Yeong Jin tak menyangka kalau Dr Kim akan sebodoh itu (dengan meninggalkan
surat wasiat kosong).
“Yah, setidaknya bagus buat kita. Semuanya lebih cepat beres karena
Alzheimernya.” Ujarnya lega.
Tapi Tae Suk mengatakan kalau semua ini belum berakhir. Dr Cha panic,
kenapa memangnya.
"Kemungkinannya kecil kalau Dr Kim tahu soal malpraktik secara
kebetulan. Maka, pasti ada orang yang memberitahunya. Jika orang itu syok akan
kematian Dr Kim, kemungkinan buruknya, dia akan bicara pada media." Jelas
Tae Suk
Dr Cha tambah panik karena ayahnya sebentar lagi akan ikut pemilu.
Yeong Jin menenangkannya karena Ini hanya mengganggu sedikit. Tidak akan
berpengaruh pada pemilu.
"Tidak sesederhana yang anda pikirkan. Masih ada bukti lain.
Meskipun semua data dirumah sakit dihilangkan, keluarga itu kemungkinan masih
memiliki resepnya." Ujar Jeong Jin.
Maka itu bukan masalah bagi Yeong Jin. Ia hanya tidak suka ada
ribut-ribut.
"Dan karena kau adalah pengacara kami, kau harusnya mencari
solusi bukannya memberitahu masalah. Bukan begitu?" Protes Yeong Jin.
Tae Suk juga tidak suka ribut-ribut. Jadi ia tak akan membiarkan media
tahu
"Kalau begitu, aku akan percaya pada Pengacara Park. Sama seperti
seorang pemain ski profesional lebih bersinar di lapangan yang sulit, bakat
nyata Anda akan bersinar setelah Anda dihadapkan pada masalah." Ujar Yeong
Jin.
Lalu Tae Suk dan Jeong Jin mohon diri.
"Kau menggunakan sakit Alzheimer Dr Kim untuk melawannya? Memang
itu agak terlalu keras pada seorang pasien. Tidak heran dia sampai bunuh diri.
Ah, tidak juga. Mungkin kita justru membantunya. Tidak ada obat untuk penyakit
itu, pada akhirnya dia akan jadi orang bodoh. Mungkin lebih baik jika dia mati
seperti itu. Pengacara Park, pada akhirnya telah berbuat baik." Puji Yeong
Jin
"Makanya aku menyesalinya." Jawab Tae Suk yang sedari tadi
mengepalkan tangannya menahan kesal.
Yeong Jin tak mengarti, kok bisa. Tae Suk menjelaskan kalau biasanya
ia bukan orang baik, ia tidak suka membantu orang lain. dan ia pergi.
Yeong Jin meresahkan Tae Suk yang makin berani. Tapi Dr Cha malah
memusingkan jika seandainya ayahnya tahu.
Yeong Jin meninju mulut Dr Cha agar diam.
Yeong jin jadi bingung dengan Tae Suk, tadi jelas-jelas ia dengar
kalau Tae Suk tidak menyesal tapi barusan Tae Suk berkata kalau ia menyesal.
Lalu Tae Suk melemparkan kunci mobilnya pada Jeong Jin.
dalam mobil Tae Suk teringat kata-kata Yeong Jin
"Tidak ada obat untuk penyakit itu, pada akhirnya dia akan jadi
orang bodoh. Mungkin lebih baik jika dia mati seperti itu."
Tae Suk tak mengangkat telfonnya yang berbuyi. Jeong Jin juga tak
menyinggungnya.
Young Joo mencoba menghubungi Jeong Woo tapi tak diangkat. kemudian
terdengar suara masukan kode pintu.
Young Joo langsung menuju pintu dan Jeong Woo pulang. Young Joo
bertanya, kemana aja Jeong Woo sampai tak masuk sekolah. Jeong Woo menjawab kalau ia hanya kesana kemari.
"Jangan-jangan, kau dibully teman-temanmu?" Tanya Young Joo.
Jeong Woo mengelak, bukan.
"Tidak apa-apa. Ceritakan semua pada ibu."
"Aku bilang tidak." bentak Jeong Woo.
"Lalu apa masalahnya? Nilaimu turun, kau juga bolos. Apa
alasannya? Jung Woo, kau bisa cerita apapun ke ibu. Ibu akan selalu memihak
padamu. Ibu bisa memahami segalanya. Apa pelajaran di sekolah susah? Mau keluar
dari kelas intensif?"
Pesan terus masuk ke ponsel Jeong Woo. Young Joo mendekati Jeong Woo
agar mau cerita.Jeong Woo menjawab kalau ia nonton film karena benci sekolah.
"Kenapa kau tidak mau sekolah?" Bentak Young Joo.
"Tidak ada alasannya."
Lalu Jeong Woo masuk ke kamarnya dan mengunci pintu. di dalam, ia
membuka pesan di ponselnya, dia menangis.
Setelah sampai di firma, Reporter Joo Sang Pil sudah menunggu Tae Suk.
lalu mereka bicara berdua di tempat yang sepi.
Reporter Joo menjelaskan pengaruh berita diinternet bisa merusak
reputasi dalam sekejap.
"Aku dengar soal perceraian Wakil Presdir Shin. Apa benar?"
Tae Suk balik bertanya, sebenarnya apa mau reporter Joo.
"Yah ...Aku akan memberikan videonya sebagai hadiah jika anda
memastikan soal perceraiannya. Alasan atas perceraian itu adalah kekerasan.
Benar?"
lalu Tae Suk memutar rekaman yang sedaritadi direkamnya.
"Kau bisa menggugatku jika percaya diri bisa menang." Ujar
Tae Suk.
"Tentu saja aku tidak percaya diri." Jawab reporter Joo.
lalu reporter Joo membahas soal kartu nama Tae Suk yang ada dalam
surat wasiat Dr Kim, ia memperoleh informasi itu dari detektif kenalannya.
"Kalau aku menggali lebih dalam, sepertinya ini kasus serius.
Bagaimana pendapatmu?" Ancam Detektif Joo.
"Gali saja lebih dalam kalau kau kurang kerjaan. Tapi, kalau kau
menerbitkan berita tidak jelas, sebaiknya siapkan dirimu." Jawab Tae Suk
tak takut.
Sebelum masuk ke ruangannya Tae Suk berpesan pada Sun Hwa agar ta
mengijinkan siapapun untuk masuk ke ruangannya tapi terlambat arena sudah ada
orang yang menunggu di dalam.
siapa dia? dia adalah Ayah Tae Suk.
Ayah mau minta bantuan pada Tae Suk untuk Ahjuma kenalannya, Tae Suk
malah menyuruhnya pergi. Ayah protes, bagaimana Tae Suk bisa bersikap seperti
ini padanya. Tae Suk menjawan kalau ia tidak punya Ayah
"Lihat kartu keluargamu. Lihat dan periksa apakah ayahmu masih
hidup atau sudah mati! Mana bisa kau jadi pengacara kalau begini sikapmu pada
ayah?" Bentak Ayah.
Tae Suk tetap menyuruhnya Keluar. Ayah mencoba membujuk lagi tapi Tae
Suk tak luluh, ia membukakan pintu agar AYahnya keluar.
"Aku pergi karena kau perlakukan aku seperti sampah! Nanti kau
akan menyesal karena sudah kurang ajar pada orang tuamu! Baik-baik padaku mumpung
aku masih hidup! Kau akan menyesal kalau aku mati nanti! Anak kurang
ajar." Teriak Ayah.
Tae Suk kesal bukan main, panas kepalanya sampai ia menyiramnya dengan
air vas bunga.
Dokter sok tahu terus mengubungi Tae Suk tapi Tae Suk masih belum mau
menjawabnya.
Young Joo mengantarkan makanan ke kamar Jeong Woo tapi tak ada
siapapun di dalam. Young Joo kembali ke luar, ia bertanya pada putrinya kapan
jeong Woo pergi. putrinya juga tak tahu.
sementara itu, Jeong Woo kembali ke minimarket untuk mencuri Soju
lagi, mungkin karena pesan yang terus masuk ke ponselnya.
Sun Hwa memberi Jeong Jin Kontrak yang dimintanya. Jeong Jin
mengucapkan terimakasih. lalu Sun Hwa kebali ke mejanya.
Jeong Jin bertanya, Pengacara Park itu orang yang seperti apa karena
ia kira Sun Hwa yang paling tahu soal dia.
"Mana mungkin aku tahu dia seperti apa, kalau aku sendiri tidak
tahu?" jawab Sun Hwa.
Jeong Jin merasa Sun Hwa memberi jawaban yang benar.
"Aku sendiri tidak yakin, tapi Pengacara Park orang yang
satu-satunya memperhatikan satpam dan petugas kebersihan gedung ini. Dia kadang
membantu mereka dalam masalah hukum." Lanjut Sun Hwa.
Jeong Jin berkata kalau tae Suk munafik sama sepertinya.
Lalu datanglah perawat rumah sakit Hankuk untuk bertemu dengan Tae
Suk. Jeong Jin mengingat perawat itu.
Tae Suk melamun, kemudian telfonnya bunyi, dari puterinya, Yeon Woo.
Yeon Woo bertanya apa ayahnya akan pulang telat lagi. Tae Suk juga
belum tahu. lalu ia bertanya lagi, apa Tae Sukmau minum-minum lagi?
"Itu tidak baik untuk kesehatan." Nasehat Yeon Woo.
Sementara itu di rumah, Young Joo buru-buru keluar.
"Yeon Woo, terima kasih sudah khawatir pada ayah. Ayah
bangga." Jawab Tae Suk.
lalu Yeon Woo minta dibelikan anjing sebagai hadiahnya. Tae Suk
menjawab kalau ia akan memikirkannya.
"Sungguh?" Tanya Yeon Woo senang.
"Ya." Jawab Tae SUk lalu menutup telfon.
Lalu Perawat itu masuk ke ruangan Tae Suk bersama Jeong Jin.
Perawat tersebut mengaku kalau ia yang memberitahu Dr Kim mengenai
kesalahan resep. Ia juga yang memberi kesaksian pada polisi soal Tae Suk. Ia
juga yang menaruh katu nama Tae Suk dalam surat wasiat Dr Kim, serta ia juga
yang telah menukar surat wasiat Dr Kim sebelum polisi datang.
"Kenapa melakukannya?" Tanya Tae Suk.
"Dengan begitu, pengacara Park akan lebih waspada." Jawab
erawat itu.
"Kau punya kesempatan lebih besar mendapatkan uang jika membuat
perjanjian dengan rumah sakit."
Tapi Perawat itu tidak menginginkan uang, ia menginginkan Tae Suk.
Jeong Woo tertangkap saat mencuri dan pemilik mini market yang tadi
menelfon Young Joo. Jeong Woo menunggu diluar sementara Young Joo minta maaf
pada pemilik.
lalu ia mengajak Jeong Woo bicara sebelum pulang. Young Joo bertanya,
sejak kapan Jeong Woo minum alkohol. Jeong Woo menjawab kalau ia tidak
minum alkohol.
"Lalu kenapa mencuri alkohol? Kau tahu betapa seriusnya ini?
Mencuri adalah tindakan kriminal. Ibu bisa toleransi yang lain, tapi tidak yang
ini. Ibu tidak akan terima."
Jeong Woo hanya bisa minta maaf. Young Joo menanyakan alasan Jeong Woo
mencuri, ia sangat bingung dengan ini, dan ia hanya bisa membantu jika tahu apa
yang Jeong Woo alami.
"Kalau sulit menceritakan ini ke ibu, ceritakanlah ke ayah
..." Lanjut Young Joo.
Jeong Woo melarang keras ibunya untuk menceritakan ini pada ayahnya
karena ia tidak ingin mengecewakan ayahnya, ia janji tidak akan mengulangi
perbuatannya ini.
Tae Suk pergi ke Rumah Duka Dr Kim, tapi ia tak sanggup masuk. Ia teringat
kata-kata perawat tadi.
Kilas balik..
"Aku dan kakakku dibesarkan di panti asuhan. Dia sejak kecil
pincang karena menderita polio. Setelah lulus SMP, Eonni mencari uang agar aku
bisa kuliah. Eonni punya putri berusia 7 tahun. Teman Eonni membuang bayinya
setelah melahirkan, tapi eonni membesarkan bayi itu seperti anaknya sendiri.
Anak itu sangat berharga untuk eonni. ia juga merupakan keponakanku yang
berharga." Jelas perawat.
"Apa ibu kandungnya pernah kembali?" tanya Jeong Jin.
perawat membenarkan, seorang ibu yang meninggalkan bayinya kembali.
sedangkan yang menyelamatkan bayi itu adalah eonni nya. Tapi, ibu kandungnya
berkata akan mengambilnya kembali dan menggugatnya.
"Kau mau aku menangani gugatannya?" Tanya Tae Suk.
Perawat membenarkan. karena Eunni nya akan mati jika tanpa anak itu.
Anak itu segalanya bagi Eunni nya.
"Hmm ... 7 tahun lalu, apa kau pernah melapor kalau ibu
kandungnya melarikan diri?" Tanya Jeong Jin.
Tidak. karena perawat dan Eunni nya tidak pernah berpikir kalu ibu
anak itu akan kembali.
Jeong Jin menjelaskan kalau kemungkinan untuk menang sangat
kecil,,"Kau tidak melapor soal anak hilang. Dengar minimnya prosedur
legal, kau tidak punya hak sebagai wali. Tanpa hak perwalian, anak ini tidak
bisa kau pertahankan hanya karena kau yang membesarkannya."
"Bagaimanapun kami harus menang. Jika kakakku tidak bisa memiliki
anak itu, aku akan bongkar semua bukti yang kumiliki." Ancam Perawat.
Jeong Jin kembali menjelaskan kalau kemungkinan menang sangat kecil
"Kalian bisa melindungi rumah sakit Hankuk yang sudah membunuh
orang. Selamatkan kakakku juga."
Kilas balik selesai..
Dokter sok tahu menghampiri Tae Suk untuk mengajaknya masuk, tapi Tae
Suk malah mengajaknya minum soju.
"Berhenti minum." jawab Dokter.
tapi mereka sekarang berada di bar. Dokter mengancam akan akan
menelpon istri Tae Suk kalau Tae Suk mengabaikan telponnya terus.
"Kenapa hari ini lambat sekali? Aku bosan sangking
lambatnya." Keluh Tae SUk.
Dokter terus memaksa Tae Suk untuk menjalani pengobatan tapi Tae Suk
masih enggan karena jika ketahuan maka ia tidak bisa bekerja di firma lagi.
Alzheimer adalah hukuman bagi pengacara.
"Ada yang berbentuk koyo. Kau bisa menggunakannya 1x sehari.
Mungkin kulitmu bisa iritasi, tapi fungsinya sama dan efeknya lebih
ringan."
Tae Suk tertawa mendengarnya, ia merasa lucu bisa konsultasi dengan
dokter di bar. tapi Dokter gak peduli, ia tetap melanjutkan penjelasannya.
"Berhenti merokok dan minum alkohol. Kurangi stress karena tidak
baik untuk kesehatan mentalmu. Olah raga lari juga bagus buatmu. Kalau ingin
merokok, kunyah permen karet saja. Saat mengunyah otakmu jadi lebih aktif.
Lalu, sebaiknya sering gerakkan jari-jarimu. Jadi tepuk tangan keras-keras dan tertawa
kencang. Mengerti? Apa lagi? Berusaha menghafal sesuatu."
Dokter lalu menanyakan bagaimana kalau seandaiya ia memberitahu istri
Tae Suk kaarena Tae Suk perlu bantuan keluarga.
"Jangan sekarang. Tunggu sebentar lagi." Jawab Tae Suk.
Dokter pun mengerti.,,"Baik-baik padaku, karena sekarang aku tahu
kelemahanmu, bocah!"
"Sebenarnya ... Kesalahan besar apa yang sudah kulakukan?"
Tanya Tae Suk.
Young Joo menatap pintu kamar puteranya, sedangkan Jeong Woo di dalam
duduk meringkuk di sudut kamar.
Tae Suk berjalan sendirian dalam keadaan mabuk, ia melafalkan UUD.
"Semua warga negara memiliki hak untuk hidup, kebebasan ... dan
mengejar kebahagiaan. Negara memiliki tugas untuk melindungi hak asasi manusia
dan menjamin pekerjaan. Pasal 15. Semua warga negara adalah sama di mata
hukum."
Lalu ia berhenti, ia terus bertanya-tanya, Apa kesalahan besar yang
sudah ia lakukan? Apa kesalahan besar yang ia lakukan dalam hidup?
"Kenapa begini padaku?! Apa Dong Woo tidak cukup?! Ini tidak
adil! Ini tidak adil! Ini tidak adil sekali! Aish!! Aaah aku bisa gila! Kenapa
aku tidak mabuk?" Teriaknya sambil menatap ke atas.
padahal ia jalannya sudah sempoyongan dan kembali melafalkan UUD
sepanjang jalan menarik perhatian semua orang yang melintas.
"Park Tae Seok masih hidup! Aku! Aku masih hidup! Park Tae Seok
masih hidup ..."
Kemudian ia melihat ibunya sendirian di rumah. Tae Suk tak bisa
menahan tangisnya..
1 komentar:
Chinggu ya,makasih udah posting remember ep ini ya..
Dari maren penasaran liat pak pengacara kita shock pas tau dia kena aljemer juga.. Huiiih,merinding.
Aku baca dulu part 1 part 2 nya..
Ega ya,hepi wik en, hwaiting!