Myeong Ju melanjutkan operasinya dibantu Min Ji dan satu suster lain.
Gi Beom menyumbangkan darahnya langsung. Myeong Ju menyuruh Min Ji untuk
menyediakan makanan bagi Gi Beom, jika pasiennya selamat.
"Apa dia bisa selamat?" tanya Gi Beom
"Bukannya kau sedang mencoba menyelamatkannya?" balas Myeong
Ju.
"Aku yang menyelamatkannya? Prajurit Kim Gi Bum. Apa maksudmu,
akulah yang bisa menyelamatkan dia? Apa aku bisa memberitahu ini pada Sersan
Seo?"
"Tolong antri. Karena akulah yang akan duluan menemuinya."
Gi Beom pun diam.
Ye Hwa mengambil darah para wartawan. Wartawan yang satu protes,
mereka datang ke Urk bukan untuk menyumbang darah. Ye hwa menjawab mereka yang
terluka juga tidak datang ke Urk dengan tujuan agar terluka.
"Tapi, kau akan menepati janjimu, kan? " tanya si wartawan.
"Tentu saja! Sebagai janji darah, A) Kepala Rumah Sakit Haesung.
B) Kepala Pusat Listrik Mohuru. C) Kepala Unit Taebaek. Kau ingin mewawancarai
siapa?"
"D) Daniel Spencer" jawab semua wartawan bebarengan.
Ye Hwa menegaskan kalau Daniel tak ada dalam daftar pilihan. Tapi bagi
wartawan akan bagus jika mereka bisa mewawancarai orang yang berpengalaman
dengan tempat bencana. Ye Hwa tahu, mereka pikir Daniel sangat terkenal dan
cerdas, tapi semuanya tentang
penampilan. dan Karena itulah para wartawan menginginkan Daniel, Tak hanya bisa
bicara, tapi dia juga tampan.
"Dasar reporter majalah menyebalkan!" dalam bahasa korea.
Dae Young masuk ke dalam bangunan, dia memimpin di depan, dia terus
memperingatkan anak buahnya kalau kondisi bangunan tidak stabil jadi harus
extra hati-hati. Dan tiba-tiba Dae Young menginjak lantai yang rapuh, ia
terperosok jatuh ke lantai bawah.
Gi Beom mendengar dari walkie-talkie kalau Dae Young menghilang, ia
ingin ikut mencari dan meminta Myeong Ju untuk melepaskan perbannya.
"Prajurit Kim, duduklah!" Perintah Myeong Ju.
"Tapi.."
"Aku bilang, duduk! Apa kau mau membunuh pasien ini?"
Lalu Myeong Ju melanjutkan jahitannya. Dae Young melapor kalau ia
baik-baik saja, lukanya tak parah karena ia jatuh dari jarak rendah, semuanya
terdengar dari walkie-talkie Gi Beom.
Gi Beom memberitahu Myeong Ju kalau Dae Young baik-baik saja tapi
Myeong Ju malah menyuruhnya diam karena itu mengganggunya.
Mo Yeon mencoba membersihkan tangannya dari darah tanpa air. Shi Jin
mendekat, mengatakan kalau mereka sudah menyiapkan semuanya dan bertanya apa Mo
Yeon sudah memutuskan?
Mo Yeon masih menunduk, ia menjelaskan kalau otot kaki manager Go
mulai mengalamai nekrosis, saat beton diangkat, mungkin manager Go akan
mengalami sindrom traumatis. Dan pekerja local satunya, besi memang mencegah
pendarahannya, tapi jika besi dihilangkan akan terjadi pendarahan yang sangat
parah.
Mo Yeon mengangkat kepalanya menghadap Shi Jin, dalam situasi seperti
ini, ia ingin tahu siapa yang ingin Shi Jin selamatkan. Shi Jin kembali memberi
kuasa itu pada Mo Yeon karena Mo Yeon yang sudah mendiagnosis jadi Mo Yeon bisa
memutuskan dengan tepat.
"Tapi, kau lebih berpengalaman daripada aku. Mungkin, kau bisa
membuat keputusan yang terbaik." Jelas Mo Yeon.
"Terbaik? Apa tindakan seperti ini yang kau bilang terbaik? Dalam
gerakan penyelamatan, tak ada yang dikatakan dengan terbaik. Kita hanya perlu
menyelesaikan masalah yang ada di depan kita."
Mo Yeon juga tahu itu, tapi... Sepanjang hari ini, ia menyelamtkan
pasien tanpan protokol jelas. ia tak tahu, apakah tindakannya ini benar atau...
"Tindakanmu sudah benar. Dalam situasi seperti ini, kau hanya
perlu melakukan apa yang kau bisa, ataukah hanya diam saja dan membiarkan
mereka mati. Pilih salah satu. Tak ada waktu untuk merengek. Kami tak memintamu
untuk membuat sebuah keajaiban. Kami tak mengharapkan dokter sempurna yang bisa
menemukan anti virus, tapi, kami hanya mengharapkan diagnosis dari seorang
dokter. Jadi, tolong beritahu aku hasil diagnosismu sebagai seorang
dokter."
"Urutan penyelamatannya..."
setelah itu kita melihat kalau pasien dengan besi tertancap dilarikan
ke ruang operasi medicube.
Mo Yeon memberikan aba-aba, Dadanya tertancap besi, tapi ia tak yakin
apakah tulang belakangnya juga terluka. Tapi, respon tubuhnya masih bagus.
Sediakan antibiotik dan lakukan X-ray.
"Aku sudah tahu. Kau sudah memberitahuku tadi." balas Dr.
Sang Hyun.
Dr. Sang Hyun akan mengoperasinya dan ia menyuruh Mo Yeon minum
sedikit. Mo Yeon tidak mau, ia yang akan mengoperasinya. lalu bertanya,
Portable x-ray sudah siap, 'kan?
"Film-nya sudah habis. Sterilisasi juga sudah rusak. Kita
kekurangan banyak sekarang." jawab Dr. Sang Hyun.
"Kita harus tetap melakukannya dengan alat seadanya. Sunbae, kau
harus menemaniku, aku tak bisa melakukannya sendiri."
Lalu mereka membawa pasien masuk ke ruang operasi.
Anestesi sudah selesai. Mo Yeon mengatakan kalau pasien tidak akan
meninggal karena mereka akan mengoperasinya dengan cepat dan akurat. Lalu dimulailah
proses operasi.
Foto korban yang meninggal diambil satu persatu sebelum dimasukkan ke
kantong jenazah. Termasuk foto manager Go.
Shi Jin membuka dompet manager Go, disana ada foto keluarganya. Shi
Jin meletakkan dompet tersebut di dada manager Go dan menahannya dengan tangan manager Go. Lalu kantong
jenazah akan ditutup oleh tentara yang lain. Shi Jin memberi hormat pada
manager Go.
Ye Hwa mengambil jam dinding yang terjatuh akibat gempa, jamnya mati. Daniel
merebutnya lalu memperbaikinya, tak lama kemudian jamnya sudah bisa jalan lagi.
Pasien Myeong Ju pun berhasil melewati operasi dan tanda vitalnya
bagus. Myung Ju menyampaikan kalau Gi Beum sudah bekerja dengan baik. Lalu Gi
Beum menghormat padanya dan dibalasnya.
Ketua Park membawa pasukan baru ke lokasi bencana, ia mengatakan kalau
Shi Jin dan tim-nya sudah bekerja keras, sekarang saatnya mereka untuk
istirahat dan pekerjaan mereka akan digantikan oleh tentara yang baru datang.
Dan mereka pun kembali ke markas Mowuru naik truk.
Ayah Shi Jin menemui Ayah Myeong Ju. Ayah Myeong Ju menjelaskan kalau
mereka (tim di Urk) sedang dalam tugas penyelamatan dan tim medis tak ada yang
terluka termasuk Myeong Ju.
Ayah Myeong Ju tahu kalau ayah Shi Jin pasti mengkhawatirkan puteranya
makanya ia meminta ayah Shi Jin untuk datang. Tapi ayah Shi Jin tak khawatir
karena mamang itulah tugas tentara.
"Aku malu mengatakan ini, tapi... aku bisa sedikit tenang karena
Kapten Yoo bisa menjaga putriku. Aku sangat mengandalkan Kapten Yoo. Si Jin
mampu mendapatkan 4 bintang, aku sangat mengharapkan hal itu."
"Aku tak yakin, apakah dia bisa."
"Dia adalah prajurit yang sangat mengagumkan. Banyak tentara yang
mengidolakan dia, baik itu bawahan maupun atasannya."
"Si Jin sepertinya sangat beruntung."
Pindah ke RS Haesung di Seuol.
Ketua Han menyampaikan pada yang lain kalau tim medis di Urk tak ada yang
terluka dan sekarang mereka sedang melakukan penyelamatan, jadi tak perlu ada
yang dikhawatirkan.
Hee Eun langsung terduduk, ia lega dan bersyukur. Ibu mertuanya
khawatir, tapi ia memastikan kalau ia baik-baik saja.
Ji Soo bertanya kapan tim medis akan kembali ke korea. Ketua Han
menjawab kalau Pesawat akan dikirim setelah kondisi bandara kembali normal.
"Kapan? Apa kau bisa menelepon Chi Hoon? Aku harus mendengar
suaranya agar aku bisa kembali tenang." perintah Ibu Chi Hoon.
Ketua Han menjelaskan kalau Panggilan pribadi masih belum bisa
dilakukan. Panggilan hanya bisa dilakukan melalui telepon satelit. dan
Sekarang, teleponnya..
"Yaa! Aku memiliki saham besar dalam satelit itu. Sambungkan aku,
cepat!"
Ji Soo berjalan dengan Hee Eun. Mereka membahas soal ibu mertua Hee
Eun yang memanggil Ketua Han dengan “Yaa!”. Hee Eun menjawab, Karena tanah
rumah sakit memang milik keluarga Chi Hoon.
Ji Soo langsung menghentikan kursi rodanya, ia memegang tangan Hee
Eun,,” Nyonya, aku tak pernah membuatmu marah, 'kan?”
Hee Eun hanya diam dengan muka penuh tanya, ia tak tahu apa maksudnya.
Chi Hoon merenung sendirian,,
"Aku yakin dia akan meninggal." Gumamnya.
Lalu ia memeluk kedua lututnya, menangis..
Dr. Sang Hyun menghampiri Chi Hoon, ia akan merokok. Chi Hoon bertanya
apa pasiennya masih bertahan. Dr. Sang Hyun mengiyakan untuk saat ini. Dr. Sang
Hyun menerogoh sakunya mencari sesuatu tapi tak ketemu lalu ia menatap Chi
Hoon.
“Aku tak punya korek.” Jawab Chi Hoon.
“Aku hanya mau bertanya, apa kau baik-baik saja?”
Dr. Sang Hyun melihat Chi Hoon yang masih memegang pita hitam.
“Aigoo.. Pertanyaan macam apa itu, ya?” tanya Dr. Sang Hyun.
Chi Hoon minta sebatang rokok. Tapi Dr. Sang Hyun melarangnya merokok
karena dokter tak boleh merokok. Lalu Dr, Sang Hyun menyenggol lengan Chi Hoon.
Chi Hoon membalasnya dengan senyum.
Mr. Jin datang ke medicube, ia minta bertemu dokter. Min Ji sudah
mencoba menghalanginya tapi Mr. Jin tetap memaksa masuk, padahal Medicube
sedang sibuk bangets. Akhirnya Mr. Jin melihat Ja Ae, ia tahu pasti Ja Ae mengenalnya.
Mr. Jin mengatakan kalau ia berdiri sepanjang hari jadi guadarahnya
menurun, lalu ia berbaring minta disuntik glukosa atau vitamin, ia juga minta
dibawakan bawang putih.
Min Ji menjelaskan pada Ja Ae kalau ia sudah melarang Mr. Jin tapi gak
mempan. Ja Ae mengerti dan menyuruh Min Ji untuk kembali bekerja. Ja Ae
berhubungan dengan walkie-talkienya.
"Ini, aku dari bangsal. Ada pasien yang sedang sekarang
membutuhkan vitamin. Jika ada dokter yang sedang tidak ada kerjaan sekarang,
tolong ke sini dan obati pasien ini, over."
"Benarkah? Bagaimana kondisi pasien itu?" Jawab Dr. Sang
Hyun dari seberang.
"Sepertinya, dia membutuhkan pengobatan pada mata. Mungkin dia
mau buta, karena dia tak bisa melihat keadaan gawat pasien lainnya, dan dia
terus merengek sedang sekarat. Mulutnya sangat sehat.
"Dia hanya pasien RSJ. Over."
Mr. Jin bangun, ia berdiri lalu merebut walkie-talkie Ja Ae lalu
melemparnya ke ranjang yang ia gunakan untuk berbaring tadi. ia bertanya dengan
Bahasa informal, siapa nama Ja Ae.
“Ha Ja Ae. Dan kau, siapa namamu tadi?” balas Ja Ae juga dengan Bahasa
informal.
Mr. Jin tak terima Ja Ae bicara informal padanya. Ja Ae menjawab kalau
ia pikir Mr. Jin mau berteman karena Mr. Jin duluan yang bicara informal
padanya. Lalu Ja Ae menanyakan berapa umur Mr. Jin, karena mereka sudah tahu
nama masing-masing.
"Yang benar saja. Kau! Tunggu dan lihat saja.”
"Ya, ya, ya. Aku akan menunggunya." jawab Ja Ae kembali
menggunakan Bahasa formal.
lalu ia pergi mengajak Min Ji untuk bekerja karena alat
strerelisasinya rusak.
Dae Young dan Shi Jin keluar dari gudang penyumpan makanan dan
ternyata makanan mereka tinggal sedikit, mereka bingung bagaimana memberi makan
semuanya sekarang.
Kemudian si sexy dari restaurant datang membawa makanan untuk 100
orang.
“Sempurna. Kau memang yang terbaik.” Puji Dae Young.
Shi Jin membangatakan akan membeli menuman si sexy untuk 100 orang
sebagai balasannya dan tentu saja Dae Young yang mentraktir karena gajinya
dipotong. Dae Young hanya bisa memelototinya.
Para tentara pun menikmati makanan pemberian si sexy.
"Kalian sudah berusaha keras dan tak tidur selama 2 hari. Kami
sudah menghubungi orang tua kalian, jadi jangan khawatir. Saat, jaringan
kembali normal, kita akan melakukan video-call, jadi bersabarlah sedikit."
"Ya, kami mengerti." jawab semuanya.
Shi Jin manmbahi kalau mereka akan tetap melakukan gerakan
penyelamatan besok. Dan gerakan itu akan sangat sulit, jadi, setelah selesai
makan, langsung bisa pergi tidur. tak perlu memikirkan apapun saat ini, dan
tidurlah saja. hanya perlu mengikuti
perintah. Karena ia akan selalu siap memberikan
perintah kapanpun.
mereka semua mengerti.
Dae Young mencuci mukanya, ia memijit tangannya yang sakit akibat
jatuh tadi. Myeong Ju muncul tiba-tiba mengambil handuk di leher Dae Young
untuk membantunya mengelap muka.
"Kau datang ke sini. Apakah karena atas keinginan sendiri ataukah
perintah ayahku?" tanya Myeong Ju.
"Tanggung jawabku adalah bekerja di tempat yang paling berbahaya.
Myeong Ju tak tahu kenapa Dae Young bisa memutuskan untuk datang.
Tapi, yang perlu Dae Young tahu, ia tak suka sikap Dae Young ini.
"Telepon dia (Ayah Myeong Ju). Dia pasti sangat khawatir."
pinta Dae Young.
"Bagaimana denganmu? Bagaimana jika kau terluka?"
"Maaf... karena aku selalu menghindarimu."
"Lalu, kenapa kau tak menggenggam tanganku?"
tapi bukan genggaman yang ia dapat, melainkan pelukan hangat dari Dae
Young.
Ja Ae sedang merebus peralatan operasi karena alat sterilnya rusak.
Dr. Sang Hyun datang untuk menggantikannya. Ia bertanya, apa Ja Ae gak
ketakutan?
"Sudah kubilang, 'kan? Kita harusnya lari saat hari pertama
sampai di sini. Aku bisa menggunakan anak dan juga istriku sebagai
alasan." lanjut Dr. Sang Hyun.
"Kau bisa saja kabur. Kenapa aku bertahan di sini?"
"Bagaimana denganmu?"
Lalu Dr. Sang Hyun minta Ja Ae mengulagi angka 1030. itu adalah password
notebooknya. Jika ia mati di sini, ia ingin Ja Ae membuka drive C di
notebook-nya Dan cari dokumen rumah sakit, dan cari lagi folder zip. kemudian
hapus folder itu. ia minta meminta bantuan Ja Ae sebagai teman.
Ja Ae tanya, folder apa itu.. tapi kemudian ia ingat dan menyuruh Dr.
Sang Hyun untuk segera menghapusnya. Dr. Sang Hyun tak bisa sebelum ia mati.
Mereka selesai. Dr. Sang Hyun mematikan apinya dan berjalan masuk. Ja
Ae memukulinya sambil jalan menyuruhnya untuk segera menghapus folder tersebut.
"Kau ini! Dasar jorok! Jorok!" kata Ja Ae.
Mo Yeon melakukan cek pada pasien. Pertama pasien besi yang baru saja
dioperasi. Dr Sang Hyun menjelaskan kalau pasiennya belum sadar, mungkin mereka
bisa mengetahui hasilnya besok.
Kedua, pasien yang hampir meninggal di depan pembangkit listrik. Dokter
yang merawatnya mengatakan kalau pasien itu sudah sadar. Mo Yeon mengeceknya
kemudian mengganti pita merah menjadi hijau karena keadaan si pasien sudah
semakin membaik.
Ketiga, pasiennya Chi Hoon, seorang ibu hamil. Chi Hoon menjelaskan
kalau ibu itu mengalami fraktur tibialis dank arena dia sedang hamil maka Chi
Hoon mengobatinya tanpa anestesi, tapi walaupun sakit si ibu bisa menahannya.
Mo Yeon memeriksa kondisi bayi dan berkata kalau bayinya sangat kuat. Tapi
perhatian Mo Yeon tertuju pada ponsel Chi Hoon yang diletakkan disebelah ubu tadi.
"Itu adalah musik klasik kesukaanku. Aku khawatir jika bayinya
takut." jelasChi Hoon.
"Kau sudah menjadi dokter dan juga ayah sesungguhnya
sekarang."
Semua juga kagum dengan Chi Hoon.
Mo Yeon melihat pasien yang meminjamkan sepatu padanya. Mo Yeon
mendekatinya dan mengembalikan sepatu itu.
"Aku sudah memakainya. Terima kasih."
pasien membalasnya dengan senyum.
Mo Yeon menyalakan lilin sebagai penghormatan untuk korban yang
meninggal. Total korban yang meninggal adalah
18 orang dan yang terluka 41 orang.
Lalu Mo Yeon menujuke arah pembangkit listrik yang runtuh. Shi Jin
muncul dibelakangnya.
Mo Yeon membayangkan semua pasiennya sebelum kejadian, pasien yang
tertusuk besi serta yang meminjaminya sepatu bertugas untuk mengangkat semen.
Kemudian si Ibu hamil datang untuk mengirim makanan pada suaminya.
Dan yang terakhir dilihatnya adalah manager Go yang sedang menghukum
priamuda yang kerjaannya Cuma tidur.
“Dokter. Kau sudah bekerja keras.” Ucap manager Go lalu menyunggingkan
senyum untuk Mo Yeon.
Mo Yeon menangis tersedu. Shi jin menatapnya dari belakang.
Kemudian seorang tentara menghampiri Shi Jin. ia bertanya apa yang Shi
Jin butuhkan. Shi Jin menjawab kalau ia hanya lihat-lihat saja.
Tentara itu melihat bahu Shi Jin berdarah. Shi Jin meminta bantuannya
untuk memeriksa bahunya.
"Anda bisa menahan sakitnya? Sepertinya harus dijahit." ujar
si tentara.
"Pantas saja, bahuku sangat sakit."
Tentara akan memanggilkan tim medis tapi Shi Jin melarangnya karena ia
akan pergi sendiri.
Kemudian Mo Yeon datang, ia minta Shi Jin mengikutinya.
Mo Yeon mulai menjahit luka Shi Jin. ia bertanya, bagaimana Shi Jin
bisa terluka. Shi Jin menjawab ia terluka saat penyelamatan reruntuhan tadi. Mo
Yeon tersenyum.
“Aku baik-baik saja.” Ujar Mo Yeon.
“Kau mendengarnya? Aku bertanya sangat pelan tadi.”
“Ya. "Pelan" yang "keras".”
Padahal Shi Jin tadi gak nanya apa-apa.
Shi Jin senang Mo Yeon bisa ada di sana. Ia berterimakasih pada Mo
Yeon yang mau berjuang di sana bersamanya.
"Aku juga, terima kasih, Kapten." balas Mo Yeon.
Shi Jin tak berniat jahat pada Mo Yeon tadi. Mo Yeon tahu hal itu. Shi
Jin penasaran, kok Mo Yeon tahu
"Menurutmu sudah berapa tahun aku menjadi dokter? Seseorang yang
melihat lebih banyak kematian dari seorang tentara adalah seorang dokter yang
memegang pisau." jelas Mo Yeon
Jika kata-katanya tadi tidak berguna, Shi Jin menyuruh Mo Yeon untuk
melupakannya saja. Tapi... ia sungguh tak ingin Mo Yeon terluka. Itulah yang ia
rasakan.
"Kalau begitu, tak perlu menyemangatiku lagi, dan kau bisa
melakukan keahlianmu saja, Kapten."
"Keahilianku? Apa maksudmu?"
"Melawak. Karena sepertinya, aku membutuhkan lawakanmu sekarang
ini."
Shi Jin berkata kalau Mo Yeon sangat cantik sekarang. Mo Yeon membalas
kalau Shi Jin tak sedang melihatnya sekarang. Shi Jin sudah melihat Mo Yeon
tadi, Mo Yeon selalu saja cantik.
"Matamu itu bagus sekali." balas Mo Yeon.
"Aku hanya bercanda."
Mo Yeon tersenyum. ia sudah selesai menjahit luka Shi Jin.
"Aku sangat merindukanmu."
Mo Yeon membeku,
Shi Jin melanjutkan,, "Apapun yang aku lakukan, aku selalu saja
memikirkanmu. Aku memaksa diriku, aku berusaha keras. Aku minum dan mencoba
semuanyanya. Tapi, percuma karena aku masih merindukanmu. Apa kau tak menyangka
aku akan mengatakan ini? Kalau begitu, dengarkan aku. Karena aku sedang tidak
bercanda sekarang."
29 komentar
Keren bgt sinopsisnya bisa sebagus ini
Berasa nonton langsung
Lanjut terus ya chingu...
omo omo makin seru eonnii,
gomawo sinopsisnya.
fighting episode next eonn ^^
Endingnya bikin gak sabar liat episode malam ini + rekapannya. Gomawo, Eonni.
Thk buat recapnya.. keren bangetππ blm nonton dramanya.. baru baca sinopnya aku sdh πππ karena cerita yg mengharukan.. gomawo n keep fighting buat nulis recapnyaπππsaranghae.
Baper tingkat dewa......
Episode 8 π±π±π±π±π±π±
Terimakasih buat recap nya,semangat ngerecapnya ya unnie
makin cinta m pasangan ini.....makasih unnie ats sinopsisnya
Chinggu ya...
Dari awal DOTS diriku blm pernah nangis baca sinop mu kecuali yg eps 7 ini. Tersayat sayat gimanaaaa gitu rasanya hati ini,T_T
Tapi bukan Kim Eun Sook jagganim namanya kalo ga ngasi angin semilir ditengah cucuran air mata. Yaitu pas Ji soo pura2 "menjilat" istri chi soo,hehe, bumil nya malah ga ngeh, trus pas jae ae berantem sm mr.jin. Dialognya itu loh,dia bilang mr.jin kayanya buta,tapi mulutnya sehat. Aish,nohok banget!
Gumapta chinggu ya.
Ega ya,hwiting!!!
Selalu setia menunggu tiap recap episode,tetap semangat buat ngerecap *Semangaaaaaaattttt
Hya ampuuunnn ikutan nangis pas bagian manager go πππ
Semangat recap buat next episodenyaaaa πππ
Dari sekian banyak sinopsis aq paling suka sinopsis yg disini.. oke bgt bahasanya lugas.. banyak percakapannya. Berasa nonton sendirii.. trmksh admiin!!
Sumpah ending episode ini keren banget,udah gitu bahasanya lugas banget dan semua adegan percakapan di tulis,berasa nonton drama ini secara langsung deh
Mksh eonie dah ngeluangin waktu di tengah kesibukannya.. fighting eonie,semoga sehat trs Ya.. nuhun
Hua hua hua....nangis q baca sinopsnya brasa liat langsung....makasi ya mbk dee
Yg semangat nulis sinopsnya....ditunggu yg ep 8 jgn lama2 ya....
fighting kk , bca sinopsis d episode 7 ni mkin mnjd sedihny .. ikut trbwa suasana :-)
Aaaaaaaaaa... Makin nanjak aja ni alurnya. Jadi makin degdegan. Semangaaat mbaa diana!!
Endingnya bikin bapeeerπ fighting! Ditunggu episode selanjutnya
Termewek2 baca sinopsis ini... Semangat mba diana ega... selama ini saya hanya silent reader,terima kasih banyak atas kerja keras mba selama ini,sinopsis mba adalah yg benar2 yg terbaik dan detail
Terima kasih atas sinopsisnya . jadi penasaran nih setiap episodenya. Semangat
Eonni...gomawoo :*
Ditunggu next sinopsisnya...palii paliii...
Baper tingkat dewa......
baper gilaaa ;) sedih bgt episode ini
thx mba de :) keep figth
baper gilaaa ;) sedih bgt episode ini
thx mba de :) keep figth
Daebakk.. love2 song2 couple ^^
Fighting mbakk
Tq u/ sinopsisnya..
duuuhhhh kereeennnn ceritanya...komplit, semua perasaan campur aduk. Makasih mbak tetep semangat ngerecapnya. Cuma satu kata bwt dramanya ...DAEBAK!!!!
Buat temen2 yang belum tau, sinopsis apik,keren,daebak yg kita baca ini adalah hasil karya Diana Ega. Tolong alamatkan terima kasih kita ke Diana Ega, dan tentu saja ke empunya blog lain yg udah men-share link kdrama-recap. Maaf kalo ada kata yg tak berkenan chinggudeul
Omegot...klepek2 dah ma oppa shi jinππ
Oppaa shi jiinnnn πππππππ