Sebelumnya --> Sinopsis Lucky Romance Episode 9 Part 1 dan Sinopsis Lucky Romance Episode 9 Part 2
Bo Nui menunggui Soo Ho yang tertidur di sofa, ia menjawab pertanyaan Soo Ho tadi mengenai ia yang benci Soo Ho.
Bo Nui tidak membenci Soo Ho karena Soo Ho orangnya sangat baik. Bo
Nui tak peduli kata orang, baginya Soo Ho orang yang perhatian dan baik.
"Alangkah bagusnya kalau aku bisa bersikap begitu pada Anda...
Tapi aku tak bisa... dan tak seharusnya begitu. Jadi... jangan sakit."
Bo Nui bangkit tapi Soo Ho menarik tangannya, "Jangan pergi,
tetaplah di sisiku." Pinta Soo Ho.
Pagi di lokasi workshop. Ryang Ha memeluk sesuatu, sementara Seung Hyun yang bangun duluan mencari Dal Nim karena tak berada di sampingnya dan selimut Dal Nim masih rapi.
Yang dipeluk Ryang Ha muncul dari balik selimut, dia adalah Dal Nim. Keduanya bangun bersamaan dan sama-sama terkejut. Dal Nim akan berteriak namun Ryang Ha menutup mulutnya.
"Tolong katakan. Kalau ini cuman mimpi." Pinta Ryang Ha.
Dal Nim malah menggigit tangan Ryang Ha dan ia bangun. Tepat saat itu,
Hyun Bin juga bangun dengan mata tertutup. Dal Nim kembali masuk ke selimut
Ryang Ha dan Hyun Bin kembali berbaring lagi.
Dal Nim bertanya apa yang terjadi sampai ia berada di situ. Ryang Ha
mengoreksi, seharusnya kan ia yang bertanya. Ryang Ha menyuruh Dal Nim cepat-cepat
pergi, jangan sampai ketahuan yang lain.
Dal Nim sudah bangkit, namun tiba-tiba Seung Hyun mengetuk pintu. Dal
Nim balik lagi ke dalam selimut Ryang Ha.
Seung Hyun menanyakan Dal Nim pada Ryang Ha, barangkali lihat. Ryang Ha berbohong kalau ia tidak melihatnya kan yang tidur disana khusus cowok. Seung Hyun penasaran kemana perginya Dal Nim karena semalam Dal Nim mabuk berat.
Ryang Ha menebak kalau Dal Nim mungkin jalan-jalan dengan Bo Nui.
Seung Hyun mengatakan kalau Bo Nui semalam pulang bersama Soo Ho.
Mendengar nama Soo Ho disebut, Dal Nim langsung bereaksi, dia
gerak-gerak di dalam selimut Ryang Ha. Ryang Ha menahan Dal Nim agar tak
bergerak lagi, ia menyamarkan suara gerakan dal Nim dengan memukul pingganya
sendiri.
"Ah.. pinggangku.. Mereka berdua?" tanya Ryang Ha.
Seung Hyun menjelaksan kalau Staf laki-laki semalam menceburkan Soo Ho
ke kolam. Ryang Ha terkejut mendenganrnya, ia sampai tak percaya.
Seung Hyun merasa kalau SOo Ho benar-benar marah makanya subuh
langsung balik. Lalu Seung Hyun keluar untuk mencari Dal Nim.
"Dia kembali dengan Daepyonim?" Tanya Dal Nim setelah keluar
dari selimut Ryang Ha.
Dal Nim menatap Ryang Ha karena tak menjawabnya. Ryang Ha menunjukkan wajah paniknya, Dal Nim bertanya, ada apa?
Amy memeriksa naskah pertanyaan yang akan diajukan. Dia mwlarang membicarakan soal kencan, rumor dan gosip. Dia mengancam akan membawa Gary pergi kalau permintaannya tidak dipenuhi dan itu adalah acara live.
"Bahkan soal cinta pertamanya? Kami ingin membuatnya
romantis!" Pinta PD-nim.
"Terdengar indah. Harus terdengar indah." Syarat Amy.
Mendengar kata cinta pertama, Amy jadi teringat obrolannya dengan Soo
Ho semalam.
-= Kilas Balik =-
Amy mengaku kalau dulu ia terlalu muda, jadi tak tahu. Tapi melihat Soo Ho lagi, ia menjadi yakin. Kenangan di antara mereka semuanya sangat spesial. Soo Ho juga setuju, Kenangan itu sangat spesial.
Amy sudah menduga kalau Soo Ho juga merasa demikian. Entah musim semi
atau musim gugur, 2004 atau 2005, Soo Ho ingat semuanya. "Itulah cinta
pertama!"
Jujur, Soo Ho tak yakin kalau itu cinta. Ia juga tak tahu apa itu
cinta. Tapi memang benar kalau Amy segalanya baginya Saat itu.
"Sekarang?" Tanya Amy.
Soo Ho menghindar, ia mengajak Amy masuk saja.
-= Kilas balik selesai =-
Amy mencerna kata-kata Soo Ho itu. Jadi ia 'dulu' segalanya sekarang ia hanya masa lalu.
10 menit lagi acara dimulai. Gary masih di ruang make up. Setiap ada orang yang masuk ia selalu menoleh ke pintu, berharap kalau itu adalah Bo Nui.
Gary kemudian menghubungi Dal Nim, menanyakan mengenai Bo Nui. Dal Nim
menjelaskan kalau Bo Nui kembali semalam bersama Soo Ho.
"Mereka berdua?" Gary memastikan.
"Bersama." Jawab Dal Nim.
Bo Nui ketiduran di rumah Soo Ho dan tangannya masih dipegang oleh Soo Ho. Dal Nim melihat jam, ia teringat dengan wawancara Geun Wook namun ia tidak bisa pergi karena Soo Ho tak mau melepas tangnnya.
"Dia tidur nyenyak. Syukurlah." Ucapnya setelah melihat Soo
Ho.
Bo Nui mencoba melepaskan tangannya namun Soo Ho malah menariknya,
jadi mereka sangat dekat.
Bo Nui bahkan tidak bisa menjawab telfon Geun Wook. Ia akan meraih
ponselnya namun tidak sampai karena Soo Ho menggenggam erat tangannya.
Gary menyerah, ia pun mulai syuting. Disaat acara sudah mulai, Gary tiba-tiba saja berdiri, ia melihat orang yang mirip Bo Nui namun bukan Bo Nui. Amy menyuruhnya untuk duduk.
Selanjutnya ditampilkanlah foto masa kecil Gary bersama ayah
kandungnya. Ayah Gary juga melihat siaran tersebut.
"Itu foto lama tapi masih terlihat bagus. Kalau Anda tahu orang
ini atau pernah melihatnya aku minta hubungi kami." Pinta Gary.
Gary jujur kalau dulu ia menyimpan dendam pada ayahnya.
"Dulu".
Bo Nui baru sampai setelah acara Geon Wook selesai. Gary nampak kesal, ia mengajak Bo Nui untuk bicara di luar.
Bo Nui mengatakan kalau ia menemani Soo Ho semalam karena Soo Ho
sakit.
"Dia kecelakaan? Atau dia harus segera dioperasi? Dia pasti
hampir mati, kan? Itu sebabnya Nuna tak datang, bahkan tak angkat teleponku.
Iya kan?" Tanya Gary kesal.
"Kenapa kau bilang begitu? Untungnya dia hanya istirahat di
rumah..."
"Jika bukan itu, kenapa--" Gary meninggikan suaranya, lalu
ia berhenti sejenak untuk mengatur intonasinya. "Jika bukan itu, kenapa
Nuna ada di rumah orang itu semalaman?" Lanjut Gary dengan lebih tenang.
Bo Nui minta maaf karena datang terlambat. Ia minta pengertian Geon
Wook karena Soo Ho sakit. Sayangnya, Geok Wook tak mengerti dan tak ingin
mengerti.
"Sebetulnya Nuna anggap apa dia? Apa artinya orang itu, sampai
Nuna menjauhiku? Bahkan Bo Ra, aku lebih tahu darinya. Kenapa Nuna masih saja
dengannya?" Geon Wook masih kesal.
"Kenapa kau marah? Membuatku takut."
"Aku menyukaimu. Iya, benar. Aku menyukai Nuna. Setelah
mengatakan ini, aku merasa yakin. Nuna..."
Bo Nui menyuruhnya berhenti, ia menganggap perkataan Geon Wook ini
cuma efek dari marahnya geon Wook. Geon Wook menjawab tidak.
"Aku tahu. Kau dan aku... kita tidak. Geon Wook, kau tahu
itu!" Jelas Bo Nui.
Peembicaraan mereka terganggu dengan kedatangan Amy yang menyampaikan
kalau Gary ditunggu direktur stasiun Tv karena acaranya harus diselesaikan. Bo
Nui menyuruh Geon Wook untuk cepat masuk dan bertemu lagi malam ini.. atau
nanti.
Ryang Ha bergegas ke rumah Soo Ho. Dia memanggil-manggi Soo Ho dan mencarinya kemana-mana. Soo Ho dengan piyamanya turun ke ruang tamu.
"Sebelum datang, telepon dulu kek!" Ujar Soo Ho.
Ryang Ha langsung memeluk Soo Ho saking senangnya. Soo Ho menggelitiki
Ryang ha agar bisa melepaskan diri.
"Kau masih hidup! Oh, Soo Ho! Soo Ho! Mereka bilang kau jatuh ke
kolam. Jantungku mau copot rasanya, hampir mati saat ke sini. Tapi... kenapa
kau baik-baik saja?"
Ryang Ha menemukan bekas mangkuk makan, dia terkejut mengetahui kalau
Soo Ho bahkan makan, lalu dia membuka kulkas. di dalam juga ada mangkuk
makanan.
"Ka-kau... kau... kau semalaman bersama Bo Nui?" Duga Ryang
Ha. Soo Ho hanya diam saja.
Bo Nui kepikiran dengan pernyataan Geon Wook yang menyukainya dan pertanyaan Geon Wook mengenai arti Soo Ho untuknya.
Ryang Ha memastikan kalau yang dirasakan Soo Ho pada Bo Nui saat ini adalah positif cinta.
"Kalau tidak melihatnya, kau kangen. Saat kau sakit, jadi
tergantung padanya. Kau ingin bersamanya lebih lama makanya terus
mencarinya."
Dan Soo Ho sama sekali tak menyangkalnya, berbeda dari biasanya. Ryang
Ha turut senang, ia sudah membesarkan macan dengan baik. Namun Soo Ho diam saja
saat Ryang Ha bertanya apa dia sudah menelfon Bo Nui.
"SMS, telepon, bicara? Tidak? Hei! Harusnya dayung selagi ada
air! Malah leha-leha." Ucap Ryang Ha kesal.
Bo Nui ada di rumahnya, ia menatap gambar keluargnya lalu curhat pada Bo Ra mengenai apa yang harus ia lakukan kedepannya.
Lalu masuklah SMS Soo Ho "Malam
ini kau mau ngapain?"
Bo Nii membalsnya "Bagaimana
kondisi Anda?"
Soo Ho malah membalasnya dengan emo aneh-aneh. Ryang Ha langsung mengetainya bego saat melihat pesan tersebut. Soo Ho protes dong, kan Ryang Ha juga yang menyuruhnya untuk mengirim emo.
"Bukan yang ini! Yang imut! Gambar hati dipanah! Yang joget-joget
itu lho. Masa nggak tahu?"
Ryang Ha kemudian menanyakan maksud Soo Ho dengan mengirim emo-emo
itu.
1. emo tangan. Kata Soo Ho itu adalah lambang menyapa
"hai.."
2. Yang pake surban. Kata Soo Ho itu orang yang senyum.
Ryang Ha jadi ragu tentang kebenaran nilai IQ Soo Ho. Bo Nui juga tak
merespon, padahal umumnya 3 menit sudah ada SMS balasan tapiini sudah 5 menit.
"Tamat. Tamat dah! Kau mau apa sekarang?" Ryang Ha tertawa
puas dan ia bersedia untuk membantu Soo Ho mengirim SMS.
"Tapi... senangmu itu terlihat aneh."
Ryang Ha menyuruh Soo Ho untuk memakai akal saat bersama Bo Nui
daripada tiap hari naik sepeda. Soo Ho merebut kembali ponselnya dan mengusir
Ryang Ha.
Ryang Ha ingin disana lebih lama. Soo Ho memaksa. SMS dari Bo Nui masuk, mereka berebut untuk melihatnya dan Ryang Ha berhasil menjadi yang pertama. Lalu ia ketawa puas setelah membacanya.
"Anda sudah lebih baik,
kan? Sampai bertemu hari Senin." balasan SMS Bo Nui.
Soo Ho tidak bisa bicara apa-apa setelah membaca SMS Bo Nui. Ryang Ha
bisa membaca kalau Bo Nui sengaja menjauh dari Soo Ho.
"Kenapa kau memaksanya? Dia sama sekali tak punya alasan."
Lanjutnya.
Ryang Ha bersedia menemani Soo Ho minum jika SOo Ho ingin minum,
tinggal telfon saja. "Tidak. 'Sampai nanti hari Senin'!" Ejek Ryang
Ha barulah ia benar-benar pergi.
Amy mengatakan kalau stasiun TV akan segera menghubungi jika ada telepon masuk jadi Gary takperlu khawatir.
Gary mengeluarkan boneka burung hantu pemberian Bo Nui. Amy menduga
kalau itu adalah pemberian Bo Nui dan gary tersenyum sambil menatap bonekanya.
"Sudah kuduga... sejak kapan?" Tanya Amy.
Gary juga tak tahu, Entah saat ia bertemu Bo Nui lagi, atau saat
semalaman menunggu Bo Nui. "Aku malu, kau mengetahuinya."
"Kau sungguh punya pikiran kencan dengannya?"
"Kencan? Sepertinya ide bagus. Kenapa tak kucoba?"
Amy menyilahkan asal Gary pede putus dengan Bo Nui setelah 1 bulan.
"Jangan lupa. Kau Gary Choi. Dan kau harus kembali. Kau punya 1 bulan
bermain dengan masa lalumu."
Amy keluar dari apartemen dan ia berpapasan dengan Bo Nui yang hendak pulang. Bo Nui membawa makanan sebagai permintaan maaf pada Geon Wook karena tadi terlambat.
"Dan minta maaf karena setelah dia mengakui perasaannya kau
melarikan diri." Lanjut Amy.
"Anda tahu?"
"Terkadang, aku lebih dekat dengannya daripada keluaga atau
temannya."
"Dia pasti salah paham. Biasanya kami saling mendukung, Gary
pasti bingung. Terkadang, orang tak tahu apa yang mereka rasakan."
"Bo Nui sendiri bagaimana? Kau yakin dengan perasaanmu?"
"Pada Geon Wook? Tidak, jelas tidak.
"Makanya tadi harusnya kau datang lebih awal. Kenapa sampai
terlambat dan membuatnya kesal?"
Bo Nui mengatakan alasannya bahwa Soo Ho sakit. Amy panik, Kenapa? Di
mana? Apa dia kecelakaan?
Bo Nui menjelaskan kalau Staf yang mabuk menceburkannya ke kolam. tapi
Kondisinya tidak parah kok.
Amy bertanya, apa Soo Ho di rumah sakit. Bo Nui menjawab kalau Soo Ho
inginnya di rumah. AMy marah, kenapa Bo Nui malah menuruti kemauan Soo Ho.
"Meskipun Soo Ho tak mau, harusnya kau bawa dia ke rumah sakit.
Atau telepon aku! Situasi ini bukan kau yang harus menanganinya, kau tahu
kan?"
Bo Nui mendesah, kenapa Amy harus marah padanya. Ia meyakinkan kalau
Soo baik-baik saja, ia merawatnya semalaman dan memastikan kalau Soo Ho bisa
tidur nyenyak. Amy mengatakan kalau ada alasan yang tidak Bo Nui ketahui.
"Aku juga sudah tahu. Kejadian yang menimpa Daepyonim saat masih
kecil."
"Itu... bagaimana kau mengetahuinya? Apa Soo Ho yang
mengatakannya?"
"Iya." Jawab Bo Nui. Amy sudah tidak bisa berkata lagi, lalu
Bo Nui masuk.
Saat naik tangga Bo Nui menyesali perkataannya tadi, kenapa malah bertengkar dengan Amy, "Punya hak apa kau?" Gumamnya.
Bo Nui meletakkan makanan yang dibawanya ke gagang pintu apartemen
Geon Wook. Lalu ia masuk ke apartemennya sendiri.
Soo Ho tak bisa melupakan kejadian semalam, ia terus teringat Bo Nui dan Bo Nui. Ia bahkan menirukan jawaban Bo Nui saat ia memintnya untuk tidak pergi.
"Aku tak akan pergi. aku akan di sini"
Lalu ia tersenyum girang, sampai lompat sana lombat sini, tendang sana
tendang sini.Dan pada akhirnya ia duduk manis, merangkai kalimat untuk mengirim
pesan pada Bo Nui, tujuannya sih cuma mau ngajak makan.
"Besok kau ada rencana?"
"Ada apa ya?"
"Kalau tak punya rencana,
kita makan yuk."
"Tidak, aku ada
janji."
Soo Ho kesal karena Bo Nui selalu sibuk. Ia berpikir, apa langsung
datangi rumahnya aja ya? namun ia bingung nanti mau bilang apa, ia tak bisa
bilang kalau ia ingin bertemu dengan Bo Nui.
Pusing pala abang. Namun ia kembali tersenyum saat melihat kamera yang
ia gunakan dalam workshop kemarin.
Amy menghubungi Ryang Ha. Ryang ha menjawabnya namun mengatakan kalau ia tak bisa menerima telepon. Amy mendengar suara orang menangis, ia penasaran siapa itu.
Ryang Ha melirik Dal Nim yang menangis dihadapannya lalu ia menjawab
"Oh, ada kambing di sebelahku. Kalau mendesak, nanti saja."
Amy sebenarnya ingin menanyakan mengenai Soo Ho. Ryang Ha agak gimana
gitu karena semua wanita khawatir pada Soo Ho. Ryang Ha lalu menjawab kalau Soo
Ho baik-baik saja tak ada yang perlu dikhawatirkan.
Ryang Ha menutup telfon lalu beralih ke Dal Nim yang menangis keras banget.
"Malam pertamaku yang kulindungi selama 26 tahun! Dengan kau...
bagaimana bisa pria menyebalkan sepertimu?"
Ryang Ha kelabakan, dia menyuruh Dal Nim untuk diam, malu karena
banyak yang menatap mereka.
"Dengar ya, Dal Nim! Kita perjelas ya. Kau masuk ke
kamarku."
Dal Nim malah semakin keras menangisnya. Lalu dia berhenti menangis.
Dia ingin memperjelas, kejadian kemarin tak usah diingat-ingat dan yang pasti
mereka tak bisa bersama.
"Ini kesempatan seumur hidupku!" Dal Nim kembali menangis
keras.
"Kau lagi syuting drama? Apa ada kamera di sini?"
Dal Nim mencemaskan Soo Ho yang hanya berdua dengan Bo Nui,
malam-malam ke Seoul. Duduk di sebelah Soo Ho yang seharusnya miliknya.
"Kau terus menyangkal kalau suka Je Soo Ho!" Ucap Ryang Ha.
mulai sekarang Dal Nim melarang Ryang Ha untuk menyapanya kecuali butuh.
Dal Nim lalu berdiri, Ryang Ha menawarkan untuk memberi bocoran tentang Soo Ho.
Dal Nim kembali duduk dan bersiap mencatat. Ryang Ha tidak mau semuadah
itu memberitahu, ia ingin Bo Nui bilang dulu sekencang-kencangnya pada semua
orang yang ada di sana bahwa mereka tak ada apa-apa.
"Kemarin malam orang ini... tidur denganku." Kata Dal Nim
dengan pura-pura menangis.
Bo Nui akan berdoa di atap namun ia kembali saat melihat Geon Wook juga ada disana, sedang menatap ke depan.
"Nuna mau menghindariku lagi?" Tanya Geon Wook.
Bo Nui berhenti dan berbaik "Kau lihat ya?"
Geon Wook bersedia pergi jika Bo Nui merasa tak nyaman. Bo Nui
melarangnya, ia tidak merasa begitu kok dan Geon Wook bisa tetap di atap.
Tapi Bo Nui memang tidak bisa bersikap seperti biasanya, ada rasa
canggung disana.
Soo Ho beneran mendatangi apartemen Bo Nui. Dia kesana dengan sepedahnya. Setelah sampai, dia menatap apartemen Bo Nui dari bawah dan melihat kalau lampu apartemen Bo Nui mati. Soo Ho menelfon untuk memastikan, apa Bo Nui tidak ada di apartemen, namun tak ada yang menjawab karena Bo Nui meninggalkan ponselnya di dalam apartemen sementara ia ada di atap.
Geon Wook memotret Bo Nui yang sedang berdoa. Katanya mau ia simpan, karena biasanya kalau suka seseorang akan kangen.
"Geon Wook..."
"Tadi aku marah, maaf ya. Tidak keren ya?"
"Geon Wook... Aku..."
Geon Wook melarang Bo Nui untuk bicara apa-apa. Geon Wook belum melakukan
apa-apa. Geon Wook akan berusaha sekuat tenaga membuatBo Nui terkesan dan
membuka hati. Barulah Bo Nui bisa memberi jawaban atas semua upaya yang ia
lakukan.
"Karena itu Nuna, kalau besok kau ada waktu. kau mau kencan
denganku?"
"Choi Geon Wook!"
"Nah gitu! Senyumlah seperti itu. Itu yang kubutuhkan. Aku pergi
dulu."
Geon Wook kembali ke apartemennya dan ia langsung minum. Ternyata ia gugup juga tadi, namun berusaha untuk bersikap keran.
Soo Ho mencetak semua foto Bo nui yang diambilnya saat workshop dan saat ini ia menunggu di taman. Ia menunggu Bo Nui yang tak kunjung datang padahal ia sudah berniat akan langsung pergi setelah memberikan fotonya.
Bo Nui sedang menjahit, karena suara berisik mesin jahit, ia jadi
tidak mendengar dering telfonnya. Semantara Soo Ho terus menunggu di taman.
Bo Nui berhenti menjahit, barulah ia membaca pesan Soo Ho.
"Ada yang ingin kuberikan padamu."
"Angkat teleponmu ya."
Langsung deh ia berlari ke taman, namun SOo Ho sudah tidak ada diana.
Bo Nui pun kembali ke apartemennya.
Saat ini ia sudah bersiap tidur, ia melihat lagi pesan dari Soo Ho. Bo
ui meyakinkan dirinya kalau semua ini demi kebaikan.
Jam 4 pagi, pintu apartemen Bo Nui diketuk dari luar. Bo Nui terbangun dan membukanya. Soo Ho lah yang datang karena tak bisa tidur, kepalanya rasanya mau meledak. Bo Nui tak mengertilah maksud Soo Ho.
Soo Ho menunjukkan jimat yang ditulis Bo Nui di tangannya, Soo Ho
berkata kalau ia tidak menghapusnya, kalau ia hapus rasanya seolah ia menghapus
kenangan malam itu bersama Bo Nui. Jadi ia tak bisa.
"Aku tahu ini tak masuk akal. Tulisan ini dan waktu yang berlalu
tak ada titik temunya. Aku tahu itu. Tapi hatiku merasakan itu. Ini apa?"
Bagi So Ho, Bo Nui tak masuk akal, Mau berapa kali ia kalkulasi, tidak
ada fungsi yang bisa menyelesaikan Bo Nui. Jadi Bo Nui memang bug yang membuat
galau pikirannya, hidupnya. Tapi bug itu tak ingin diperbaikinya, ia hanya
berharap akan tetap di kepalanya.
"Harus kuapakan ini? Haruskah kuperbaiki? Atau tidak?"
"Apa yang Anda bicarakan... tiba-tiba kesini subuh begini...
Tolong pergilah."
Dan Bo Nui menutup pintu apartemennya. Soo Ho berjalan lunglai keluar. Bo Nui diam-diam menatap kepergian SOo Ho dari atap gedung apartemen.