Rapat akan segera dimulai. Tae Suk belum ada di ruangan, ia masih di
depan banner peringatan. Setelah membacanya, ia mencopot dan membawanya ke
ruang Rapat.
Pak Guru akan menjelaskan masalahnya namun Kepala Sekolah (Ayah Dong
Gyu) menyela. Perkelahian ini tidak terjadi di antara para murid. Ia ingin
mengoreksinya dengan kata-kata, pelaku telah melakukan kekerasan pada anak
lain.
"Seperti yang kalian tahu, sekolah ini memiliki peringkat tinggi
dalam kelulusan masuk sekolah lanjutan yang bermutu. Dan selama 3 tahun,
sekolah ini dianggap sebagai institusi yang bebas dari kekerasan."
Tae Suk masuk kemudian duduk di samping Jeong Woo. Kepala berhenti
bicara sampai Tae Suk duduk, lalu Tae Suk mempersilahkannya untuk melanjutkan
kata-katanya.
"Itu sebabnya, sebagai pemimpin sekolah ini, aku sangat kecewa
atas rusaknya reputasi sekolah ini. Sebagai pengajar, aku yakin kekerasan dalam
sekolah harus ditindak tegas. Karena itu satu-satunya cara melindungi
kehormatan kami dan kepolosan anak-anak kita. Demi melaksanakan proses ini, aku
akan bertanya beberapa hal. Aku harap, para murid dapat menjawab dengan
jujur."
Kepala mulai menanyai Sang Hyun, apa benar Jeong Woo memukul kepala
Dong Gyu tanpa alasan. Sang Hyun mengiyakan dan saat bertanya ke Myung Soo
pertanyaan yang sama, Myung Soo juga mengiyakan tapi ia belum selesai, ia akan
menjelaskan alasannya. Sayangnya Dong Gyu memotongnya.
"Ada alasannya. Sebenarnya, Myung Soo kehilangan jamnya belum
lama ini. Tapi, itu ditemukan di ransel Jeong Woo. Aku melihat Jeong Woo
menaruhnya di ranselnya, jadi aku memberitahu ke guru. Aku tidak enak karena
sudah mengadukan temanku, tapi..."
Jeong Woo tidak terima dituduh seperti itu, ia berteriak kalau itu
Bohong! Kepala melarangnya bicara, Kepala akan memberinya kesempatan nanti,
jadi tunggu saja
Kepala memaksa Jeong Woo untuk berkata jujur, Jam tangan Myung Soo ada
di tas Jeong Woo dan ada7 saksi yang melihatnya.
"Yang beberbohong.... (Jeong Woo melirik Dong Gyu) bukan
aku." Yakin Jeong Woo.
"Aku tanya sekali lagi. Kau melukai Dong Gyu... untuk membalas
dendam pada Dong Gyu, bukan?"
"Tidak!"
Jeong Woo tahu kalau Perbuatannya pada Dong Gyu memang buruk, tapi
Dong Gyu dan Sang Hyun yang memukulnya duluan. adi ia marah dan... Kepala memotongnya, tadinya kepala ingin
memberinya kesempatan, tapi mustahil.
Tae Suk angkat bicara, "Mustahil" bukan kata-kata yang bisa
dikatakan dengan mudah. Kepala tak mengerti maksudnya. Tae Suk melanjutkan, Itu
bukan perkataan yang layak dikatakan seorang pendidik.
"Aku... hanya bicara soal fakta." Alasan Kepala Sekolah.
"Apakah menginjak rasa percaya diri putraku dengan sifat
dominanmu dan menyakiti perasaannya termasuk dalam berbicara soal fakta?"
Kepala bertanya, apa Tae SUk sudah selesai. Tae Suk menggebrak meja
lalu berdiri, ia menjawab kalau ia baru saja mulai. Kepala akan memberimu
kesempatan, jadi bicara saja nanti! Tae Suk tak mau, Ini bukan pengadilan, dan
kepala tidak sepantasnya memerintah mereka atau mengatur mereka. Kepala mencoba
untuk menghentikan Tae Suk tapi Tae SUk tak menghiraukannya.
"Ahn Dong Gyu! Lee Sang Hyun! Aku berterima kasih sekali pada
kalian. Semua kekerasan dan kebohongan yang kalian tuduhkan pada Jeong Woo,
mengajarkan dia... bahwa tidak ada teman lagi di dunia ini dan dia harus
membalas apa yang Ia dapatkan."
Tae Suk berganti menatap Myung Soo,,"Lalu... saat teman sedang
butuh bantuan, dia belajar bahwa dia harus tutup mata. Karena, kalau dia
membantu, dia malah akan menggantikan posisi temannya.
Tae Suk sekarang menatap wali kelas,,"Lalu, aku juga ingin
berterima kasih pada para guru. Dia meminta tolong pada gurunya, tapi guru
malah mempersulit dia dengan menyebutnya sebagai penjahat. Dan menjadikan dia
sebagai seorang pencuri! Anda mengajarkan padanya, bahwa apapun kondisinya, dia
tidak boleh percaya pada gurunya! Terima kasih."
Kepala menyela Tae Suk. Tae Suk membenatak, ia masih belum selesai!
Lalu ia menunjukkan papan peringatan yang dibawanya.
"Bagaimana mungkin berkata pada seseorang yang telah terbunuh
untuk berpikir kenapa mereka dibunuh? Bagaimana bisa Anda menaruh tulisan ini di
luar ruang konsultasi? Apa Anda tidak malu?"
Yang Kepala pikirkan hanya reputasi sekolah, dan bagaimana agar
terpilih menjadi sekolah teladan. Apa ini filosofi sekolah ini?! Inilah
kebenaran soal sekolah ini, dan apa yang sudah dilakukan pendidik dalam sekolah
ini. Maka... orang dewasa tidak bisa dipercaya. (Tae SUk melemparkan papannya).
"Apa yang dipelajari anak-anak, sejak di sekolah ini sampai
dewasa dan menjalani hidup... memikirkannya saja, sudah membuatku mual."
Lanjut Tae Suk.
Kepala kembali mengatakan mustahil, kali ini mustahil untuk
melanjutkan rapat ini.
"Mustahil? Siapa? Siapa yang Anda anggap mustahil? Apakah sekolah
yang sudah mengabaikan dia merasa belum cukup dan menjadikan korban sebagai
pelaku?! Kalau tidak, apakah pelaku yang sudah menindas korban? Ataukah si
anak, yang ketakutan dan malah berpihak pada si penindas? Kalau bukan itu,
apakah Jeong Woo yang sudah membalas kekerasan dengan kekerasan?!" Tanya
Tae Suk.
Kepala bertanya, apa pembelaan Tae Suk terhadap Jeong Woo sudah selesai.
Tae Suk hanya ingin mengatakan kalau semua ini salah mereka, Saat orang dewasa
berantakan, bagaimana seorang anak bisa benar?!
"Lalu... Lalu... yang paling mustahil adalah... Saya sendiri.
Sebagai pengacara, sudah jadi tugasku untuk mendengar kisah klienku. Tapi aku
tidak bisa memegang tangan putraku yang sedang minta tolong. Dan aku tidak bisa
mendengar penderitaan yang dialami anakku. Dia hanya bisa... melawan kekerasan
dengan kekerasan. Sebagai seorang ayah, aku sangat malu dan merasa bersalah.
Sekali lagi... maafkan aku. Anak-anak... tidak seharusnya mendengar perkataan
'mustahil'. Melebihi diriku yang arogan, dan kalian, mereka jauh lebih murni.
Agar mereka lebih punya keberanian untuk mengakui kesalahan mereka! Aku tidak
ingin melakukan pembenaran atas sikap anakku. Kami akan menerima hukuman yang
tepat baginya.Lalu... kalian semua... harusnya dihukum juga."
"Apa kau sedang... mengancam anak-anak?!" Bentak Kepala
Tae Suk hanya meminta sikap yang masuk akal dan benar dari sekolah!
{ara pendidik memiliki hak untuk memberi hukuman yang adil. Tapi... jika Para
Pendidik menyakiti anaknya lagi dengan keputusan berat sebelah, Ia tidak akan
diam saja.
Young Joo menghentikan Tae Suk dan mengajaknya pulang, itu sudah
cukup. Tae Suk dan keluarga sudah ada di depan pintu.
Myung Soo berdiri dan mengakui kalau semua ini kesalahannya, ia yang
sudah merusaki jam itu, dan menaruhnya di ransel Jeong Woo. Ia melakukannya
karena takut dipukul Dong Gyu kalau melawan.
"Jangan berbohong!" Bentak Kepala.
"Aku tidak bohong. Jeong Woo ingin membantuku, makanya dia
melapor pada bu guru, tapi bu guru malah memanggil Dong Gyu dan Sang Hyun di
depan kami. Itu sebabnya Dong Gyu membenci Jeong Woo. Sejak itu Dong Gyu dan
Sang Hyun mulai menindas Jeong Woo. Aku juga... ikut-ikutan menindasnya karena
disuruh Dong Gyu. Dia ditindas menggantikan tempatku. Karena Dong Gyu anaknya
Kepala Sekolah, maka tidak ada gunanya kalau kami melapor ke guru! Jeong Woo
hanya ingin menolongku. Aku yang jahat. Maafkan aku, Jeong Woo." Myung Soo
menangis.
Young Joo mendekat dan memeluknya, Myung Soo kembali minta maaf, ia
sungguh menyesal. Young Joo mengatakan tidak apa-apa, Young Joo berterimakasih
karena Myung Soo sudah memberanikan diri. Terima kasih banyak. kemudian Young
Joo keluar ruangan bersama Tae Suk dan Jeong Woo dengan penuh senyum.
Kepala sekolah menyampaikan kesimpulannya, karena tujuan rapat sedari
awal adalah membahas mengenai pemukulan yang dilakukan Jeong Woo terhadap Dong
Gyu maka ia harap orang tua murid dapat memberi hukuman disiplin pada tindakan
Jeong Woo.
"Semua ini adalah salahku. Saat Myung Soo dan Jeong Woo menemui
aku, aku tidak cukup perhatian. Ini semua terjadi karena aku tidak percaya
perkataan Jeong Woo. Aku minta maaf." Ungkap Guru Wali kelas.
Kepala mengatakan kalau sekarang bukan waktu yang tepat untuk membahas
itu. Bu Guru tahu ini tidak pada tempatnya, tapi karena Kepala adalah ayah
korban, maka lebih adil jika Kepala tidak ikut campur, Begitu juga dengan orang
tua murid Myung Soo dan Sang Hyun.
Kepala tidak setuju dengan pendapat Guru wali kelas tapi Ayah Myung
Soo membenarkan Bu Guru, Seperti kata ayah Jeong Woo, mereka tidak bisa berat
sebelah dan merusak anak mereka sendiri. Kepala pun keluar ruangan diikiuti
istrinya dan Dong Gyu.
Ayah Myung Soo menyusul Tae Suk-Jeong Woo-Young Joo. Ia tidak tahu
harus berkata apa, tapi ia sungguh minta maaf. Young Joo menjawab tak apa,
mereka sungguh berterima kasih karena Myung Soo sudah berani bicara.
Ayah Myung Soo pada Jeong Woo: Aku minta maaf sudah salah paham
padamu. Lalu, terima kasih karena sudah menolong Myung Soo kami.
Jeong Woo menjawab kalau itu juga salahnya. Lalu Ayah Myung Soo pergi
ke keluarganya dan kedua keluarga saling membungkuk hormat.
Sebelum mobil melaju, Tae Suk
memberi kebebasan bagi Jeong Woo jika mau pindah. Jeong Woo akan tetap
sekolah disana karena jika ia pindah maka Myung Soo akan sendirian. Selama
perjalanan pulang, Jeong Woo membuka kaca mobil dan ia tersenyum menatap
keluar.
Tae Suk menurunkan Jeong Woo dan Young Joo di rumah lalu ia akan
kembali ke kantor. Tapi ia urungkan, kemudian ia mengajak Jeong Woo untuk
menjemput Yeon Woo.
Setelahnya, mereka berempat jalan-jalan dulu. tertawa bersama dan
berakhir dengan mengambil foto.
Jeong Woo dan Yeon Woo main berdua. Tae Suk melihatnya dengan sedih.
Young Joo menggenggam tangannya dan menatapnya tanpa mengatakan apa-apa.Tae Suk
mampu tersenyum bahagia karena hal itu.
Mereka berjalan pulang. Tae Suk dan Jeong Woo memimpin di depan. Jeong
Woo mengatakan pada Tae Suk kalau ia ingin jadi sutradara film sejak nonton
"The Shawshank Redemption" di kelas 5. film tentang seseorang yang
lari dari penjara setelah dituduh sebagai pembunuh. pemeran utamanya mengatakan
hal keren di film itu. "Ingatlah, Red. Pengharapan adalah hal yang baik.
Mungkin hal yang terbaik, maka tidak ada hal baik yang akan berakhir."
Menurut Jeong Woo kalimat tadi sangat keren. Tae Suk menyetujuinya.
Jeong Woo berucap kalau hari ini Tae Suk keren sekali.
"Ayah. Aku, akan mengingat kejadian hari ini selamanya. Karena
hal baik tidak akan pernah berakhir, maka aku tidak akan melupakan ini."
Yeon Joo memanggilnya untuk lomba lari.
Kata Hati Tae Suk: Suatu hari, ayah mungkin melupakan hari ini. Ayah
mungkin akan lupa kalau kau bilang ayah keren, dan apa perkataan pemeran utama
itu pada Red. Ayah akan melupakan semua.
Young Joo mendekat, ia mengatakan kalau Jeong Woo jadi semakin dewasa
hari ini. Tae Suk mengiyakan. Young Joo merasa senang bisa ngobrol dengan Tae Suk setelah sekian lama.
"Rasanya sudah lama kita tidak jalan bersama sehingga rasanya
canggung." Balas Tae Suk.
"Kenapa aku menikahi lelaki sepertimu?"
"Karena aku keren? Itu kata Jeong Woo. Dia bilang aku
keren."
Kemudian Tae Suk merangkul Young Joo dan keduanya berjalan menyusul
anak-anak.
Sun Hwa sedang membuat teh, ia memikirkan beberapa keanehan Tae Suk
belakangan ini, mengenai Tae Suk yang sering kali lupa.
Jeong Jin di ruangan Tae Suk bersama Soo Ji. Jeong Jin membujuk Soo Ji
untuk jujur padanya agar bisa ia bantu. Soo Ji merasa kalau hal itu tak perlu,
toh Jeong Jin juga tak akan mempercayainya. Sun Hwa masuk dengan membawakan
teh.
"Percaya. Kau kenal Jin Kyung yang kerja disini, bukan? Aku juga
dengar darinya." Jawab Jeong Jin.
Jeong Jin berterimakasih atas teh Sun Hwa. Di Teh Soo Ji ada pesan
dari Sun Hwa, "Soo Ji, fighting!". Jeong Jin membolak-balik teh nya
tapi tak ada pesan apapun di sana.
Sun Hwa keluar bertepatan dengan Tae Suk yang datang. Sun Hwa
menjelaskan kalau Jeong Jin menelfon Soo Ji 10 kali agar mau datang. Tae Suk
menjawab kalau Jeong Jin memang begitu orangnya.
Tae Suk akan masuk ke ruangannya tapi tak jadi. Sun Hwa tanya,
memangnya kenapa. Tae SUk menjawab kalau Soo Ji akan tutup mulut kalau ia masuk
ke dalam. SUn Hwa tersenyum dan menjelaskan kalau orang yang ingin ditemui oleh
Soo Ji adalah Tae Suk.
"Dia tertipu olehku, karena aku bicara manis kalau di TV." Jawab
Tae Suk.
Tae Suk melirik ke ruangannya, Di sana Jeong Jin sedang menjelaskan
pada Soo Ji. Lalu Tae Suk meminta Sun Hwa ikutan masuk juga, ia mau minta
tolong.
Jeong Jin masih berusaha untuk membujuk Soo Ji agar mau jujur. Tae Suk
dan Sun Hwa masuk ke dalam. tae Suk duduk di kursinya sedangkan Sun Hwa duduk
di samping Soo Ji.
Tae Suk kembali menyuruh Soo Ji untuk menghapus riasannya. Soo Ji tak
mau karena kata teman-temannya ia cantik begini. Lalu Sun Hwa menyampaikan
pendapatnya kalau Soo Ji akan jauh lebih cantik jika riasaanya diperlembut. Soo
Ji mulai tertarik, bagaimana caranya. Sun Hwa mengatakan kalau ia akan
mengajari Soo Ji nanti. Jeong Jin melirik Tae Suk lalu Sun Hwa bergantian.
"Soo Ji, apa pemilik tokomu mengancammu?" Tanya SUn Hwa
setelah mendapat kode dari tae Suk.
Soo Ji terdiam, Jeong Jin lalu masuk, ia ikutan bertanya, mengancam
apa. Sun Hwa berkata lagi, tak usah takut, apapun itu ceritakan saja. Karena
mereka ingin membantu.
"Ahjushi itu selalu meraba pinggul dan pantatku, jadi aku bilang
padanya aku akan melaporkannya. Dia bilang kalau aku melapor, dia akan bilang
aku yang merayunya." Cerita Soo Ji.
Jeong Jin kesal mendengarnya. Soo Ji melanjutkan ceritanya, pemilik
toko bilang akan membuatnya berhenti sekolah, dan mengirimnya ke tahanan
remaja. Kalau begitu, neneknya tidak akan dapat bantuan sosial lagi.
"Kau percaya perkataannya?" Tanya Jeong Jin, dan Soo Ji
mengangguk.
Ponsel Tae Suk berbuyi, dari Eun Sun. kemudian ia mengangkatnya di
luar ruangan. Jeong Jin menjelaskan pada Soo Ji kalau perkataan pemilik toko
tidak benar tapi tindakan Soo Ji yang sampai mencuri kartu kreditnya itu salah
karena Soo Ji yang akan dinilai jahat oleh orang lain. Soo Ji mengerti. Jeong
Jin berjanji kalau ia akan menyelesaikan masalah ini jadi Soo Ji tak perlu
khawatir.
Eun Sun menelfon untuk bertanya, apa Tae SUk sudah mengingatnya (Orang
yang kemungkinan punya dendam pada Tae Suk). Tae Suk menjawab kalau ia sedang
sibuk. Jadi seperti katanya, itu terjadi saat ia masih jadi pembela publik. Ia
tidak punya kasus yang membuatbya dimusuhi.
"Apa kau mau melarikan diri seperti dulu."
"Kalau kau berpikir begitu... silahkan saja."
Eun Sun tak mengerti maksud Tae Suk. Tae Suk tahu kalau Eun Sun akan
merasa lebih baik kalau ada orang yang bisa disalahkan. Ia tahu! Tapi ia lelah,
jadi tolong hentikan.
"Sepertinya aku berharap terlalu banyak padamu. Daripada
menjalani sidang yang benar, kau lebih suka melakukan kompromi dan melarikan
diri. Aku lupa siapa dirimu."
"Dong Woo adalah anakku! Aku yang paling ingin menangkap
pelakunya. Ayah Dong Woo adalah aku, Park Tae Seok!" Bentak Tae Suk lalu
menutup telfon.
Jaksa Kang masuk ke ruangan Eun Sun. Eun Sun tidak menyadari kalau
Jaksa Kang datang.
"Sepertinya... Aku salah waktu."
Eun Sun baru sadar. Ia buru-buru mengatakan tidak. Jaksa Kang
mengatakan kalau ia sudah menelpon Dept. Forensik Nasional soal CCTV itu...
Akan makan waktu lama untuk memulihkannya, Tapi, gambarnya pasti akan kurang
jelas, dan karena dia memakai topi pasti akan tertutup.
"Aku berharap terlalu banyak." Ujar Eun Suk.
Jaksa Kang merasa bersalah, seandainya saja mereka bisa tahu siapa
yang meretasnya. Tapi mereka melawan dengan sembunyi-sembunyi.
"Jaksa Kang, lepaskan tanganmu dari kasus ini. Kau sudah cukup
membantu. Aku akan melanjutkannya."
Jaksa Kang memulainya karena Eun Sun, dan karena sekarang ada di
tangannya, ia yang akan putuskan mau lepas atau tidak.
"Terima kasih atas perhatianmu, tapi kembalilah bekerja."
Pinta Eun SUn.
"Aku menyukaimu Hakim. Aku ingin menikahimu. Aku suka padamu,
makanya ingin menikahimu."
"Jaksa Kang.”
"Aku tidak perlu langsung mendengar jawabanmu. Aku hanya... ingin
kau tahu kalau aku akan selalu di sisimu."
Kemudian Jaksa Kang menyesalinya, ia sudah yakin akan melakukannya
dengan gaya... Ia minta maaf, tapi ia menarik perkataanku barusan. Ia akan
mencari waktu lain kali. Waktu bagus lainnya. Jadi tunggu saja sampai hari itu
datang. Kemudian ia pamit. Saat akan keluar ia menyandung kursi saking gugupnya.
Tae Suk menghubungi kenalannya. Ia minta bantuna orang itu untuk
mencari tahu siapa yang sudah meretas CCTV sebuah toko.
Tae Suk lalu kembali ke ruangannya. Soo Ji akan pulang. Tae Suk
melarangnya untuk keluyuran dan langsung pulang saja. Soo Ji mengatakan kalau
ia akan ke rumah sakit. Lalu Tae Suk memberinya uang untukbeli makanan enak
buat nenek dan adikmu juga. Soo Ji menolaknya tapi Tae Suk memaksa, tidak boleh
menolak orang dewasa. Akhirnya Soo Ji menerimanya tak lupa mengucapkan
terimakasih.
"Atur mobil untuk mengantarnya ke rumah sakit." Perintah Tae
Suk ke Sun Hwa.
Jeong Jin menanyakan pada Sun Hwa, apa Sun Hwa tidak menyadari kalau
Tae Suk berubah. Sun Hwa menjawab, entahlah.