Tae Suk tak bisa konsen saat rekaman. Ia teringat mendiang Dr. Kim
setelah mendengar bahwa dia juga menderita penyakit yang sama.
Saat MC menanyakan pendapat Tae Suk mengenai kasusu yang sedang mereka
Bahas saat ini, ia diam saja. Sehingga rekaman harus diulang.
CEO Lee memerintahkan Sun Hwa untuk menghubungi tae Suk segera gak
peduli kalau Tae Suk sedang rekaman atau yang lain pokonya segera telfon
sekarang.
“Minta pengacara Jeong untuk datang.” Tambahnya lalu masuk ke
ruangannya.
Sun Hwa bahkan sampai harus masuk ke toilet pria untuk mencari Jeong
Jin. Sun Hwa menyampaikan kalau Dr. Kim bunuh diri dan beritanya disiarkan pagi
ini.
Kelihatannya Jeong Jin juga baru mendengar kabar tersebut dari Sun
Hwa. Kemudian ia ke ruangannya CEO Lee. Saat itu CEO Lee sedang dalam telfon.
Setelah menutup telfonnya CEO Lee menanyai Jeong Jin, apa ia tahu
tentang hal yang dibicarakan Tae Suk dengan Dr. Kim?
“Pengacara Park menemuinya sendirian.” Jawab Jeong Jin.
Lalu pertanyaan selanjutnya adalah, apa Jeong Jin melihat Dr. Kim
bersikap aneh setelah bertemu Tae Suk. Jeong Jin berbohong kalau Dr. Kim biasa
saja setelah bertemu Tae Suk. Lalu ia diijinkan keluar.
Tae Suk sudah selesai rekaman dan ia akan keluar gedung, seorang staff
menyusulnya karena Tae Suk meninggalkan tasnya di studio. Staf menduga kalau
Tae Suk pasti lelah hari ini. Tae Suk menambahi kalau ia selalu lelah selama
365 hari dalam setahun.
Saat staff sudah pergi. Tae Suk membuka tas yang keliru dibawanya dan
ternyata isinya cuma sampah. Tubuhnya bergetar menyadari kemungkinan
penyakitnya memang benar.
Tae Suk pergi menemui Dokter Sok Tahu. Dokter menjelaskan panjang
lebar tapi tae Suk Cuma bengong jadi dokter mempersingkat bahwa otak tae Suk
sedang menyusut dan tidak akan mengembang lagi.
Tae Suk tersenyum. Dokter melanjutkan kalau masih ad acara untuk
mencegah perkembangannya karena masih tahap awal.
Tae Suk malah membicarakan mengenai Dr. Kim. Dokter menyarankan agar
Tae Suk menjalani rangkaian tes lain untuk mencari penyebabnya agar bisa
diobati secara tepat.
“Dari luar dia (Dr Kim) terlihat baik-baik saja. Tapi kondisinya
mungkin sangat buruk.” Jawabnya.
Dokter terus menjelaskan berbagai tes yang harus dijalani Tae Suk
sesegera mungkin. Tae Suk akan melakukannya nanti-nanti saja. Dokter bersikeras
kalau ini tidak bisa ditunda.
“Apa aku akan langsung mati?” Tanya Tae Suk.
Tae Suk ada urusan mendesak dan harus pergi.
“Yaa, Pengacara Park, kau ini beruntung. Ini tidak bisa dianggap
enteng. Kau mengetahui ini lebih awal berkat kecelakaan itu.”
Tae Suk tak sependapat. Dokter menjelaskan kalau kasus ini jarang
terjadi jika saja hal ini baru ketahuan 3 atau 4 tahun mendatang ...
“Lalu kenapa? Kau bilang otakku tidak akan kembali seperti semula
setelah menyusut! Tidak ada obatnya!”
Dokter kembali mengatakan kalau perkembangan penyakit Tae Suk bisa
diperlambat.
“Beruntung? Tidak bisa kuanggap enteng? Apa kau akan bilang begitu
kalau itu dirimu sendiri?”
“tae Suk ~ aa aku tahu perasaanmu”
“Kau tidak tahu!! Dasar Sok Tahu!” Tae Suk melanjutkan,,” Beruntung?
Tidak bisa kuanggap enteng? Bilang saja ini karma. Beruntung darimananya? Dasar
sinting.”
Tae Suk pergi dengan marah.
Saat di parkiran Dokter terus menghubungi tae Suk tapi, Tae Suk
mengacuhkannya.
Tae Suk menuju mobilnya, ia sudah menekan tombol buka kunci, tapi saat
ia membuak pintu mobil, pintunya takmau terbuka. Kemudian pemilik monil
tersebut datang, barulah tae Suk sadar kalau itu bukan mobilnya.
Tae Suk berhasil menemukan mobilnya, saat ini ia sedang di dalam
mobil. Pikirannya campur aduk, di tambah lagi ponsel yang terus bordering, dari
Dokter sok tahu, ia langsung me-reject-nya . Tapi ponselnya berbunyi lagi, Tae
Suk memutuskan untuk mengangkat ponselnya tanpa melihat nama si penelfon.
“Apalagi yang bisa kita lakukan selain memperlambatnya? Bagaimanapun
aku tetap akan jadi orang bodoh!” bentaknya,
Ternyata yang menelfon adalah Ibunya yang jadi kepikiran dengan
omongan tae Suk tadi. Tae Suk menjelaskan kalau ia hanya sedang bercanda dengan
temannya. Ibu tidak begitu saja percaya namun Tae Suk terus meyakinkan Ibunya
kalau ia baik-baik saja.
“Bekerja memang bagus, tapi jangan sampai sakit. Makan yang benar.
Hati-hati kalau menyetir. Berhenti minum alkohol.” Pesan Ibu.
“Aah, ibu pasti sudah tua ... kenapa jadi cerewet sekali?”
“Belakangan ini, ibu sering mimpi buruk.”
“Aah, kenapa orang yang pergi ke gereja memusingkan soal mimpi? Aku
baik-baik saja, jangan khawatir. Aah ibu, aku ada klien. Sudah dulu ya.”
Tapi Tae Suk tak kunjung menutupnya padahal Ibu sudah menunggu. Tae
Suk berusaha keras untuk Manahan airmatanya,,” Ibu.. Berhentilah ke persekutuan
doa pagi ... tidur saja lebih banyak. Aku tidak perlu doa ibu agar tetap sehat.”
Lalu ia benar-benar menutup telfonnya.
Saat tengah menyiapkan makanan untuk putrinya, Guru Jeong Woo menelfon
Young Joo. Mengabarkan kalau Jeong Woo tidak masuk sekolah hari ini.
Young Joo mencoba menghubungi Jeong Woo tapi tidak bisa. Kemudian bel
pintu rumahnya berbunyi. Ia pikir Jeong Woo yang datang.
Setelah ia membuka pintu ternyata bukan, seseorang yang tak dikenalnya
datang. Orang itu mengaku sebagai ayah Tae Suk.
Kemudian Young Joo mempersilahkan Ayah masuk dan menyuguhinya minuman,
ia minta maaf karena tidak mengenali Ayah. Ayah tak apa, wajar saja jika Young
Joo tak mengenalinya karena Young Joo hanya melihatnya sekali dulu saat
pernikahan itu pun sebelum ia diusir keluar.
Ayah memperhatikan rumah mewah Young Joo. Kemudian ia memberi uang
pada cucunya.
Young Joo berkata akan menelfon Tae Suk tapi Ayah melarangnya, Ayah
bertanya pada Young Joo dimana kantor Tae Suk karena sepupu Young Joo hanya
memberi alamat rumah ini.
Tae Suk sampai di kantor, ia menaruh tasnya di meja Sun Hwa lalu lurus
saja ke ruangan CEO Lee.
Sun Hwa masuk ke ruangan Tae Suk untuk meletakkan tas. di sana ia
melihat surat pengunduran diri Jeong Jin.
Di ruangan CEO Lee sudah ada pengacara Han Jung Won. Tae Suk bertanya,
apa isi wasiat Dr Kim. Bulum ada tahu tapi kemungkinan menyebutkan masalah
malpraktik dan mereka yang ingin membuat perjanjian.
CEO Lee mangatakan kalau media belum tahu hal ini jadi mereka aman
tapi ia menyuruh Tae Suk untuk bersiap jika terjadi kemungkinan terburu. Tae
Suk akan mengatasi semuanya karena ini adalah kasusnya.
Saat Tae Suk akan pergi, Jung Won menanyainya, pastinya Tae Suk
tahukalau informasi yang ia berikan tidak diperoleh dengan cara yang legal. Tae
Suk mengerti dan memastikan kalau nama Jung Won tak akan terlibat.
"Sebenarnya apa yang kau lakukan pada Dr Kim? Jujur saja, gaya pengacara Park sering
keterlaluan. Pendekatanmu kadang sangat ..." Ujar Jung Won
"Maksudmu, aku penyebab kematian Dr Kim?" Tanya Tae Suk.
Tepatnya bukan begit, tapi Jung Won menduga kalau Tae Suk berpengaruh.
Sejujurnya, ia Cuma tidak sejalan dengan gaya Tae Suk. Lalu Tae Suk bertanya,
apa gayanya selalu harus sejalan dengan Jung Won.
“Pengacara Park!”
“Pilih salah satu? Mau adil… atau tidak adil sama sekali?”
Lalu Tae Suk pergi. CEO Lee berkata kalau Jung Won sudah kelewatan
kali ini. Jung Won pamit dan CEO Lee mengajaknya keluar malam ini.
Tae Suk kembali ke ruangnnya. Ia melihat ada surat pengunduran diri di
mejanya.
Lalu Sun Hwa datang bersama detektif yang ingin bertemu dengan Tae
Suk.
Dan Tae Suk mulai ditanya-tanya, nama detektif itu adalah Kim Chang
Soo. Detektif Kim langsung ke intinya, ia kesana ingin bertanya mengenai
kematian Dr Kim, ia bertanya ada dimana Tae Suk sejak pukul 11-2 dini hari.
Tae Suk protes, katanya Dr Kim bunuh diri tapi kenapa detektif Kim
butuh alibinya. Detektif Kim menjawab kalau mereka butuh memastikan ini bunuh
diri asli atau direkayasa seolah bunuh diri. Tae Suk juga tahu hal itu tapi
yang ia tidak mengerti, kenapa ia jadi tersangkanya.
"Dalam surat wasiat Dr Kim ... terdapat kartu nama Anda."
Jawab Detektif Kim.
lalu scene beralih ke perawat yang sedang di ruang loker, ia menatap
fotonya dengan keluarganya.
Tae Suk tidak mengerti kenapa Dr Kim meletakkan kartu namanya di
wasiatnya. Detektif juga begitu, karena Biasanya dalam surat wasiat, mereka
menuliskan soal perasaan mereka. Jadi ini terasa beda.
"Maksudmu dia tidak menulis apa alasan dia bunuh diri?"
tapi detektif Kim tak bisa mengatakannya. lalu Tae Suk menjawab kalau
malam itu ia minum-minum dengan temannya lalu pulang kerumah
"Kalau begitu, berikan nama dan nomor teman anda." pinta
Detektif Kim.
lalu detektif minta Tae Suk untuk mengatakan apa yang ia bicarakan
dengan Dr Kim. Tae Suk menjawabkalau ia tidak bisa karena tidak ada bukti pembunuhan, dan merupakan
pelanggaran jika pengacara memberi kesaksian yang dapat merugikan klien.
"Jadi, klienmu adalah Dr Kim?" Tanya detektif Kim.
"Sepertinya aku sudah melakukan semua yang bisa kulakukan."
Detektif kembali memancing, Sebenarnya, ada yang memberi pernyataan
kalau Dr Kim sangat gusar setelah bertemu dengan Tae Suk.Ia harap ini adalah
bunuh diri, tapi dengan adanya kartu nama dan pernyataan saksi, ia jadi
beranggapan lain. jadi ia minta Tae Suk mengatakan apa yang ia bicarakan dengan
Dr Kim.
kemudian telfon Tae Suk bunyi dan ia mengangkatnya dulu. yang menelfon
adalah CEO Lee.
"Jangan bicara dan dengarkan aku. Tidak ada apa-apa dalam wasiat
Dr Kim. Hanya kertas putih. Masalahnya, kartu namamu ada didalamnya. Dr Kim
menderita Alzheimer dan istrinya baru saja mengetahuinya. Polisi saat ini
mengira dia mati karena depresi." Kata CEO Lee.
Tae Suk kembali berbicara dengan Detektif Kim, dan ia menegaskan kalau
Itu informasi pribadi. Jadi ia tidak bisa memberitahu. Jika keluarganya
ijinkan, ia akan beritahu.
"Apa anda tidak ingin tahu kenapa kartu nama anda ada dalam
wasiatnya? Bagaimanapun ini tidak masuk akal." Paksa Detektif Kim.
"Bisa saja terselip disana."
"Anda kira orang yang sudah mau mati melakukan itu?"
"Aku memiliki asumsi, tapi tidak bisa kuberitahu. Ini tugasku
sebagai pengacara."
Tae Suk di toilet, ia tidak percaya apa yang barusan ia katakan
tadi,,"Tugas pengacara ...???"
Jeong Jin tanya pada Sun Hwa, apa punya kontrak asli untuk Sapens.
tapi Sun Hwa hanya menjawab entah lalu jalan ke pantry.
Jeong Jin menyusulnya,
"Jawaban macam apa itu?" Tanya Jeong Jin.
Sun Hwa menjawab kalau ia tidak yakin Jeong Jun bisa dipercaya atau tidak. Jeong Jin tersenyum dong, kan ini kasusnya.
"Tapi kau barusan menulis surat pengunduran diri sebelum memulai kasusmu. Menurutku seseorang harusnya bertanggung jawab menyelesaikan pekerjaannya sebelum pergi."
"Menurutku ini tidak ada urusannya denganmu."
"Memang benar. Tapi kau tahu, saat ini suasananya tidak tepat. Rekan seniormu sedang dalam masalah."
Jeong Jin akan mengurus kausunya sendiri, Sun Hwa tidak punya hak untuk menasehatinya. lalu ia pergi dari pantry dengan kesal.
"Maaf kalau tersinggung." Gumam Sun Hwa.
Jeong Jin kembali ke menjanya dan ia melihat Tae Suk berjalan dengan
lesu. tapi ia tak peduli.
Hakim Kang Yoo Bin mengenalkan Lee Seung Ho pada Na Eun Sun. tapi
Seung Ho kaya gak fokus gitu mendengar nama Eun Sun.
Hakim Kang mengatakan kalau Seung Ho sedang dalam masa percobaan, ia
bertanya-tanya apa Seung Ho bisa dibawa.
"Kau serakah sekali. Sampai nanti malam." Jawab Eun Sun lalu
pergi.
Hakim Kang melihat kalau Seung Ho terpesona dengan Eun Sun. Seong Ho
mengelak, bukan itu maksudanya. tapi ia tetap menatap kepergian Eun Sun.
Eun Sun naik taxi, ia mau ke Institusi pelatihan Sam Wol dan meminta supir
taxi untuk Pelan-pelan saja jangan ngebut.
Eun SUn menatap gelangnya yang ternyata adalah gelang yang ia buat
untuk Dong Woo, dimana dibelakangnya ada nama Dong Woo.
waktu itu ia sangat bahagia ketika memberikan gelang itu pada Dong
Woo.
sambil menunggu lift terbuka, Jeong Jin mau bertanya pada Tae Suk, Apa
Tae Suk tahu kalau Dr Kim menderita Alzheimer. Tae Suk langsung menatapnya.
"Anda menggunakan itu untuk melawannya?" Tanya Jeong Jin
kembali.
"Ya." Jawab Tae Suk.
Lalu mereka masuk lift. karena jeong Jin sudah tahu yang sebenarnya,
ia yakin dengan keputusannya akan keluar saat tugasnya selesai.
"Jangan besar kepala. Rumah sakit Hankuk adalah kasusku. Kau
tidak ada hubungannya." Jawab Tae Suk.
Tapi bagaimanapun juga Jeong Jin merasa menyesal. Tae SUk menanggapi
kalau tidak ada yang berubah meskipun Jeong Jin mencobanya.
"Apakah anda ... tidak merasa menyesal sama sekali?"
"Aku tidak pernah menyesali perbuatanku."
"Kenapa sunbaenim menjadi pengacara?"
"Aku ingin menyokong ibuku."
Tae Suk menerima video perkelahiannya dengan DOkter sok tahu.
"Aigoo! Sekarang aku punya alibi." katanya senang.
Tae Suk tidak akan melarang Jeong Jin bersaksi kalau Jeong Jin memang
merasa sangat menyesal. tapi Jeong Jin teta ikut ke mobil Tae SUk.
Tae Suk salah arah, seharusnya belok kalau mau ke Grup Hankuk tapi
malah lurus saja. Tae Suk beralasan kalau ia ia melewatinya karena Jeong Jin.