Sinopsis Sebelumnya : Episode 5 Part 1 & Episode 5 Part 2
Gary duduk bersandar di pintu apartemannya dengan wajah lesu dan
menundukkan kepalanya. Kemudian dia mendengar Bo Nui berbicara di telfon dengan
So Hoo, perlahan Gary menegakkan kembali kepalanya. So Hoo menyuruh Bo Nui
untuk ke taman sekarang.
Gary pun pergi ke taman. Disana sudah ada Bo Nui dan Soo Ho, Gary memutuskan untuk mengintip dan mencuri dengar pembicaraan mereka.
Soo Ho tahu sekarang kalau penyebab Bo Nui harus dengannya karena dia
adalah pria macan. Bo Nui akan menjelaskan tapi Soo Ho sudah tidak sabar.
"Aku orang baik? Harus denganku? Kenapa kau lakukan semua ini?
Kenapa kau lakukan hal gila ini?"
Gary tidak bisa melihat Bo Nui dibentak-bentak begitu, kemudian dia maju, dia melindungi Bo Nui dibelakangnya dan mengatakan pada Soo Ho kalau Soo Ho sudah keterlaluan. Soo Ho menjawab kalau ini bukan urusan Gary.
"Lalu?" Balas Gary. Gary melanjutkan, Soo Ho dan Bo Nui toh
bukan sepasang kekasih tapi kenapa Soo Ho marah, apa Soo Ho pikir Bo Nui
mencintainya. Soo Ho tidak bisa menjawabnya. Gary langsung menarik Bo Nui untuk
pergi dari sana.
Belum cukup jauh, Bo Nui berhenti, dia minta Gary untuk melepaskannya karena dia tidak bisa pergi begitu saja. Dia akan cerita tentang Bo Ra dan minta maaf.
"Lalu? Apa dia akan menurutimu? Dia takkan mengerti apapun
penjelasan noona. Dia hanya akan menghinamu, jangan kesana." Larang Gary.
Bo Nui malah ingin mendengar hal itu dari Soo Ho. Bo Nui berbalik
menuju Soo Ho setalah mengatakan pada Gary agar tidak memikirkan apa-apa dan
tidur yang nyenyak.
Bo Nui sampai di tempat Soo Ho yang ternyata sudah berada di dalam mobil. Melihat Bo Nui menuju ke mobilnya, Soo Ho malah menjalankan mobilnya melewati Bo Nui.
Bo Nui sudah kembali ke rumahnya. dia menulis pesan untuk Soo Ho. Prtama "Maaf" namun menghapusnya lagi. Kedua "Aku tak bermaksud jahat. Aku punya adik..." namun kembali dihausnya dan dia malah meletakkan ponselnya.
Soo Ho juga memandangi ponselnya, dia membuka kontak Bo Nui tapi dia
tidak melakukan apa-apa, lalu meletakkan ponselnya begitu saja kemudian dia tengkurap
di ranjangnya.
Sedetik kemudian ponselnya berdering, tanda SMS masuk. Secepat kilat
dia bangkit untuk mengecek SMS tersebut namun dia kecewa saat membacanya,
ternyata itu SMS tawaran pinjaman. Soo Ho kesal dan membanting ponselnya ke
sofa lalu membentur-benturkan tubuhnya ke ranjang.
Ji Hoon mengajak Seung Hyun selfie di kantor untuk diposting di akun SNS nya. Seung Hyun meletakkan botol yogurt nya di meja lalu menuju Ji Hoon untuk mencegah Ji Hoon memposting foto tadi karena Komentar follower Ji Hoon selalu negatif.
Dae Kwon datang belakangan, ia khawatir kalau Soo Ho sudah datang
duluan tapi ternyata belum, Dae Kwon pun lega. Dae Kwon melihat botol yogurt
kosong di meja, dia menegur Dal Nim yang dikira pelakunya.
"Bukan punyaku!" Elak Dal Nim.
"Pasti punyamu." yakin Dae Kwon.
"Kenapa menuduh Dal Nim? Itu punyaku." Lurus Seung Hyun.
Hyun Bin menengahi, dia membawa botol tersebut untuk dibuangnya
sekalian ia mau ke toilet. Dae Kwon pun langsung minta maaf pada Dal Nim.
Bo Nui mengatakan semuanya.
"Sudah dua tahun adikku sakit. Untuk menyelamatkannya, akan
kulakukan apapun. Sungguh... Aku sangat mempercayai dukun. Dia bilang... kalau
aku tidur dengan pria macan... adikku akan bangun lagi. Aku tidak
merendahkanmu. Aku juga tidak menjadikanmu tumbal. Sumpah."
Bah.. ternyata dia cuma berlatih dengan mengatakan semuanya tadi di depan tembok. Bo Nui yakin kalau Soo Ho tidak akan memaafkannya namun tetap akan ia katakan dengan jujur, meski Soo Ho tak mengerti tapi setidaknya pasti Soo Ho mendengarkannya.
Bo Nui kemudian mendapat telfon dari Dal Nim yang menanyakan
keberadaanya karena Hyun Bin harus memeriksa coding-nya (kode program game IF).
Bo Nui pun bergegas masuk ke dalam.
Gary jogging pagi ini dan saat dia kembali ke apartemennya, sudah ada Amy yang menunggu disana. Gary bertanya,ada urusan apa Amy datang ke apartemennya.
"Telponku tak diangkat, SMSku tak dibalas. Kupikir kau kembali ke
Kanada tanpa aku." Jawab Amy.
Setelah masuk rumah, Amy membukuk Gary untuk setuju gabung dengan game
IF dengan alasan kalau orang-orang pasti athu kalau peringkat Gary pasti akan
turun karena banyakk melewatkan pertandingan. Di saat seperti ini, Gary harus menunjukkan
sesuatu dan menghasilkan uang. Jadi mereka tidak komplain.
Gary tidak mau. Amymenanyakan alasannya apa. Gary mengatakan kalau dia
tak punya waktu, tak suka nama perusahaannya, dan yagbterpenting ia tak suka
Presdir-nya.
Mendengar jawaban Gary, Amy langsung memberondongnya dengan banyak
pertanyaan. Aa gary sudah bertemu presdir Je? Apa Presdir Je menemui Gary?
Bagaimana Presdir Je bisa tahu alamat Gary? APa yang dikatakan presdir Je?
Pasti mengajak Gary bekerja sama kan? Jadi apa jawaban Gary? menolak kan?
hingga pada akhirnya Amy membentak, harusnya Gary menelfonnya dulu.
"Kau ini kenapa, Amy? Kenapa tergesa-gesa? Seperti dikejar
orang." Giliran Gary yang bertanya.
Kemudian bel pintu rumah Gary berbunyi, Soo Ho yang datang. Soo Ho mau menanyakan sesuatu pada gary mengenai Bo Nui semalam. Namun Soo Ho terhenti saat Amy keluar.
Amy keceplosan memanggil Soo Ho hanya dengan nama doang tanpa
embel-embel presdir kemudian dia mebubah nama panggilannya menjadi Presdir Je.
Amy menegur Soo Ho yang seharusnya tidak boleh langsung menghubungi Gary, harus
lewat di dulu.
"Baguslah, aku akan bicara dengannya di depan agennya."
Gary tidak mau bicara di dalam rumahnya, ia mengajak Soo Ho untuk
bicara di luar saja.
Mereka bertiga ada di kafe. Soo Ho menunjukkan kartu namanya serta mengenalkan namanya pada Gary. Amy memperhatikan keduanya, dia bertanya dalam hati, apa mereka pernah bertemu.
Gary menjawab kalau ia tahu siapa Soo Ho. Amy pun bertanya lagi daam
hati, apa mereka pernah bertemu sebelumnya?
"Sudah baca proposal game-nya, kan? Aku ingin dengar
jawabanmu." Lanjut Soo Ho.
Gary tersenyum tipis, apa benar alasan Soo Ho datang kerumahnya untuk
itu?
"Aku sudah menolaknya, dan agenku ini sudah tahu." Jawab
Gary.
Amy mengatakan kalau dia masih dalam rangka membujuk Gary. Kemudian Amy berbisik pada Gary untuk mendiskusiakan hal ni lagi. Soo Ho bertanya, apa ada hal yang diinginkan Gary?
"Emhhh.. soal itu.." Amy akan menjawabnya namun keduluan
Gary, ia meminta keyakinan Soo Ho, apa perusahaan Soo Ho bisa menuruti apa
maunya.
" "IF" adalah game yang penuh arti. Kau takkan menyesal
bekerja bersama kami. Aku janji." Soo Ho mencoba meyakinkan Gary.
Tapi dasarnya Gary yang kesal dengan Soo Ho menjawab kalau dia tidak
percaya, dari pengamatannya selama ini Soo Ho bukanlah orang yang bisa
dipercaya. dan dirinya itu hanya bekerja dengan orang yang ia suka.
"Apa jawaban ini sudah cukup?" Tanya Gary lalu bangkit
berdiri dan pergi duluan.
Tinggallah Amy dan Soo Ho. Amy bertanya dengan bahasa informal, apa sebenarnya yang terjadi antara Soo Ho dan Gary dan dia menyalahkan Soo Ho yang malah membuat semuanya jadi rumit disaat ia sedang membujuk Gary.
"Aku ingin jawabannya besok. Kami butuh jawaban segera untuk
perancanaan kami." Kata Soo Ho lalu bangkit pergi. Amy ingin ikut dengan
Soo Ho karena ada yang ingin ia bicarakan dengan Soo Ho tapi ditolak Soo Ho
dengan alasan kalau Soo Ho mau mampir ke tempat lain dulu.
Di kantor, Bo Nui mengirim desai grafis karakter Gary Choi yang sudah diselesaikannya pada seung Hyun dan Seung Hyun menyukainya. Yoon Bal memuji Bo Nui yang terus memaksimalkan kemampuannya sehingga bisa menyelesaikan tugas 3 hari lebih cepat dengan gaya seorang komentator pertandingan olah raga. Seung Hyun balik bertanya pada Yoon Bal, kapan bagian Yoon Bal selesai. Yoon Bal melanjutkan komentarnya bahwa dirinya menerima serangan dan membutuhkan obat penawar. Kemudian Soo Ho datang.
Soo Ho mengatakan kalau jawaban Gary Choi akan keluar besok kemudian
Soo Ho memerintahkan Dal Nim untuk
membuat rencana lain, siapa tahu Gary Choi menolak. Dal Nim bingung
karena jelas-jelas agennya dari Im bilang kalau Garu pasti menerima.
Soo Ho tidak menjawabnya, dia malah menyuruh yang lain untuk membuat
grafis lain tanpa Gary Choi di dalamnya.
Soo Ho masuk ke kantornya, minum air lalu melihat di mejanya yang berantakan dan penuh dengan buku-buku. Soo Ho lalu menunmpuk buku-buku tersebut dan meletakkannya di lantai.
Seung Hyun kesal dengan perintah mendadak dari Soo Ho ini, sangat menjengkelkan. Dal Nim menenangkan Seung Hyun dengan berkata kalau mereka pasti berhasil tapi buat jaga-jaga, tetap hilangkan wajahnya (Gary Choi).
Bo Nui menelfon orang dari Chacha Jala Merah. Bo Nui tak mau karena orang itu tidak menunjukkan KTP dan ia sedang di kantor saat ini jadi dia melarang orang itu untuk tidak lagi mengirim foto aneh-aneh.
Saat Bo Nui keluar ruangan sehabis menutup telfon. SOo Ho tiba-tiba
saja ada di depannya. Bo Nui terkjeut sampai menjatuhkan ponselnya. Soo Ho
membantunya mengambilkan ponsel tersebut dan melihat isi pesan dari orang yang
baru saja di telfon Bo Nui tadi. Soo Ho menghela nafas lalu mengembalikan
ponsel Bo Nui.
"Kau dengar?" Tanya Bo Nui.
"Kalau iya kenapa?"
"Akan kujelaskan."
"Tidak perlu. Tak ada hubungannya denganku. Aku sudah bukan salah
satu kandidatmu, kan?"
"Bukan, kau sudah kucoret, sungguh."
"Terserahlah. Siapa yang kau temui dan mau apa, itu semua urusan
pribadimu. Aku tidak peduli. Kau tak perlu membujuk Gary Choi lagi."
"Apa?"
"Dia orangnya sibuk." Dan Soo Ho meninggalkan Bo Nui.
Selanjutnya Soo Ho berlatih presentasi di ruangannya namun dia tidak bisa konsentrasi karena memikirkan Bo Nui yang akan menemui orang asing. Saat pulang kantor, Soo Ho mengikuti Bo Nui.
Soo Ho bersembunyi saat Bo Nui melihat ke belakang. Tapi kemudian dia
bertanya pada dirinya sendiri, ngapain juga sembunyi, kan ia tidak salah
apa-apa.
"Aku tak perlu sembunyi. Percaya diri saja dan lihat dia mau
kemana." Kata Soo Ho untuk dirinya sendiri, selanjutnya dia meyakinkan
dirinya sendiri untuk berbalik namun dia malah membeli topi dan masker agar
tidak ketahuan Bo Nui jika ia mengikuti Bo Nui.
Soo Ho mengikuti Bo Nui sampai ikut masuk ke dalam kafe dan memilih untuk duduktak jauh dari Bo Nui, ia berkata kalay ia akan pergi setelah 10 menit, Setelah melihat orangnya.
Si orang yang ditunggu Bo Nui datang dengan menggunakan topi dan
masker. Soo Ho penasaran apa itu orang dari Chacha Jala Merah?
Yang ingin ditemui Bo Nui adalah Gary. Dan Gary membuka maskernya
sambil melihat ke arah Soo Ho. Tak tahu apa Gary menyadari kalau itu adalah SOo
Ho atau tidak.
Gary bertanya pada Bo Nui, kenapa tidak bertemu di rumah saja. Bo Nui
tahu kalau Gary pasti diam di rumah seharian, ia ingin Gary menghirup udara
segar dan makan camilan manis selagi ia membujuk Gary.
"Jadilah model game kami, Geon Uk ~ aa." Bujuk Bo Nui.
Kemudian Soo Ho keluar setelah mengetahui kalau itu adalah Gary.
Bo Nui berjanji kalau dia akan membantu mencari ayah Gary dan akan ia
usahakan agar tidak lama. Gary bertanya, apa Presdir Je yang menyuruh Bo Nui
untuk membujuknya?
"Sepertinya ini takdir." Jawab Bo Nui.
Gary tak mengerti kemudian Bo Nui menjelaskan. Bo Nui membuat game ini
saat memikirkan Bo Ra. Saat Bo Ra sadar nanti, Tempat yang ingin Bo Ra
kunjungi... apa yang ingin Bo Ra lakukan... seperti apa orang yang Bo Ra
suka... Bo Nui ingin Bo Ra merasakan semua itu... saat Bo Ra memainkan game
ini. Karena itu Bo Nui membuatnya. ia ingin orang sakit seperti Bo Ra dan orang
sehat seperti dirinya mendapat kesempatan untuk merasakan hidup berbeda saat
memainkan game ini, mereka bisa merasakan hidup yang terbaik.
"Kembalimu ke Korea, bertemu denganku... menjadi model game
ini... seperti sudah ditakdirkan. Mungkin jika... Bo Ra kembali padaku
sepertimu. Aku akan bisa bahagia lagi." Tutup Bo Nui.
Gary bertanya lagi, apa jika ia menolak. Apa Bo Nui akan dipecat. Bo Nui menjawab tidak, hanya saja ia ingin
meyakinkan untuk terakhir kali.
Hari sudah berganti. Amy gelisah menunggu jawaban Gary. kemudian Soo Ho menelfonnya untuk memintanya datang ke kantornya. Amy berbohong kalau dia sedang bersama Gary saat ini, dia minta waktu bicara berdua dulu dengan Gary baru berangkat.
"Harus sekarang." Jawab Soo Ho dan Amy pun menurut.
Setelah menutup telfon, Amy bingung, ia kan tidak bisa tanda tangan tanpa sepengetahuan Gary. Tapi Amy tidak mau pusing-pusing lagi, pokoknya kesana saja dulu.
Amy sampai di kantor bertepatan dengan Gary yang keluar dari ruangan
Soo Ho bersama Soo Ho. AMy terkejut melihatnya, Kemudian muncullah Bo Nui yang
mengatakan kalau ruang meeting nya sudah siap. Amy mengenali Bo Nui sebagai
noona tetangga Gary.
"Sudah pernah ketemu, kan? Dia agenku, Amy." Perkenalan Gary
untuk Bo Nui.
Amy bertanya, apa Bo Nui juga bekerja di Zeze. Bo Nui mengiyakan. Yang
lain juga ikutan bertanya, apa Bo Nui mengenal Gary.
"Dia tetanggaku saat masih kecil." Jawab Bo Nui.
"Woah." Ekspresi kaget semuanya.
Gary mengajak Bo Nui juga untuk masuk ke ruang meeteng bersama mereka. Bo Nui menyuruh Gary untuk sepat masuk saja karena Soo Ho sudah masuk duluan. Kemudian Soo Ho keluar lagi untuk memerintah Bo Nui agar ikutan masuk.
Setelah semuanya masuk. Pegawai yang lain mengekspresikan keterkejutan
mereka dengan bebas.
Soo Ho memperlihatkan cuplikan game pada Gary dan Amy, sambil menjelaskan kalau akan terlihat lebih hidup dengan perangkat VR. Berhubung ini cuma demo, hanya ada pertandingan tennis. Tapi nanti mereka akan tambahkan kehidupan dan aktivitas dari Gary Choi dalam game sesungguhnya.
"Menarik. Ini buatan noona?" Tanya Gary.
Bo Nui menjawab tidak, ia hanya membantu saja kok. Lalu Amy bertanya,
apa Gary akan membuat keputtusannya sekarang.
"Aku mau." Jawaban Gary.
Senyum pun merekah di bibir Bo Nui. Soo Ho berterima kasih atas
jawaban Gary ini.
"Asal Anda tahu... Anda sangat berhutang budi pada Shim Bo
Nui." Ujar Gary.
Bo Nui mengkode Gary kalau tidakseperti itu. Tapi diluar dugaan, Soo
Ho menjawab kalau dia tahu hal itu. Bo Nui pun melirik ke arah Soo Ho tapi Soo
Ho lurus aja menatap ke depan.
Setelahnya, Bo Nui bicara dengan Gary berdua, Bo Nui menyampaikan rasa terimakasihnya pada gary, dia sungguh berterima kasih pada gary.
"Sudah kubilang, akan kulakukan apapun untukmu. Karena itu,
jangan terintimidasi oleh bosmu. Bicara saja semaumu, paham?"
"Siap."
Selanjutnya, Amy bergabung dengan mereka. Bo Nui membungkuk
berterimakasih untuk Amy dan mohon kerja sama selanjutnya.
"Aku yang terima kasih. Tolong kerja samanya." Balas Amy
dengan mengulurkan tangannya.
Bo Nui hanya menjawab baik, namun tidak kunjung menyambut tangan Amy
yang mengajaknya bersalaman. Bo Nui malah mnyueuhnya menunggu sebentar lalu
mengeluarkan garam dari dalam saku dan menaburkannya ke sekeliling Amy. Amy
bingung dengan kelakukan Bo Nui ini.
"Untuk tolak balak, takutnya kesialanku menular." Jelas Bo
Nui.
Amy ingin Gary jujur padanya, pasti ada sesuatu kan diantara Gary dengan Bo Nui. Gary mejawab tentu, karena mereka berbagi kenangan, kebahagiaan, persahabatan dan semuanya hebat. Amy jadi tersinggung, mereka kan juga banyak menghabiskan waktu bersama tapi Gary menolak saat ia yang membujuk.
"Amy, jujurlah padaku. Kau ada sesuatu dengan Presdir Je?"
Tanya Gary.
dan pertanyaan itu membuat Amy tersedak saat akan menelan minumannya.
Kemudian Gary melanjutkan, Presdir Je adalah orang yang AMy tinggalkan tanpa
perpisahan, kan?
"Wah... Kau memang cerdas. Pantas saja mainmu bagus." Puji
Amy.
Gary beneran ingin tahu apa yang terjadi sebenarnya. Amy menjelaskan
kalau Soo Ho itu sering di bully dan dimanfaatkan oleh banyak orang Karena itu
SOo ho benci begituan.
"Tapi, dia pikir aku juga memanfaatkannya. Tidak, dia benar. Aku
memang salah." Aku Amy. dan ia berterimakasih pada Gary, karena berkat
Gary lah jalannya pada Soo Ho terbuka.
Ibu Soo Ho Googling mencari lokasi restaurant "01 Ayam di Seongnam" milik paman Ahn Young Il. Kemudian ayah keluar dan Ibu segera menyembunyikan ponselnya, pura-pura sedang tidak memegang ponsel. Ayah menanyakan apada ibu apa ibu sudah bertemu dengan "dia".
"Dia si...si...siapa?" Tanya Ibu gagap+gugup.
"Yang kau temui kemarin."
"Ah, Soo Ho?"
Ayah penasaran apa yang dikatakan Soo Ho atau apa Soo Ho mengirim
sesuatu. Ibu mengatakan kalau Soo Ho tidak akan bicara... Tapi kata-katanya
terhenti saat melihat ayah menggaruk-garuk bokongnya dengan memasukkan
tangannya ke dalam celana.
"Jijik, hentikan!" Larang Ibu.
Ayah tak peduli, lalu dia pergi setelah berpesan pada Ibu agar jangan
pulang malam. Ibu mengatakan kembali pada ayah kalau dia ada acara makan malam
dengan teman.
Langsung deh Ibu cus ke Restaurant Paman Ahn. Saat Ibu sedang mengintip ke dalam. Bo Nui datang dan menyapa Ibu. Ibu juga masih ingat dengan Bo Nui. Bo Nui ternyata ada acara makan bersama staff kantor di restaurant paman Ahn ini. Mendengar hal itu Ibu berpura-pura kalau dirinya hanya kebetulan lewat saja.
"Tapi Presdir tidak ikut. Mau aku telponkan?" Tawar Bo Nui.
Tapi Ibu segera menolaknya dan menyuruh Bo Nui untuk segera masuk
dengan alasan kalau temannya sudah menunggu. Bo Nui pun memberi salam
perpisahan untuk Ibu lalu masuk ke dalam dan menyapa paman Ahn dengan akrab
seperti biasa. Ibu pergi bersamaan dengan staff kantor yang berdatangan.
Dae Kwon melarang yang lain agar tak minum banyak-banyak karena mulai besok mereka harus lembur, acaranya hari Rabu jadi kurang 4 hari lagi. Jadi mereka harus menghemat tenaga.
Bo Nui bertanya, apa tidak boleh keluar sebentar saja. Yang lain
kompak menjawab tidak boleh, tidak ada waktu untuk hal itu.
"Kalau tiba-tiba ada bug, si super jenius itu bakal bilang apa?
'Tak bisa dipercaya, tes lima menit saja ada bug. Ini Zeze Factory. Tolong
kerja yang benar.' " Ujar Yoon Bal yang menirukan gaya Soo Ho. Yang lain
tertawa karena Yoon Bal mirip sekali dengan Soo Ho.
Tak tahunya yang dibicarakan ada di pintu sekarang dan mendengar semuanya tadi.
"Kalian ingin menghasilkan bug?" Bentak Soo Ho.
Yang lain jadi canggung lalu menyilahkan Soo Ho untuk duduk. Kebetulan
tempat duduk yang tersisa adalah disamping Bo Nui.
Soo Ho pun duduk tapi dengan membelakangi Bo Nui. Dae Kwon memesankan
segelas bir untuk Soo Ho dan mengajak Soo Ho untuk bersulang sekali saja karena
ini adalah hal yang bersejarah.
"Besok tak usah bekerja." Kata Soo Ho sambil mengangkat
gelasnya. Yang lain tidak mengerti kemudian Soo Ho melanjutkan "Besok kan
sabtu."
Jadilah mereka senang bukan kapalang dan beramai-ramai menyorakkan
nama "Je Soo Ho" Baru bersulang
Soo Ho tidak minum bir-nya dia hanya minum air putih yang tersedia di meja tapi dengan gaya seolah habis minum bir. Bo Nui tersenyum melihatnya.
Setelah selesai makan, Bo Nui hendak bantu-bantu paman Ahn tapi paman Ahn melarangnya dan menyuruh Bo Nui untuk pulang saja. Kebetulan Soo Ho juga masih ada di sana, lalu Paman Ahn mendorong Bo Nui ke arah Soo Ho.
Bo Nui berjalan dibelakang Soo Ho. Bo Nui akhirnya mempunyai
kesempatan untuk mengatakan sesuatu pada Soo Ho. Tapi Soo Ho minta duluan, ia
yang akan duluan bicara.
"Besok sibuk apa?" Tanya Soo Ho.
"Katanya besok libur."
"Kau tetap datang."
"Apa?"
"Kita masih ada kencan. Setelah kuhitung, masih sisa 21 jam 30
menit."
Bo Nui ingin Soo Ho melupakan saja semua itu, toh Soo Ho sudah tahu
semuanya jadi tidak ada gunanya. Soo Ho menolak, itu tetap kontrak resmi yang
Wajib kupenuhi. Bo Nui berjanji kalau dia tidak akan mengacaukan "IF"
jadi Soo Ho tidak perlu tertekan.
Soo Ho berjalan mendekat "Shim Bo Nui - Shi, kau berhutang
padaku. Ikuti saja kataku. Kali ini aku yang pilih. Aku yang pilih tempat dan
waktunya, kau ikuti saja."
Bo Nui menawar, bagaimana kalau setelah peluncuran IF saja karena
waktunya tidak banyak. Soo Ho tidak mau dengar dan tetap memaksa untuk ketemu
besok lalu ia lari duluan.
Bo Nui ada di atap apartemannya. Dia menggunakan teropong untuk melihat Bo Ra, dia bergumam kalau waktunya tidak banyak. Tinggal 4 hari saja.
Soo Ho mengiriminya pesan. Terlampir map lokasi dimana mereka harus
ketemuan. Jam 2.
Bo Nui sudah sampai di tempat janjian, kemudian SOo Ho datang dan langsung masuk diikuti Bo Nui. Soo Ho mengajak Bo Nui untuk mendatangi dukun/peramal. Soo Ho minta diramal oleh peramal itu.
"Aku lihat dulu. Kau sangat pintar." Kata si dukun.
Soo Ho membenarkan. Kemudian dukun melanjutkan kalau tangan dan kaki
Soo Ho sedingin es, tapi hatinya sepanas lava, takkan patuh pada Bo Nui, Soo Ho
juga keras kepala dan egois cuma peduli dirinya sendiri.
"Tepat sekali." Ujar Bo Nui.
lalu dukun bertanya, ada perlu apa mereka. Bo Nui menjelaskan kalau
mereka sedang menyiapkan acara penting dan kali ini harus berhasil.
"Coba aku lihat. Kau akan kehilangan uang pada bulan Juni. Aigoo,
bapak!" Kata Dukun yang mengakhiri dengan menggebrak meja. kemudian dukun
meminta Bo Nui untuk hati-hati, Bo Nui dalam masalah besar. Bo Nui sudah panik
aja tuh sambil menatap SOo Ho. SOo Ho hanya menghela nafas lalu beralih menatap
sidukun.
"Anda meramal berdasarkan tahun, bulan, dan hari kelahiran,
kan?" Tanya Soo Ho.
"Kau tahu banyak juga."
"Tentu saja."
" Baiklah. Baiklah, pria ini, peruntungannya tahun ini bagus
kecuali Juni." Lalu dukun menawari jimat pada Bo Nui. Dia memastikan kalau
jimatnya akan sangat mujarab.
"Tingkat kemungkinan ramalan anda adalah 518.400. Dibagi pria dan
wanita, 136.800 orang bisa dikelompokkan. Maka pria yang senasib denganku ada
51 satu orang, benar kan?" Tanya Soo Ho membuat si dukun terdiam. Soo Ho
belum berhenti sampai disitu "Tadi anda juga menyebut sesuatu. Keputusan
anda berdasarkan pada zodiakku. Tingkat kemungkinannya 144. Jadi setiap orang
punya salah satu dari 144 nasib itu. Kalau peduduk Korea 51 juta orang, maka
354.000 orang punya nasib yang sama. Bagaimana itu?"
Selanjutnya mereka mengunjengi peramal yang lainnya. Soo Ho kembali mengatakan pengtahuannya yang berdasarkan teori.
"Zodiak diciptakan manusia purba, dan dekat kaitannya dengan
hantu, apa anda tahu? Anda bilang Juni ini aku beruntung karena bintangku
terang. Bagaimana jika ternyata gelap, tapi kelihatan terang karena dekat bumi.
Itu artinya terang atau gelap? Itu artinya beruntung atau tidak?"
Pindah lagi ke peramal selanjutnya yang menggunakan kaca pe, besar untuk membaca mata dan bibir. Peramal tersebut mengatakan kalau mata Soo Ho itu besar dan bibirnya tipis dan semua itu bisa membuatnya mendari beruntung. Soo Ho kembali membuktikan kalau peramal itu salah karena matanya rabun.
Selanjutnya mereka keluar dari tempat peramal kartu Tarot. Soo Ho mengajak Bo Nui ke tempat lain lagi, kali ini ke peramal garis tangan.
Bo Nui akan pergi saja. Soo Ho tidak mau karena masih ada banyak
waktu. Bo Nui mengerti maksud Soo Ho dengan mengajaknya mengunjungi banyak
peramal jadi lebih baik mengerti. Tapi tetap tidak akan menghentikannya untuk
mencari pria macan.
"Kau tak belajar apa-apa hari ini? Tadi malah ada yag meramal
padahal rabun." Soo Ho tak mengerti.
"Banyak peramal yang penipu. Aku tahu itu. Tapi, ada kalanya
hidup merasa lebih baik setelah curhat masalah kita pada orang."
"Pergi ke psikiater kalau mau curhat. Paling tidak mereka tak
menyuruhmu beli jimat mahal."
"Biaya konsultasi juga mahal."
"Tidak sama lah, kau itu terlalu percaya takhayul. Aku ingin kau
tahu betapa tidak nyatanya hal ini."
"Hal ini... Kau pikir aku tak tahu? Terima kasih. Mengajakku
keliling peramal sudah menunjukkan rasa
kasihanmu. Tidak usah khawatirkan aku. Aku bisa mengurus diriku sendiri."
"Mau kemana?"
"Aku ada janji."
Soo Ho tidak lagi bisa menghentikan Bo Nui.