Ryang Ha tidak setuju untuk melepas investor tersebut karena dialah satu-satunya investor. Ia memaksa Soo Ho untuk memperbaiki game-nya seperti yang dimau pihak investor, sedikit saja.
"Memperbaiki sedikit, meski sedikit sampai dia tak tahu, aku tak
bersedia."
"Sial! Kalau begitu, pura-pura saja perbaiki, setelah dapat
uangnya."
"Nggak."
Ryang Ha tidak peduli, pokoknya ia akan mengatur meeting kembali dan
kali ini uangnya harus keluar! Soo Ho tidak peduli dan tetap berkata kalau
dia tidak mau. Ryang Ha pergi dari sana
namun kembali lagi untuk memberikan undangan pernikahannya. Ryang Ha meminta
kulkas sebagai hadiah pernikahan dari Soo Ho.
Soo Ho tidak bisa memenuhi hal itu karena dia belum menjadi kaya. Lalu Ryang Ha meminta Soo Ho
untuk menghadiri meeting sebagai gantinya dan dapatkan uang investasinya!
"Hei! Aku akan menunggu sampai makanan busuk. Ingat, kasih kulkas
2 pintu! Oke coy!" Lanjut Ryang Ha baru benar-benar pergi.
Baik Soo maupun Bo Nui bekerja keras untuk membuat game di tempat berbeda. Bo Nui juga berlatih presentasi. Dan pada akhirnya keduanya menyelesaikannya secara bersamaan.
Bo Ra mengatakan pada kakaknya kalau ia mimpi buruk lagi. Bo Nui mengatakan kalau itu hanya mimpi dan Bo Ra tak perlu khawatir karena dirinya ada untuk Bo Ra.
"senang Eonni memegang tanganku. Eonni. Di rumah sakit aku juga
terus menunggumu. Menunggumu datang dan menggenggam tanganku. Suster selalu
bilang. Eonni pergi setelah berdiri di pintu. "Kapan dia akan datang?
Kapan dia akan menggenggam tanganku?" "Kapan aku bisa mendengar
suaranya?" Aku menunggu setiap hari." Ucap Bo Ra.
Bo Nui menjawab kalau ia takut hal buruk terjadi pada Bo Ra, itu
sebabnya ia tak berani masuk. Bo Ra menjelaskan bahwa itu tidak akan pernah
terjadi karena setelah mendengar suara Bo Nui, ia berusaha sekuat tenaga.
"Aku makin membaik setelah Eonni datang, kan? Sejak Eonni datang
bersama Ajussi itu." Lanjut Bo Ra.
Bo Nui bertanya apa Bo Ra ingat semuanya. Bo Ra menggeleng, ia tak ingat
wajah Soo Ho sih, tapi ia ingat suaranya.
"Menyayangi orang yang kaucintai sepenuh hati. Dan menggamlah
erat tangannya."
"Benar, dia bilang begitu."
"Aku harus ucapkan terima kasih padanya. Terima kasih sudah
membawa Eonni padaku. Eonni. Terima kasih. Tak menyerah akan kondisiku. Menjagaku
hingga akhir, terima kasih."
Dal Nim menunggu Bo Nui di kantor Zeze (tempat kompetisi) karena Bo Ra menelfonnya. Dal Nim jadi teringat waktu dulu namun bedanya, Bo Nui tak perlu pakai kostum kelinci hari ini.
Bo Nui sekarang sudah tak lagi membawa garam dan kacang merah. Namun
ia masih belum bisa menghilangkan rasa
gugupnya. Dal Nim memberikan pelukan untuk membantu Bo Nui menenangkan dirinya.
"Makasih. Sudah menjadi temanku." Ucap Bo Nui.
"Aku juga!"
Tapi Dal Nim harus kembali ke kantor, jadi ia tidak bisa melihat
presentasi Bo Nui sampai selesai. Bo Nui tidak mempermasalahkan hal itu, sudah datang
menunggunya saja ia sudah senang.
"Semoga presentasinya lancar, dan menang. Hadiahnya beliin hadiah
pernikahan untukku! Call?"
"Call!"
-=Kontes Ide Game Semester kedua 2017=-
Bo Nui di ruang tunggu. Dia tersenyum melihat para peserta lain yang
sibuk berlatih presentasi.
Ryang Ha kelabakan karena Soo Ho tidak ada di kantor dan ponselnya mati padahal hari ini adalah jadwal meeting mereka bersama investor.
Bos Won menyarankan agar Ryang Ha bawa saja salinan proposalnya lalu
meeting tanpa Soo Ho. Ryang Ha setuju hal itu, lalu paman Ahn membuka komputer
Soo Ho untuk mencari proposalnya namun tidak ada bahkan foldernya pun tidak
ada.
Soo Ho ternyata datang ke acara Kontes Ide Game Semester Kedua 2017 dimana ada Bo Nui yang menjadi salah satu kontestannya.
Soo Ho masuk dan duduk di kursi penonton tepat saat giliran Bo Nui
untuk presentasi. OMO... Ternyata Soo Ho juga menjadi salah satu kontestannya.
Dan sebelum mulai presentasi dia melepas penutup telintanya.
Kalimat pembuka keduanya sama, "Anda semua percaya pada keajaiban?"
Bo Nui menjelaskan kalau game ini mengenai seorang wanita yang paling
sial di dunia. Dia dianugerahi pisau di hidupnya. Takdirnya melukai orang-orang
yang dicintainya.
"Game ini dimulai dari sepucuk surat yang di berikan pada gadis
ini 1 tahun setelah dia kehilangan semuanya."
-= Klilas Balik =-
Saat Soo Ho memutuskan Bo Nui, ia menyelipkan surat di tangan Bo Nui.
"Bagiku, Shim Bo Nui
bukanlah sebilah pisau tapi secercah cahaya. Kala aku dirundung masalah, dia menggenggam
tanganku. Kala aku merasa malu, dia membuatku tertawa. Saat aku sakit, dia ada bersamaku.
Saat aku kehilangan semuanya, dia membantuku percaya semua akan baik-baik saja
selama aku memilikinya. Dengan cahaya itu, saya keluar dari gua. Shim Bo Nui
menyelamatkan hidup Je Soo Ho. Terima kasih, Cintaku."
-= Kilas Balik Selesai =-
Lanjutan presentasi Bo Nui : Gadis itu memulai perjalanan panjangnya untuk menjawab surat ini.
Lanjutan Presentasi Soo Ho : Game ini adalah perjalanan seorang anak
lelaki keluar dari gua persembunyiannya. Di dalam gua, begitu gelap dan sepi.
Tapi di dunia luar, begitu asing dan berbahaya, Jadi dia tak berani melangkah
keluar gua. Apa yang dibutuhkan anak
lelaki itu supaya keluar dari gua? Cahaya.
Lanjutan presentasi Bo Nui : Anak yang baru memulai perjalananya itu,
berhadapan dengan banyak bahaya. Dan tiap kali anak ini ingat kenangannya yang berharga
bersama seseorang yang disebutnya sebagai cahayanya. Tiap kali dia dalam
bahaya, anak lelaki itu menyelamatkannya. Saat dia kedinginan dalam rinai
hujan, anak lelaki itu memayunginya. Saat dia ketakutan, dia jadi tempat untuk
bersandar. Dan bahkan saat dia terjatuh, dia tersenyum untuknya. Orang yang tak
berubah, yang memeluknya erat. Bagi orang lain mungkin dia disebut pisau.
Sementara yang lainnya menyebutnya sebagai cahaya.
Lanjutan Presentasi Soo Ho: Berkas cahaya itu menyinari anak lelaki yang sebelumnya tak percaya pada apapun.
Lanjutan presentasi Bo Nui : Kemudian hanya satu yang tersisa. Dia
harus memilih sisi mana yang dipercayainya.
Lanjutan presentasi Soo Ho: Sebuah game yang memanggil anak lelaki ini
meninggalkan gua dan mencari cahaya ini.
Lanjutan presentasi Bo Nui: Sebuah game yang menceritakan perjalanannya
menjadi secercah cahaya setelah takdirnya yang malang.
Lanjutan presentasi Soo Ho : Daebak Software mempersembahkan, Miracle.
Lanjutan presentasi Bo Nui : Adalah Will.
Dan pada akhirnya mereka kembali bertemu... yey!!!
Kata Hati Bo Nui : Butuh waktu
terlalu lama, aku minta maaf.
Soo Ho : Kamu pelan sekali, dan
agak bodoh.
Bo Nui : Kuatkan diri sendiri.
Aku tak akan khawatir pada apapun dan akan memikirkan diriku sendiri.
Memikirkan kebahagiaanku.
Bo Nui : Benar.
Ryang Ha masuk ke kantor Zeze untuk menemui tunangannya, Dal Nim. Sikap keduanya membuat semua gerah sampai Ji Hoon harus menyeret Ryang Ha keluar.
"Si Cupid menebar panah asmara di sini? Semua pada pacaran."
Ujar Yoon Bal.
Dae Kwon merasa kalau itu benar
karena dia juga bertemu istrinya di Zeze.
"Jijay! Jijay! Siapa saja yang pacaran di kantor ini, siapa? Awas
saja kalau ketahuan, awas." Teriak Joon Bal, sontak Seung Hyun dan Hyun
Bin yang lagi pegangan tangan langsung menjauh satu sama lain.
Bo Nui menunggu Soo Ho di dae Bak Soft. Soo Ho kembali dengan wajah
lesu. Bo Nui bertanya, bagaimana hasilnya. Soo Ho malah menanyakan dimana Paman
Ahn dan Bos Won. Bo Nui menjawab kalau keduanya sedang meeting dan berpesan
untuk segera menelfon jika Soo Ho sudah kembali.
"Apa... tak berjalan lancar? Mereka bilang sulit ya untuk
berinvestasi?" Tanya Bo Nui.
"Entah mau berapa kali kupikirkan... Will dan Miracle...
Merilisnya bersama seperti kembaran..."
"Mungkin akan sulit. Jadi, kita rilis Miracle..."
Tapi Ternyata para investor berkata lain, mereka sangat menyukai ide game
Will dan Miracle dan akan segera melakukan investasi. Bo Nui senang mendengarnya.
Bo Nui berkata kalau Bo Ra terus bilang akan berhasil dan luar
biasanya mereka benar-benar berhasil. Soo Ho lalu mengajak Bo Nui untuk segera menemui
Bo Ra yang pastinya sudah menunggu.
Bo Nui dan Bo Ra kembali ke apartemannya. Bo Ra dibopong Soo Ho, namun dia ingin duduk sebentar di kursi rodanya untuk melihat apartemennya untuk mengucapkan hallo.
Soo Ho hanya mengantar mereka sampai di depan pintu. Ia memberi kesempatan keduanya untuk bernostalgia sementara ia akan ke atap.
Bo Ra dan Bo Nui terkesima karena apartemen mereka masih sama persis
seperti saat mereka tinggali dulu, baik perabot maupun pajangan di dinding
tidak ada yang berubah.
"Eonni, ini bukan mimpi, kan?"
Bo Nui menyusul Soo Ho di atap. Ia mengucapkan rasa terimakasihnya pada Soo Ho dan berjanji kalau dia akan bersikap baik pada Soo Ho mulai saat ini, dan itu bahkan belum cukup.
"Benar. Berapa banyak debu yang kuhirup seminggu saat
membersihkannya?"
Soo Ho mau cium tapi Bo Nui menjauh dan mengajaknya makan saja.
Bo Nui masih sibuk di dapur untuk mempersiapkan makanan. Soo Ho membawa beberapa makanan yang sudah matang ke meja makan. Di sana ada Bo Ra.Bo Ra protes kenapa oo Ho begitu, bersih-bersih rumahnya tanpa sepengetahuan Bo Nui.
"Ajussi ini baik ya? Keren, kan?" Sombong Soo Ho.
"Dulu juga pura-pura tak tahu. ternyata punya sisi yang licik
juga..."
"Apa? Siapa yang tak mengenali siapa?"
"Omo. Ingatanku kadang suka hilang! Harusnya maklum dong."
"Omo! Ingatanmu hilang kenapa? Ayo hafalan perkalian 19 bersamaku.
Cara terbaik menguatkan ingatan dan melatih otakmu."
"Ogah, aku benci Matematika."
"Kok bisa sih... Matematika itu indah lho."
"Bukan ilmu yang indah, tapi yang harus dilenyapkan dari muka
bumi!"
"Tarik kembali!"
Bo Nui lalu bergabung dengan mereka, dan mereka pura-pura tidak bertengkar.
Bahkan Bo Ra memanggil Soo Ho dengan sebutan kakak ipar.
Bel pintu berbunyi, Amy dan Gary datang karena Bo Ra menelfon, selanjutnya Ryang ha dan Dal Nim datang. Soo Ho padahal tidak suka kalau rame-rame.
Soo Ho dan Bo Nui sembunyi-sembunyi kalau mau pegangan tangan, mereka
menutupi tangan mereka dengan bantal.
Besoknya mereka berencana untuk piknik bersama. Sampai di lokasi cuaca mendukung sekali, namun beberapa saat kemudian tiba-tiba hujan mengguyur.
Namun mereka tidak mempermasalahkan hal itu, toh hanya hujan air, yang
penting mereka tetap bersama.
Bo Nui: "Tidak ada yang berubah.
Yang terjadi di masa depan kita tidak tahu. Takdir mungkin akan lebih kejam.
Soo Ho: "Karena itu kami
memutuskan, akan hidup untuk saat ini."
Bo Nui : “Kebahagiaan hari ini
tak akan kami lewatkan."
-=Epilog=-
Dukun meninggalkan tempat prakteknya, dia berkemas dan membersihkan peralatan perdukunannya.
Hujan sudah berhenti. Bo Nui dan Soo Ho masih disana, mereka berjalan bergandengan.
Bo Nui : Mulai sekarang, kamu mau hujan-hujanan bersamaku?
Soo Ho : Kamu tahu aku suka "yes", kan? Pokoknya, yes.
Bo Nui mengeluarkan cincin "Maukah kamu menikah denganku? Mau
berapa kali kupikirkan, ternyata harus kamu. Kubilang... harus dirimu."
Soo Ho langsung jingkrak-jingkrak, berteriak pada dunia kalau akhirnya
dia akan menikah.
-= END =-
Kami mendukungmu,
siapapun yang kalian cintai, tak terhalang oleh takdir. Semoga keinginan dan
keberuntungan membawa keajaiban di hari-harimu.
1 komentar:
Benar kebahagian harys di raih walauoun sulit.
Kita tak tau masa depan yg bisa kita lakukan hanya menikmati masa ibdah sekarang tak peduli masa depan akan jadi baik ataupun buruk tapi yang pasti bisa dicintai oleh orang yg kita cintai adalh takdir yg paling baik yang ada di dunia ini.