Tae Suk ragu mau menelfon Young Joo atau tidak. tapi ia tidak menelfonnya.
Young Joo melakukan pekerjaan rumah seperti biasa tapi ia tidak bisa
fokus, ia masih teringat kejadian malam itu dan masih kesal.
Tae Suk kembali ke kantor. Ia bertanya pada Sun Hwa, apa jadwalnya
hari ini. Sun Hwa mengatakan kalau Tae Suk tak ada sidang dan ia sudah
membatalkan semua janji Tae Suk karena TaeSuk tak bisa dihubungi.
Tae Suk memerintahkan Sun Hwa untuk membuat janji dengan keluarga
korban. Dan untuk Jeong Jin, ia tugaskan ke kantor polisi, minta tolong pada
mereka agar tak menyebarkan kasusu ini ke media.
Tugas satu lagi untuk Sun Hwa, menghubungi Hubungi Kepala Redaksi Kim
dan Harian Daehan dan juga Kepala Redaksi Harian Mingguk untuk mengatur
pertemuan secepatnya.
Tae Suk menuju Ruangan CEO Lee, ia minta maaf karena membuat semuanya
khawatir. CEO Lee tak mempermasalahkannya, toh semuanya juga sudah beres.
Tae Suk menceritakan kalau pelAku tabrak lari Dong Woo sudah muncul.
Seung Ho mendapat perintah dari Jaksa Kang, menyuruhnya untuk
memeriksa toko bunga di sekitar alamat yang ia beritahu. Dan karena kejadiannya
saat subuh jadi cukup periksa toko 24 jam saja.
"Ini kasus apa?" Tanya Seung Ho.
"Tabrak lari. Ini masalah pribadi, jadi Aku tidak bisa menyuruh
orang lain."
Seung Ho mengerti.
Tae Suk melanjutkan ceritanya kalau pelAku meninggalkan karangan bunga
di lokasi kecelakaan. Tae Suk tidak tahu apa yang dilAkukannya selama ini.
"Ceritakan lebih banyak." Pinta CEO Lee.
Tae Suk menjawab hanya itu. CEO mengingatkan kalau sulit mencari pelAkunya
hanya dengan bukti itu. Tae Suk membantah kalau yang tahu kejadian 15 tahun
yang lalu hanya keluarga korban dan pelAku.
"Bagaimanapun UU pembatasannya sudah lewat. Lupakan saja."
Saran CEO Lee.
"Mungkin, masih belum. Jika orang itu pergi keluar negeri, maka
UU pembatasannya tertahan sampai Ia kembali. Jadi tidak mustahil."
"Kalau kau butuh bantuan, Aku disini. Aku akan bantu sebisa
mungkin."
"Makasih Hyungnim."
Jaksa Kang menelfon Reporter Joo karena melihat Artikel Reporter Joo
mengenai tabrak lari anak menteri, walaupun tidak menyebut nama tapi
petunjuknya sudah banyak.
"Sunbaenim, kebetulan kau membahas soal tabrak lari, bagaimana
kalau menulis satu kisah lagi?" Tanya Jaksa Kang.
Tae Suk akan mengirim pesan ke Young Joo tapi ia bingung memilih
katanya.
"Sayang, Aku minta maaf soal kemarin." (dihapus)
"Ibu Jeong Woo ..." (dihapus)
"Yeong Joo-yaa, sudah makan ?" (dihapus)
"Sudah makan jidatku ..." Gumamnya.
Alaram untuk memakai koyo berbunyimembuatnya kaget. Tae Suk
mengeluarkan koyo nya sekotak. Tiba-tiba Sun Hwa datang, Tae Suk buru-buru
mengambil satu lalu memaSukkan sisanya ke jaketnya.
Sun Hwa mengira kalau itu adalah koyo untuk berhenti merokok dan Tae Suk
mengiyakannya.
Sun Hwa datang untuk memberikan paket Tae Suk yang tak ada nama
pengirimnya.
Tae Suk membuka kotak paketnya, dan isinya dasi. Ia teringat kalau ia
melepas dasinya kemarin di kamar Dong Woo.
Sun Hwa pergi setelah mengatakan kalau ia lega semuanya berjalan
lancar.Tae Suk bertanya, ketika ada salah paham, apa cara terbaik untuk
mendapat maaf dari perempuan?
"Mengklarifikasi salah paham itu." Jawab Sun Hwa.
"Iya, makanya, caranya bagaimana?"
"Bicara jujur."
Hal itu mudah bagi Tae Suk. Sun Hwa mengingatkan, memang mudah, tapi
tidak mudah berkata jujur.
Sun Hwa akan keluar tapi Jeong Jin akan masuk, jadinya mereka
tubrukan, dan tiap Jeong Jin ke kanan, Sun hwa ikut ke kanan juga dan
sebaliknya, sampe ada kali kalo 3 kali. Akhirnya, Jeong Jin mengalah dan
memberi jalan keluar untuk Sun Hwa, udaj gitu, Sun Hwa pake kesandung pula.
Jadinya Tae Suk ketawa melihat keduanya, ia berkomentar kalau keduanya
mirip "si bodoh dan si tolol".
Jeong Jin ingin menemui Tae Suk setelah mengatur pertemuan dengan
keluarga korban.
Wali kelas Jeong Woo menelfon Young Joo tapi tak diangkat karena
ponsel Young Joo di meja ruang tamu tapi orangnya gak ada.
Tae Suk dan Jeong Jin selesai menemui keluarga korban dan untungnya
mereka bersedia untuk berdamai. Lalu Jeong Jin bertanya, apa Tae Suk semalam
tidur di kantor.
"Itu bukan urusanmu." Jawab Tae Suk
"Aku bukan orang lain. " Elak Jeong Jin.
"Lalu, kau pacarku?"
"Aku rekanmu. Rekan
sehati."
"Aku senang kita bukan rekan fisik, bocah."
Jeong Jin minta agar Tae Suk selalu mengangkat telfonnya apapun dan
dimanapun Tae Suk berada. Alasannya karena ia akan terlihat tidak kompeten
Kalau tidak bisa menelpon rekannya.
"Kau memang tidak kompeten." Jawab Tae Suk.
Dan mereka berebut memencet tombol lift. Tapi Jeong Jin memenangkannya
dan itu membuatnya tersenyum. Tae Suk melarangnya tersenyum. Jeong Jin protes,
suka-suka dong, Negara ini kan negara demokratis.
"Negara ini memang negara demokratis. Tapi jangan senyum sesukamu." Bantah Tae
SUk sambil masuk lift.
"Ah ... kau garis keras?" Tanya Jeong Jin.
"Kau tidak tahu aku bercanda? Aaah, dasar picik."
"Kekerasan juga picik. Tapi kadang itu memuaskan."
"Dasar ..."
Mereka tertawa.
Tae Suk mendapat telfon dari wali kelas Jeong Woo karena Young Joo gak
mengangkat telfonnya. Tae Suk bertanya, ada masalah apa memangnya?
Young Joo pulang setelah menjemput Yeon Woo dari TK. Yeon Woo langsung
memeluk boneka anjing kembarnya.
Tae Suk menelfon Young Joo mengabarkan kalau wali kelas Jeong Woo
menelfon, tapi tidak mengatakan masalahnya apaan yang kelas salah satu dari
mereka harus kesekolah. Dan Tae Suk meminta Young Joo yang kesana karena ia ada
kerjaan penting.
"Kau ayah Jeong Woo! Anak harus lebih utama dari pekerjaan."
Jawab Young Joo.
"Kita bicarakan masalah kita dirumah ... "
"Jeong Woo adalah masalahmu juga. Dia bukan masalah orang
lain."
"Aku tahu kalau kau sedang sensitif ... Sa-sayang?"
Young Joo memutus telfon. Tae SUk kembali masuk mobil, Jeong Jin
menanyainya, apa Tae Suk gak sebaiknya ke sekolah Jeong Woo Saja. Tae Suk
menjawab tak apa-apa.
Young Joo datang ke sekolah Jeong Woo. Jeong Woo menunduk terus. Young
Joo bertanya pada Bu Guru, memangnya masalahnya apa?
"Anu ..." Bu Guru akan mulai menjelaskan tapi terpotong oleh
kedatangan Tae Suk.
Bu Guru mempersilahkannya untuk duduk. Tae Suk mengulangi pertanyaan
Young Joo, masalahnya apa?
"Ada benda yang hilang di kelas hari ini.Barang itu ditemukan di
ransel Jeong Woo. Itu adalah jam bermerk, tapi sudah dirusak memakai palu atau
batu. Lalu, orang tua dan murid itu, menganggap kalau insiden ini sebagai
kekerasan dalam sekolah."
Tae Suk tanya lagi, kekerasan sekolah macam apa. Bu Guru menjelaskan
kalau Orang tua murid itu, Jeong Woo bukan hanya mencurinya.
"Itu bukan aku! Aku tidak melakukannya!" Tegas Jeong Woo.
Bu Guru gak percaya, kalau begitu, gimana ceritanya jam itu bisa ada
di tas Jeong Woo. Jeong Woo juga tidak tahu, tapi pokonya bukan dia pelakunya.
Jeong Woo menghadap kedua orang tuanya, Sungguh, bukan dia. Iau sungguh tidak
tahu soal itu. Young Joo menggenggam tangan Jeong Woo.
"Bohong lebih buruk. Kalau kau bicara jujur, orang tuamu dan ibu
..." Desak Ibu Guru.
"Aku percaya pada Jeong Woo. Pasti ada orang lain yang
meletakkannya di ranselnya! Jeong Woo kami tidak akan melakukan hal itu! Bu
Guru juga tahu itu." Potong Young Joo.
Bu Guru menjawab kalau biasanya semua orang tua berpikir begitu. Tapi,
banyak orang tua yang tidak tahu benar bagaimana anak mereka. Young Joo masih
belum menyerah, ia yakin pasti ada salah paham, Ia juga minta persetujuan Tae
Suk mengenai pemikirannya ini. tidak bisa mengambil kesimpulan Jeong Woo yang
mencuri hanya karena jam itu dalam ranselnya!
"Beberapa murid melihat anak itu dan Jeong Woo berkelahi
baru-baru ini." Jelas Bu Guru.
Tae Suk menanyai Jeong Woo, apa itu benar. Jeong Woo menjawab kalau
mereka tidak berkelahi.
"Lalu apa? Jeong Woo, bicara yang jujur." Perintah Tae Suk.
Young Joo tidak setuju dengan kalimat Tae Suk barusan, Tae Suk
mengatakan kalau hal Ini tidak bisa diselesaikan dengan emosional.
"Aku tidak emosional. Aku bilang bukan Jeong Woo pelakunya."
Bentak Young Joo.
Ibu Guru menengahi, Beliau aku akan bicara dengan orang tua murid
itu,," Meskipun harusnya anda yang bernegosiasi dalam penggantian
kerusakan ... Selain itu, ada konsekwensi disiplin dari sekolah, seperti
bekerja sukarela atau menulis surat permohonan maaf."
Sepanjang perjalanan pulang, tak ada yang bicara. setelah sampai, Tae
Suk meminta Jeong Woo untuk masuk ke rumah duluan. Sebelum turun, Jeong Woo
menegaskan sekali lagi kalau bukan ia, ia sungguh tidak tahu soal itu.
"Nanti bicara dengan ayah sepulang kantor." Jawab Tae Suk.
Jeong Woo pun keluar. Young Joo berkata kalau mereka harus percaya
pada Jeong Woo. Menurut Tae Suk, Jeong Woo bisa saja berbohong karena takut.
"Yang tidak bisa bicara jujur adalah dirimu." Balas Young
Joo.
"Insiden kemarin adalah kesalahan."
Young Joo tak mau mendengar alasan apapun, ia memilih keluar.
Alaram di ponsel Tae SUk berbunyi, saatnya memasang Koyo. Tae SUk
kembali ke kantor, ia langsung masuk ke toilet. memastikan dulu tak ada
siapapun disana, lalu mengunci pintu dan memasang koyonya dengan kesal.
Tae Suk kembali ke ruangannya. Jeong Jin melapor kalau ia sudah
bersepakat dengan korban mengenai biaya pengobatan, biaya hidup selama berobat,
biaya kompensasi dan bonus. Tae Suk hanya menjawabnya dengan satu
kata,,"Bagus."
Tae Suk ke restaurant ibunya, minta makan. Ayahnya ada di luar,
mengelus dada, untung tadi gak jadi masuk.
Tae Suk makannya lahap banget. Ibu merasa ada kalau Tae Suk kurang
sehat. Tae Suk mengelaknya, ia tidak sakit, ia sehat dari ujung kepala sampai
ujung kaki!
"Kalau begitu sykurlah. Aku tidak minta apa-apa lagi selain
itu." Ibu lega.
Lalu Ibu menyuruh Tae Suk lekas pulang karena pasti lelah setelah
bekerja. Ibu menawari komchi tapi Tae Suk menolaknya, dirumah masih ada.
Lalu Tae Suk memberi amplop uang untuk ibu. Ibu menolaknya. Tae Suk
memaksanya, demi dirinya. Ibu pun menerimanya dan berjanji akan menggunakannya
dengan baik.
"Nantinya jangan datang kerumah untuk uang jajan
anak-anakku." larang Tae Suk.
"Baiklah!"
Tae Suk tak mau saat Ibu akan mengantarnya keluar.
Setelah Tae Suk tak terlihat. Ibu balik untuk masuk kembali ke rumah,
tapi Ayah muncul tepat di depannya, Ibu jelas kaget. Ayah minta untuk diijinkan
tinggal di rumah Ibu selama beberapa hari sampai ia bisa membayar hutangnya.
Tae Suk akan masuk ke mobilnya, ada dua orang yang mendatanginya dari
belakang lalu menariknya paksa dan menghajarnya. Pesuruh mereka adalah Young
Jin. Ia melakukan ini untuk memperingatkan Tae Suk.
Tae Suk bangun sambil ketawa keras, ia sudah tahu kalau kalau akhirnya
akan begini.
Kata-kata Young Joo terus ternginyang di benak Eun Sun.
"Aku tidak salah
paham. Lalu, kalau kau tidak ingin aku
salah paham, seharusnya jangan menyuruhku datang kemari."
Ia masih berjaga di tempat kecelakaan Dong Woo, kali ini Jaksa Kang
datang diam-diam lalu masuk ke mobil Eun Sun.
"Kalau dia mucul setelah tertangkap basah, orang itu sudah gila.
Bagaimana kau bisa lulus ujian dengan kepala seperti itu?" Ujar Jaksa
Kang.
Eun Sun bertanya, apa hasil tesnya sudah keluar. Jaksa kang menunjuk
CCTV, nanti Eun Sun bisa memastikan sendiri. Untuk sidik jari tak bisa tahu
dengan cepat karena banyaknya sidik jari. Harus cari informasi lain.
Tae Suk pulang setelah digebukin, wajahnya berdarah-darah. Semua orang
rumah udah pada tidur dan Young Joo tidur di kamar Yeon Woo. Tae Suk
melihatnya. Setelah Tae Suk kembali menutup pintu kamar Yeon Woo, Young Joo
membuka matanya.
Lalu tae SUk membuka kamar Jeong Woo, dan Jeong Woo juga pura-pura
tidur.
Tae Suk pergi pagi-pagi sekali, ia meninggalkan mantelnya di kasur.
dan meng-SMS Young Joo kalau ia harus berangkat pagi karena kerjaan.
Tae Suk sampai di kantor. Sun Hwa tahu kalau keadaan wajah Tae Suk
sekarang ini adalah kerjaan Young Jin, ia juga mengkhawatirkan Young Joo yang
pasti sangat terkejut.
"Aku pergi awal agar tidak tertangkap basah istriku." Ujar
Tae Suk."
"Bagaimanapun dia pasti akan tahu."
"Aku akan menunda cemasnya selama sehari."
CEO Lee membaca berita mengenai kecelakaan Dong Woo.
"Kasus Tabrak Lari Malaikat
Kuning. Apakah tidak akan terungkap? Kasus besar tanggal 18 Maret, 2001. Kasus
yang sangat menyakitkan bagi semua orang tua. Si anak sedang tertidur saat
ditinggalkan. Saat terbangun, Ia pergi mencari ibunya, lalu tertabrak.
"Kasus Tabrak Lari Malaikat Kuning" CCTV di lokasi ... "Tentu
saja aku ingat". UU Pembatasan .. Karangan bunga misterius di lokasi
kecelakaan... Kami menunggu informasi atau saksi dalam Kasus Tabrak Lari
Malaikat Kuning. Reporter Joo Sang Pil.”
CEO langsung menutup laptopnya kasar.
Di rumah, Ketua Hwang juga melihat artikel yang sama, namun ia masih
bisa santai dan minum teh.
Tae Suk masuk ke ruangan CEO Lee,melapor kalau Negosiasi dengan korban
tabrak lari berjalan lancar.
"Apakah, kau minta reporter untuk menulis artikel?" Tanya
CEO Lee.
"Menulis artikel?"
"Artikel mengenai karangan bunga yang ada ditempat kecelakaan
Dong Woo."
"Dia tahu dari mana?"
"Makanya aku bertanya padamu, aku kira kau yang memberitahu. Apa
bukan?"
"Siapa wartawan itu?"
Tae Suk lalu menelfon Reporter Joo.
"Apa sekarang kau mengendus-endus masalah pribadiku" Tuduh
Tae Suk.
"Masalah pribadi? Aku tidak mengerti anda bicara apa. Pengacara
Park."
Tae Suk langsung menutup telfon.
Young Joo akan menggantung mantel Tae Suk tapi melihat ada kotoran
jadi gak jadi, ia akan mencucinya saja dan mengeluarkan barang-barang yang ada
di kantong. ia menemukan koyo Tae Suk, awalnya ia biasa saja namun tiba-tiba ia
jadi tertarik.
Di Kantor, Tae Suk mencari-cari koyonya kemana-mana, sampai ke kolong
segala.
Young Joo mengambil koyo itu lalu mencarinya di internet, dan ia
menemukan kalau koyo itu adalah obat untuk penderita Alzheimer atau demensia.