Tae Suk ke ruangan CEO Lee untuk melapor mengenai kasus Presidir Jung.
Kemudian CEO Lee mengatakan kalau Ketua Shin ingin bertemu dengan Tae Suk
besok. Mungkin agar Tae Suk berbaikan dengan Wakil Presdir Shin.
"Kalau itu mau Ketua, aku tidak akan bisa menolak." Jawab
Tae Suk lalu berdiri untuk keluar.
CEO Lee merasa Tae Suk sepertinya berubah belakangan ini, ia merasa
Tae Suk terlihat berbeda. Kadang terlihat tidak biasa.
"Orang tidak mudah berubah." Jawab Tae Suk, kemudian
melangkah.
Tae Suk teringat dengan Seung Ho, ia tanya pada CEO Lee, apa terjadi
sesuatu pada Seung Ho? CEO Lee balik bertanya, memangnya kenapa. Tae Suk
menjawab tidak kenapa-kenapa, ia hanya penasaran. CEO Lee tidak percaya, Tae
Suk bertanya pasti ada alasannya.
"Ah, dia sudah seperti keponakanku, makanya aku cemas, kukira kau
terlalu menekannya. Jaman sekarang anak seperti Seung Ho itu jarang. Dia baik
dan patuh pada orang tua. Baik-baiklah padanya." Jawab Tae Suk.
CEO Lee membalas kalau Tae Suk tidak perlu mencemaskan Seung Ho,
pikirkan saja keluarga sendiri. Tae Suk mengerti.
Tae Suk keluar, lalu Jung Won berdiri di depan pintu ruangan CEO. Ia
memikirkan sesuatu sebelum masuk.
-= Kilas Balik =-
CEO Lee minum dengan tergesa-gesa. Jung Won memintanya untuk minum
pelan-pelan karena nanti bisa mabuk. CEO Lee menjawab kalau orang minum yang
pasti mabuk tujuannya. Jung Won menyadari pasti ada sesuatu, lalu ia tanya pada
CEO.
"Apa kau tahu bedanya rasa bersalah dengan malu?" Tanya CEO.
Jung Won bingung. Lalu CEO Lee menjelaskan, Rasa bersalah adalah
perasaan yang dirasa saat melakukan kesalahan. Rasa malu adalah perasaan yang
dirasa saat ketahuan bersalah.
"Apa bedanya?" Tanya Jung Won.
"Rasa bersalah bukanlah kesalahan, rasa malu adalah kesalahan.
Perbedaannya besar."
-= Kilas balik selesai =-
sekarang CEO Lee menunjukkan ekspresi yang sama dengan waktu itu. Jung
Won jadi curiga, ada hubungan apa CEO Lee dengan Tae Suk.
Reporter menelfon Jaksa kang yang saat ini sedang bersama Seung Ho.
Reporter mengatakan kalau ia sudah bertemu dengan detektif yang menangani kasus
tabrak lari dan sepertinya ada yang aneh.
"Apa penjahatnya bekerjasama dengan polisi? Kau sudah baca berkas
kasusnya? Apa tidak terlalu bersih? Seolah ada yang mengaturnya?? Itu masuk
akal." Lanjut Reporter.
"Memang masuk akal, tapi tidak ada bukti. Kita tidak tahu siapa
orangnya, dan tidak ada bukti. Maka itu bukanlah fakta."
Reporter menjawab kalau fakta lebih aneh daripada fiksi. Sudah pasti
ada yang menyembunyikannya. Pasti orang yang punya kekuasaan,,"Tapi, UU
pembatasannya sudah lewat, kau masih tertarik?"
Reporter menelfon sambil memotret istri Young Jin yang keluar dari
mobil.
Jaksa Kang menjelaskan kalau UU pembatasan tidak berlaku buat orang
tua yang kehilangan anak. Mereka tetap ingin tahu siapa pelakunya meskipun
orang itu tidak bisa dipenjara. Orang tua korban mungkin tidak bisa tidur saat
malam, sementara penjahatnya hidup dengan tenang. Jaksa Kang berterimakasih
atas bantuan Reporter selama ini. Jaksa menutup telfonnya dan Seung Ho
nggeloyor saja tanpa menghiraukan panggilan Jaksa Kang.
Jeong Jin mengikuti Tae Suk yang baru masuk ke ruangan. Ia menjelaskan
kalau ini bukan pertama kalinya pelecehan pekerja magang terjadi. Sudah jadi
kebiasaan si pelaku.
"Apa pekerja magang itu bisa jadi saksi?" Tanya Tae Suk.
"Dia ragu-ragu, tapi aku akan meyakinkannya."
Jeong Jin melanjutkan, Menggugat kasus begitu biasanya ditolak, tapi
ia curiga mengapa mereka (pihak pengadilan) tetap melanjutkannya. Tae Suk
menjelaskan kalau ini bukan pelanggaran pertamanya. Lalu, kejahatan yang
dilakukan terhadap remaja dipandang rendah.
"Tapi, aku merasa ini berlebihan." Ujar Jeong Jin.
Tae Suk menyerahkan kasus ini untuk ditangani Jeong Jin. Jeong Jin
heran, bukankah ini kasus pro-bono Tae Suk?
"Soo Ji percaya padamu. Lalu, kau juga harus berpartisipasi dalam
bidang ini. Kau bisa jadi pengacara pemimpin, aku akan mendukungmu."
"Anda akan mendukungku?"
"Tidak mau?"
"Bukan begitu."
Kemudian alarm di ponsel Tae Suk berbunyi. Jeong Jin tanya, alarm apa
itu. Tae Suk menjawab kalau itu bukan alarm dan mengusir Jeong Jin untuk segera
keluar.
Jeong Jin keluar ruangan, ia menatap SUn Hwa dan itu membuatnya
teringat saat ia memegang tangan Sun Hwa kemarin. Sun Hwa membuyarkan
lamunannya, dengan bertanya, kenapa Jeong Jin menatapnya begitu?
"Ah, tidak." Lalu ia kembali ke mejanya.
Je Hoon mendekati Jeong Jin, bertanya apa semalam ia membuat
kesalahan. Jeong Jin tak menjawab dengan pasti malah menyuruh Jee Hoon untuk
memfotokopi dokumennya.
"Lakukan sendiri." Tolak Jee Hoon.
"Bukannya kau mau tahu semalam kau ngapain?"
"Dasar perhitungan."
"Kertas jauh lebih lembut daripada tangannya Sun Hwa. Selamat
menikmati."
Jee Hoon malah makin penasaran, apa ia melakukan kesalahan pada Sun
Hwa. Ia pun pergi untuk memfotokopi.
Sun Hwa ternyata mendengar percakapan Jeong Jin tadi dan ia menegur
Jeong Jin mengenai hal itu, baginya itu pelecehan seksual.
"Aku minta maaf, kalau aku menyinggungmu." Ucap Jeong Jin.
"Aku maafkan. Tapi, aku tidak bisa memaafkan perkataanmu soal
'kertas lebih lembut daripada tanganku'."
Tapi Sun Hwa tersenyum dibelakang Jeong Jin.
Tae Suk masih di toilet setelah selesai memasang koyo. Young Joo
menelfonnya. bertanya, mau pulang jam berapa. Tae SUk tak bisa memastikannya,
nanti ia telfon lagi.
"Jangan minum-minum dan langsung pulang." Pinta Young Joo.
Tae Suk mengerti, lalu ia bertanya menegenai Jeong Woo yang saat ini
sedang nonton film dengan Myung Soo dan Yeon Woo.
"Anak-anak memang begitu, mereka cepat sekali berbaikan. Bilang
terima kasih ke Myung Soo..." Tae Suk tak menyelesaikan kata-katanya, ia
teringat mimpinya, mengenai badut. Ia teringat kalau nama badut itu adalah Gong
Myung Soo.
Tae Suk mondar mandir di ruangannya. Kemudian Sun Hwa datang
membawakan berkas kasus Myung Soo, Myung Soo diputuskan bersalah atas
pembunuhan dan dipenjarakan di Anyang. Dia menolak pernyataan bersalah, maka
hukuman penahanannya belum dipotong.
"Kasusnya cukup terkenal 15 tahun lalu. Tapi, kenapa ada
perubahan pengacara di tengah kasus?" Tanya SUn Hwa.
Tae Suk lalu keluar kantor,ia mengatakan pada SUn Hwa kalau ia akan
segera kembali. Jeong Jin tanya pada Sun Hwa, apa yang terjadi.
Tae Suk melajukan mobilnye dengan kecepatan tinggi.
-= Kilas balik =-
Saat Tae Suk menjadi pengacara Myung Soo. Myung Soo bersikeras kalau
ia tidak membunuh tapi Tae Suk tak percaya, karena Tas korban yang berisi uang
ada di dalam tas Myung Soo.
"Kau mau bohong padaku berapa lama?" Desak Tae Suk.
Myung Soo menjelaskan kalau saat ia pulang, korban sudah mati. Ia
hanya mencuri uangnya. Sungguh! Tae Suk mengatakan Kalau Myung Soo ngotot tidak
bersalah, Myung Soo bisa dipenjara 15-20 tahun. Tapi Kalau mengaku bersalah,
akan dipenjarakan 7-8 tahun dan bisa dibebaskan kalau bersikap baik. Tae SUk
menyarankan agar Myung Soo mengaku bersalah saja.
"Mana bisa aku begitu... Aku tidak melakukannya." Tegas
Myung Soo.
Tae Suk membantaknya, bukannya Myung SOo sudah mengaku ke detektif.
Myung Soo balik membentaknya, ia sudah berkali-kali bilang ke Tae Suk kalau ia
menulis apa yang disuruh detektif. Kalau tidak, mereka akan membunuhnya sampai
mati! Tae Suk menyuruhnya untuk mencari pengacara lain.
"Kau menyuruhku percaya padamu."
"Waktu itu aku masih belum punya bukti. Kenapa kau tidak mengaku
ke aku kalau kau mencuri uangnya?!"
Myung Soo kira Tae Suk tidak akan percaya padanya. Tae Suk
membenarkan, ia tidak percaya pada Myung Soo.
"Mana bisa kau pergi seperti ini? Semuanya sama. Pengacara
semuanya sama saja!" Teriak Myung Soo.
Tae Suk berbalik, ia mengulanginya lagi, makanya ia menyuruh Myung Soo
untuk mencari pengacara yang baik.
-= Kilas Balik Selesai =-
Tae Suk datang untuk mengunjungi Myung Soo.
"Ternyata benar dirimu. Aku melihatmu di televisi. Kau pasti
sudah terkenal."
Tae Suk mendengar kalau Myung Soo menolak bekerja fisik dan mengaku
tidak bersalah. Myung Soo menjawab kalau ia merindukan Tae Suk.
"Kau mau di dalam sini selamanya?" Tanya Tae Suk.
Myung Soo tanya, kenapa mendadak berkunjung. Tae Suk jujur, ia datang
untuk bertanya mengenai anaknya.
"Anak yang mati karena aku?" Tanya Myung Soo.
"Apa katamu?"
Myung Soo menjawab kalau Tae Suk bilang anaknya mati karena dirinya.
Tae SUk bertanya lagi, apa benar Myung SOo pelakunya. Myung Soo balik bertanya,
mana mungkin ia bisa membunuh kalau ia ada di penjara.
"Bicara yang benar. Siapa yang kau sewa?" Desak Tae Suk.
Myung Soo mengatakan kalau Tae Suk sungguh aneh, apa Tae Suk sakit.
tae SUk menuntutnya, barusan Myung Soo kan bilang kalau Myung Soo pelakunya.
"Bukan aku, tapi kau yang bilang begitu! Kau bilang, anakmu mati
karena aku."
Tae Suk tak bisa berkata apa-apa. Ia hanya menatap Myung Soo, kemudian
ia teringat tentang percakapannya dengan Myung Soo dahulu.
-= Kilas balik =-
Setelah Tae Suk mengatakan pada Myung Soo untuk mencari pengacara yang
bagus. Myung Soo kembali menegaskan kalau ia hanya mencuri uangnya saja. Tae
Suk bertanya lagi, kebohongan pa lagi yang disembunyikan Myung Soo darinya.
"Anda bahkan tidak menyelidikinya dengan baik." Marah Myung
Soo.
"Kau yang yang membuatku hilang kepercayaan. Dari awal kau tidak
pernah percaya padaku. Benar, bukan?!"
Myung Soo makin emosi, ia bersumpah akan membunuh mereka semua.
Lagipula ia sudah dituduh membunuh, sekalian saja ia bunuh semuanya!
Tae Suk berbalik dan mencengkeram kerah Myung Soo,,"Karena orang
seperti kalian... putraku jadi mati. Karena aku mendengar kebohonganmu, putraku
meninggal. Mengerti?"
"Baguslah."
"Apa?"
"Aku senang."
Tae SUk kehilangan kesabarannya, ia langsung memukuli Myung Soo.
Petugas datang untuk memisahkannya.
-= Kilas Balik Selesai =-
Myung Soo sekarang minta maaf sudah bicara begitu. Saat Tae Suk bilang
kalau ia yang membunuh anak Tae SUk, ia rasanya marah sekali. Makanya, ia jadi
tidak bisa menahan diri. Tae SUk hanya diam saja.
"Anda... tidak mengira aku yang membunuh anakmu, bukan? Bukan itu
sebabnya Anda disini, bukan?! Itu tidak masuk akal."
Tae Suk masih diam saja. Myung Soo mendapat jawaban pertanyaannya,
memang benar itu alasan Tae Suk menemuinya. Tae Suk mengelaknya, ia hanya
penasaran pada Myung Soo saja. Myung Soo bertanya, kenapa mendadak. Tae Suk tak
menjawabnya.
"Sudahlah. Apapun alasannya, aku senang melihatmu. Karena ada
yang ingin kutanyakan padamu. Aku tidak pernah membunuh siapapun. Pengacara...
masih berpikir aku bersalah??"
Tae Suk menyetir pulang. pandangannya mengabur, ia melihat kalau ada
Dong Woo di depannya. Lalu ia mengerem mendadak. Setelah mobilnya berhenti, ia
menatap ke jalan yang ada Dong Woo tadi dan ternyata itu hanyalah pagar
pembatas jalan.
Tae Suk konsultasi dengan Jae Min di restaurant, ia mengatakan kalau
penilaiannya semakin buruk. Kadang ia bingung sekarang jam berapa. Ia juga
berhalusinasi. Jae Min bertanya, apa itu mengganggu pekerjaan Tae Suk.
"Yah, tidak terlalu. Tapi, aku merasa kepalaku kacau
sekali." Jawab Tae Suk.
Jae Min menyarankan untuk pergi liburan tapi Tae SUk tidak mau. Lalu
Jae Min menjelaskan, kalau belum sampai mengganggu pekerjaan maka
perkembangannya tidak cepat jadi tidak perlu cemas.
"Istrimu baik-baik saja?" Tanya Jae Min.
Tae Suk terkejut, apa maksudnya. Lalu Jae Min mengatakan kalau Young
Joo sudah tahu semuanya saat datang padanya dan menerimanya dengan sangat
tenang.
Tae Suk menunggu Young Joo di luar rumah, mengajaknya makan di luar
berdua. Young joo memilih untuk makan di mie Ibu Tae Suk. Tae Suk mengenggam
tanagnnya.
"Aku dengar kau menemui Jae Min. Kau tidak apa-apa?"
Young Joo tahu kalau Tae Suk tidak baik-baik saja. Tae Suk tidak
begitu tahu. Kadang ia merasa baik... kadang merasa buruk. Ia tidak sangka
Young Joo sudah tahu. Rasanya seperti masalah orang lain.
"Tak apa-apa. Ini masih tahap awal, aku yakin kau akan
membaik." Hibur Young Joo.
"Sudah seharusnya. Anak-anak kita masih kecil. Kau juga begitu.
Aku tidak bisa patah semangat."
Mereka sampai di restaurant Ibu. Tae Suk langsung minta makan. Young
Joo minta maafa karena tidak bisa sering datang. Ibu kelihatan gugup, ia
mengajak Tae Suk untuk bicara berdua di luar. Namun terlambat, ayah keburu
masuk.
Ibu sudah pasrah, ia memilih duduk. Young Joo menyapa hormat ayah,
tapi Tae Suk malah membentaknya. Tae Suk marah sekali, kenapa orang itu ada di
sana. Tae Suk tidak mau memanggil ayahnya ayah.
Ibu menyuruhnya duduk dulu dan memelankan suara, bagaimanapun juga
Orang itu tetaplah ayah Tae Suk. Tae Suk meminta Ayahnya pergi sebelum ia bicara
kasar.
"Kau suka atau tidak, orang tua tetap orang tua. Aku tetap
ayahmu."
"Kalau aku bisa, aku ingin menguras semua darahmu dari
badanku."
Young Joo melarang Tae SUk untuk bicara demikian. Tae Suk tidak mau
mendengarnya.
"Apa kau tahu bagaimana aku dan ibu bertahan hidup?" Tanya
Tae Suk.
Ayah tahu kalau Tae Suk gengsi... Tae Suk memotong, Ia menyalahkan
Ayahnya sebagai penyebab dia dan ibu diusir dari kampung sambil dicaci maki
orang, jadi gelandangan, dan berkeliaran kesana kemari.
"Kecuali membunuh orang, kami rela melakukan apapun. Apa kau tahu
betapa sulit dan menderitanya kami karena harus bertahan hidup seperti itu
setiap hari?! Kalau kau memang ayahku, kalau kau sungguh ayahku, setidaknya
jangan lakukan itu. Bagaimana bisa kau membawa semua uang deposito rumah,
sampai dengan uang sekolahku, tanpa meninggalkan sepeserpun dan lari dari
rumah. Itu yang kau sebut ayah?! Mana mungkin kau masih ayahku?!"
"Ah... jadi kenapa? Kau tetap tumbuh dengan baik. Kau bisa lulus
kuliah dan menjadi pengacara. Itu semua... karena kau hidup susah saat masih
kecil."
Tae Suk membalik meja. Ia berkata pada Ibu: "Kalau kau tidak mau
melihatku lagi, sesukamu saja." Lalu Tae Suk pergi.
Young Joo mengatakan pada Ibu kalau Tae Suk tidak bermaksud demikian.
Ibu menyuruh Young Joo menyusul Tae Suk saja karena Tae Suk tadi bilang kalau
ia lapar.
Ibu mengatakan pada AYah kalau ia akan memberikan uang jadi ia akan
memberi uanga untuk ayah jadi ayah harus keluar dari rumahnya besok. Ayah
mengatakan kalau ia tidak minta uang.
"Kalau bukan karena Tae Suk, sudah lama aku bunuh diri. Aku bisa
bertahan hidup, semuanya karena Tae Suk. Kalau Tae Suk menderita... aku tidak
bisa hidup." Jelas Ibu.
Tae Suk menatap Jeong Woo yang tertidur lalu membenarkan letak selimut
Jeong Woo. Ia duduk di samping Jeong Woo lama..
Ayah melihat ada di luar rumah, ia melihat ke dalam rumah Ibu.
Tae Suk juga ada di luar rumah. Young Joo mengajaknya masuk karena
udara malam masih dingin.
"Kau tahu apa yang aku pikirkan saat di diagnosis mengidap
Alzheimer? 'Jika bisa, aku ingin menghapus semua kenanganku tentang ayahku.
Tapi sekarang, itu akan terjadi dengan sendirinya'. Aku pikir bagus juga aku
dapat Alzheimer."
Young Joo mengira... ia bisa sedikit memahami Tae Suk. Tapi...
"Jangan bilang untuk mengerti, karena dia orang tuaku. Aku tidak
akan bisa mengerti."
Paginya, Tae Suk kembali menagntar Jeong Woo. Tae Suk melihat kalau
Sang Hyun dan Dong Gyu tidak lagi bisa melihat lurus ke arah jeong Woo, mereka
menunduk daat lewat di depan Jeong Woo.
Pertemuan dengan Ketua Shin. Ketua sebenarnya ingin minta tolong pada
Tae Suk mengenai perceraian anaknya. Ia ingin semua diakhiri diam-diam, tapi
sepertinya sulit, besan mereka mengungkit-ungkit soal kekerasan dalam rumah
tangga. Tae SUk menginginkan penjelasan lebih lanjut. Young Jin mengatakan kalau istrinya menuduhnya
karena jatuh dari tangga agar negosiasi perceraian bisa berpihak padanya.
"Sepertinya istrimu tidak akan menuntut soal kekerasan tanpa
bukti." Ujar Tae Suk.
"Jadi maksudmu... Aku bohong?
Bukan itu yang dimaksud Tae Suk tapi itu yang Young Jin dengar.
"Apa syarat perceraian mereka?" Tanya CEO Lee mengalihkan.
Ketua menjelaskan kalau Mereka ingin hak atas anak... dan juga hotel.
CEO Lee bertanya lagi, seberapa banyak yang bersedia Ketua berikan. Ketua rela
memberikan kompensasi besar, tapi ia tidak akan berikan hak asuh anak dan
juga... hotelnya.
"Apa mereka punya bukti soal kekerasan?" Tanya Tae Suk.
Young Jin menjawab kalau harusnya tidak ada, tapi kalaupun ada,
bukankah tugas Tae SUk untuk menyingkirkannya. Ketua yakin kalau Tae Suk
adalah... orang mereka. Jadi... cari cara untuk menyelesaikan semua ini
diam-diam dan dalam perjanjian yang sesuai.
Tae Suk di ruangan CEO Lee, ia mengatakan pada CEO Lee kalau semuanya
kentara sekali, Young Jin memukuli istrinya dan ingin disembunyikan.
"Dia minta tolong padamu karena dia tahu ini bukan perceraian
biasa."
Tae Suk membentak, kenapa ia harus terus membersihkan sampah mereka?!
Harusnya ini diserahkan ke pengacara perceraian. Ia tidak mau menerima kasus
ini.
CEO Lee mengatakan kalau Ketua Shin sedang mengetes Tae Suk karena
kepercayaanya pada Tae Suk semakin menurun. Masa Tae Suk tidak tahu? Tae SUk
malah senang karena itu artinya ia bisa lepas dari mereka.
"Ini bukan hanya antara kau dan dia. Ini ada hubungannya dengan
firma hukum kita. Dengan satu kata dari Ketua Shin, bukan hanya para bawahan,
tapi akan banyak perusahan lain yang akan memutus hubungan kerja dengan kita.
Aku tahu ini sampah busuk yang harus kita tangani. Tapi tugas kita adalah
melakukan yang diinginkan klien." Jelas CEO Lee.
Tae Suk marah dan kesal tapi ia tidak berdaya.
Tae Suk masuk ke ruangannya dengan kesal. Kemudian Ibu menelfonnya.
Tae Suk mengatakan kalau ia sedang sibuk dan akan menelfon balik ibu.
"Ada detektif yang membawa pergi ayahmu. Ayahmu... Dia membunuh
orang." Kata Ibu.