagipula mereka berteman
baik." Jawab Dal Nim.
Kemudian Bo Nui maju untuk memberikan toples garam untuk Soo Ho. Soo
Ho melihat ke arah yang lain, lalu ia bertanya, jimat apa lagi itu?
Bo Nui hanya tersenyum dan terus mengulurkan toplesnya. Soo Ho
mengambil toples tersebut dari tangan Bo Nui.
"Jangan coba-coba menyogokku dengan barang beginian ya. Kerja
sebaik-baiknya, plis." Ujarnya.
"Shim Bo Nui babak pertama kalah! Apa lawan terlalu kuat? Kasihan
deh lu!" Bisik Joon Bal pada Bo Nui.
Soo Ho masuk ke ruangannya, ia memilih tempat yang tepat untuk meletakkan toples garam pemberian Bo Nui di meja, ia menggesernya beberapa kali untuk mencari tempat yang strategis. Sambil bergumam kalau Bo nui terus saja senyam-senyum pada setiap orang
"Aku sama sekali tak mengerti, maksudku, sebahagia itukah dia?
Benar-benar bikin kesal."
Soo Ho mengecek komputernya, ada iklan berjudul "Bukti kalau Pria
Jatuh cinta pada wanita...". Soo Ho berkali-kali menutupnya tapi tetap
muncul juga.
"Apaan? Ini semua tak masuk akal." Akhirnya ia menyerah.