Shi Jin bersyukur karena Mo Yeon tak terluka dan ia minta maaf karena balik tanpa pamit kemarin serta sekarang ia tidak bisa menemani Mo Yeon jadi ia ingin Mo Yeon bisa berhati-hati.
Bibir Mo Yeon sedari tadi bergetar menahan tangis mendengar kata-kata Shi Jin. sampai Shi Jin menyelesaikan kata-katanya, ia bisa menahannya dan bisa membalas perkataan Shi Jin, ia juga ingin Shi Jin untuk berhati-hati.
Lega mendengarsuara Mo Yeon, Shi Jin pergi mendahuluinya, kemudian Mo Yeon berjalan ke arah berlawanan.
-= Episode 7 =-
Sersan Choi dan Shi Jin mengintip ke dalam reruntuhan tower, mereka memasang alat penangkap suara ke dalam reruntuhan dan ada tentara satu lagi yang bertugas mendengarkannya. Sersan Choi mulai berseru
“Apa ada orang di dalam? Jika ada, ketuklah tiga kali!”
Tapi tak tanggapan. Sersan Choi merasa mungkin dirinya keliru. Shi Jin tidak setuju karena jika kebanyakan pekerja shift sore bekerja di bagian tower menggunakan tangga untuk jalan keluar, maka disana pasti titik ‘search point’.
Dae Young datang melapor kalau mereka sudah memutus gas. Shi Jin bertanya bagaimana keadaan disana.
Mr. Jin menyela, ia mengatakan pada Shi Jin kalau bangunan disana (kantornya) 100 kali lebih baik keadaanya ketimbang tower yang runtuh, bangunan disana masih agak utuh dan puing reruntuhan yang menutupi Cuma setengah dari tower. Jadi Mr. Jim meminta mereka untuk mulai pencarian di kantornya.
“Tidak bisa karena kemungkinan ada runtuhan susulan disebabkan kondisi bangunan yang tidak stabil.” Tegas Dae Young.
Mr. Jin gak percaya dan tetap memaksa toh mungkin cuma beberapa reruntuhan gak akan banyak,,” Jika itu sangat menakutimu, bagaimana bisa kau menyelamatkan korban? Menjengkelkan!”
“Setelah gempa bumi, gedung yang masih berdiri itu lebih berbahaya. meskipun kelihatannya baik-baik saja dari luar tapi dalamnya tidak stabil karena goncangan kuat dari gemapa.” Jelas Dae Young kesal,
Lalu ia mengambil potongan besi dan memukulkannya pada tower yang roboh, hanya dipukul sedikit saja batu-batu kecil pada berjatuhan. Mr. Jin menjauh ketakutan, bahkan sampai berpegangan pada lengan tentara lain.
Dae Young melanjutkan kalau dengan peralatan yang akan mereka gunakan dapat menyebabkan keadaan lebih berbahaya.
Sersan Im yang bertugas mendengarkan alat mengatakan kalau di dalam ada signal dari korban, walaupun tidak jelas tapi ia yakin. Kemudian Shi Jin memerintahkannya untuk memasukkan kamera endoscopi.
Suara itu berasal dari anak buah manager Go yang memukulkan batu ke balok besi dan semakin lama semakin lemah karena tenaganya habis, anak buah ini menggantikan manager Go memberi sinyal karena tangan manager Go sudah lecet-lecet karena terus memukulkan batu ke balok besi. Manager Go berujar kalau sebagai anak muda kekuatan anak buahnya itu sangat lemah.
Si anak buah sudah kesakitan dan ingin cepat-cepat diselamatkan, seharusnya keselamatan adalah yang utama. Manager Go membenarkan, keselamatan adalah yang utama. Padahal ia pikir mereka sudah membangun bangunan kokoh, siapa yang menyangka kalau gempa akan terjadi? Tapi bagaimanapun juga ia menyuruh anak buahnya itu untuk menunggu sebenatr lagi karena pasti penyelamat sedang mencari mereka.
Akhirnya kesabaran mereka membuahkan hasil, mereka mendengar suara orang. Manager Go bertanya siapa mereka. Mereka adalah pekerja lapangan yang lain yang terperangkap di atas managar Go, mereka menginformasikan kalau penyelamat agar segera datang dan meminta managar Go untuk sabar menunggu.
Kamera sersan Im menangkap gambar para pekerja yang terperangkap. Mereka semua berteriak minta diselamatkan.
Di luar, Shi Jin dan yang lain berdiskusi untuk menghancurkan beton bangunan agar para pekerja bisa keluar. Mr. Jin kembali menyela, itu usulan yang tidak masuk akal karena bangaunan ini betonnya sangat kuat. Dae Young membenarkan, butuh waktu lebih dari 2 hari untuk menghancurkannya, jadi ia menyarankan untuk menggunakan cara lain.
“Apa yang kalian khawatirkan? Ada cara yang mudah. gunakan alat berat.” Kata Mr. Jin.
“Berapa kali sudah aku bilang bahwa tanah disini tidak kuat jadi akan membahayakan korban?!” benatak Dae Young.
Mr. Jin mengangkat tangan, lalu ia menunjuk gedung kantornya,,”kalian bilang tidak ada signal korban disana. jadi akan baik-baik saja kan jika menggunakan alat berat. Ayolah mulai dari sana, kita lakukan apapun yang kita bisa dengan cepat. Sudah ku bilang kalau ada dokumen penting disanan.”
“Apa kau menyuruh kami menyelamatkan kertas dan menunda menyelamatkan orang!” balas Shi Jin dengan nada tinggi.
Mr. Jin malah menggunakan jabatannya sebagai kepala manager jadi Shi Jin harus menuruti perintahnya. Shi Jin menjawab kalau kapten tim penyelamat mengambil alih area bencana dan itu adalah dirinya, lalu ia memerintahkan yang lain untuk menjauhkan Mr. Jin dari area bencana.
Tinggal lah Shi Jin dan Dae Young diskusi berdua, Shi Jin menyarankan untuk menggunaka airbags untuk mengangkat reruntuhan beton. Tapi jika hanya satu tidak akan mampu. Shi Jin berencana untuk menggunakan 4 airbags secara langsung. Tapi mereka hanya punya satu pompa udara tak akan mampu untuk 4 langsung. Jadi alternative lain mereka menggunakan air untuk mengisi aibagsnya.
Dan mereka bekerja dengan rencana itu. tapi mereka tak tahu sampai kapan airbags akan mampu menahan beton jadi mereka harus bergegas.
Di tenda Mo Yeon menangani pasien yang parah, ia memasang pita merah dan menyuruh Ja Ae untuk membawa pasien itu ke medicube, namun masalahnya mereka tak punya mobil karena semua mobil terpakai, telepon juga belum bisa digunakan.
Kemudian Gi Beom datang membawawalkie-talkie pemberian Daniel dan Daniel juga membawa pasien ke medicube dan Gi Beom menginformasikan kalau Mo Yeon harus menggunakan channel no 3.
Daniel menghubungi Mo Yeon. Mo Yeon berterimakasih atas walkie-talkienya. Daniel yang sekarang ada di medicube tidak bisa menggunakan ruang operasi karena dihalangi dokter lain, ia minta Mo Yeon untuk memberinya ijin untuk menggunakan ruang operasi. Mo Yeon pun membentak dokter itu untuk mengijinkan Daniel menggunakan ruang operasi. Daniel mengirim Ye Hwa ke lokasi bencana untuk membantu.
Shi Jin mendengarkan percakapan mereka dari headsetnya dan ia tersenyum senang.
Pengisian airbags sudah hampir selesai. Mr. Jin kesana lagi, masih mengomentari rencana tak masuk akan para tentara karena tak ada yang tahu sampai kapan airbags akan bertahan, dan siapa juga yang mau merangkak ke dalam bangunan yang didangga airbags.
“Kami.” Jawab Shi Jin mantap.
Setelah pemasangan airbags selesai, Shi Jin dan Dae Young masuk ke dalam bangunan untuk mencari korban. Akhirnya satu per satu korban berhasil keluar dengan selamat.
Mo Yeon memeriksa salah satu korban yang tampak lemas. Korban itu berkata kalau ia baik-baik saja tapi ada satu korban lagi yang masih ada di dalam, ia mendengar kalau manager Go masih ada di dalam.
Shi Jin keluar untuk mengambil tali dan masuk lagi ke dalam. Mo Yeon melihatnya dengan khawatir.
Myeong Ju menangani pasien gawat, detak jantungnya 60/30, ia minta IVs
pada Min Ji tapi mereka kehabisan. Untung Mo Yeon datang dan langsung
memberikannya.
Pasien mulai tak sadarkan diri, detak jantungnya tak ada dan taka da reaksi dari pupil matanya, Myeong Ju minta Min Ji untuk menyuntikkan sesuatu pada pasien dan ia akan bersiap untuk melakukan CPR, tapi Mo Yeon mendahuluinya. Tidak melakukan CPR tapi dengan memukul-mukul dada pasien secara langsung tapi hal itu lebih efektif karena detak jantung pasien cepat kembali.
Myeong Ju mengatakan diagnosisnya, pasien kemungkinan syok karena hemoperitoneum. Dan pasien butuh esegera dioperasi, ia meminta Mo Yeon agar mengirim pasien ke medicube. Mo Yeon mengatakan tidak bisa karena ruang operasi di medicube penuh.
“berapa lama dari sini ke markas pusat?” tanya Mo Yeon.
30 menit menggunakan helicopter, jawab Myeong Ju dan ia menambahi kalau pasien tidak bisa menunggu lebih lama dari itu. Mo Yeon memutuskan untuk melakukan operasi di sana saja tapi di tempat yang lebih terang.
Myeong Ju tak setuju, ia tidak bisa mengoperasi pasien tanpa melakukan CT scan, jadi mereka tak tahu dimana letak pendarahannya.
“itulah alasan kita perlu melakukan laparotomy. Apa ada cara lain yang bisa kita lakukan?”
Myeong Ju masih keberatan, mau membuka perut pasien dengan lingkungan penuh debu semen yang jauh dari streril. Maka akan menyebabkan penyakit yang lainnya.
“Aku tanya apa ada cara lain yang bisa kita gunakan! Cepat putuskan, ini adalah pasienmu!” benatak Mo Yeon.
Myeong Ju pun tak punya pilihan lain, ia terpaksa melakukan operasi disana, lalu memerintahkan Min Ji untuk mengambilkannya betadine dan desinfectan serta peralatn operasi yang lain. min Ji pun segera bergerak.
Mo Yeon berkata kalau mereka harus memindahkan pasien, lalu ia memanggil Ye Hwa untuk membantu.
Gi Beom berkeliling membagikan walkie-talkie pada tim medis yang lain dan ketika ia akan memberikannya pada seorang suster ia malah tak sengaja menabrak kardus berisi obat-obatan sehingga semuanya jadi berantakan. Suster itu kesal dan menyuruh Gi Beom diam saja jika terluka (biar tak mengganggu yang lain). Gi Beom hanya bisa minta maaf.
Lalu Min Ji datang minta perlengkapan operasi dan betadine. Ia kaget
melihat semuanya berantakan, ia bertanya, apa terjadi gempa lagi. Gi Beom
menjelaskan kalau ia tak sengaja membuat kekacauan. Gi Beom berniat membatu
tapi Min Ji mendorongnya menjauh. Lalu ia mengambil barang-barang yang
diperlukan.
Gi Beom hanya bisa berdiri mematung di pojokan tenda.
Chi Hoon menangani pasein wanita yang kakinya terluka. Pasien itu menolak saat akan di suntuk padahal Chi Hoon sudah menjelaskan kalau itu hanya obat bius, Chi Hoon mengira kalau wanita itu takut jarum suntik. Bahkan wanita itu sampai menampik tangan Chi Hoon dan suntiknya jatuh.
Wanita itu menjelaskan sesuatu tapi ia gak paham apa. Lalu wanita itu mengeluarkan foto hasil USG. Chi Hoon akhirnya paham kalau wanita itu sedang hamil dan ingin melindungi bayinya dari obat-obatan yang berbahaya.
Akhirnya Chi Hoon tidak jadi membius dan langsung menarik kaki si wanita yang dislokasi setelah wanita itu setuju untuk Manahan sakit yang sangat sangat.
Wartawan datang, mereka mendatangi Gi Beom dan memintanya untuk menunjukkan lokasi bencana tapi Gi Beom gak paham Bahasa inggris, ia mengajak si wartawan ke Ja Ae yang lagi membopong pasien, Ja Ae berkata kalau ia sibuk lalu meninggalkan mereka.
Lalu Dr. Sang Hyun datang. Gi Beom memintanya untuk meladeni si wartawan. Dr. Sang Hyun mengatakan dalam Bahasa inggris kalau Bahasa inggrisnya jelek jadi tak bisa banyak berkata-kata. Lalu walkie-talkie berbunyi dari medicube yang minta bantuan dokter untuk operasi, Dr. Sang Hyun langsung bergegas kesana.
Dr. Sang Hyun lalu masuk ke mobil si wartawan, ia berjanji akan melakukan wawancara jika wartawan mau membawanya ke medicube. Wartawan setuju.
Gi Beom kagum dengan Dr. Sang Hyun. Kemudian Ja Ae mendekat, ia menjelaskan kalau Dr. Sang Hyun memang pria tak berguna tapi dia adalah dokter yang hebat.
Lalu Gi Beom menjawan walkie-talkie yang membutuhkan bantuan darah AB.
Mo Yeon dan Myeong Ju melakukan operasi di lokasi bencana, Gi Beom di tes darahnya oleh Ye hHa dan benar darah Gi beom adalah AB maka ia langsung mendonorkan darahnya saat itu juga dibantu Ye Hwa.
Shi Jin datang menghampiri Mo Yeon, Mo Yeon mengira kalau Shi Jin terluka. Tapi bukan, ada orang lain yang terluka dan ia minta Mo Yeon untuk ikut dengannya, cepat karena darurat.
Mo Yeon mengenali manager Go, ia memberi manager Go suntikan penghilang rasa sakit. Mo Yeon bertanya, apa manager Go bisa merasakan kakinya. Manager Go mencoba menggerakkan kakinya tapi tidak bergerak.
“Tadi rasanya suakit tapi meliat wajah dokter semuanya hilang.” Canda Manager Go.
Mo Yeon membalas kalau ia senang mendengarnya.
Mo Yeon bertanya pada Shi Jin, sejak kapan kaki manager Go tertindih begitu. Shi Jin tak menjawab, ia mengatakan kalau Mo Yeon masih punya satu pasien lagi yang harus dilihat.
Mo Yeon memasang infus pada pasien yang tertusuk besi. Mo Yeon memintanya agar jangan bergerak, pasien itu masih beruntung karena besi yang menuduknya tak mengenai hatinya dan jika pasien terus bergerak kemungkinan bisa melukai tulang belakang.
“Apa aku akan meninggal?”
“Jika kau mencoba diam saja, kau tak akan meninggal.” Jawab Mo Yeon.
Mo Yeon mengatakan pada Shi Jin kalau pasien itu harus segera dibawa ke ruang operasi dan besinya jangan dicabut, ia menunjuk batas besi yang harus dipotong. Shi Jin mengajaknya bicara sebentar. Mo Yeon menyuruhnya langsung saja. Shi Jin hanya ingin mereka berdua yang bicara.
Mereke punya masalah, masalahnya adalah reruntuhan bangunan yang menimpa Manager Go berhubungan dengan besi yang menancap di tubuh pasien yang satunya. Jika reruntuhan diangkat duluan maka pasien yang satunya akan tertusuk lebih dalam, artinya besinya akan lebih menusuk ke depan. dan jika besinya dipotong duluan maka reruntuhan tambahan akan menimpa manager Go.
“Maksudmu adalah.. menyelamatkan satu dan membunuh yang lain?” tanya Mo Yeon.
“tidak ada cara lain.”
“Aku juga tidak punya pilihan lain.”
Shi Jin menjelaskan kalau dalam situasi seperti ini ia harus mengikuti aturan penyelamatan. Dokter yang menentukan siapa pasien yang peluang hidupnya lebih besar dan mereka akan menyelamatkan pasien tersebut.
“Kau memintaku untuk memutuskan? Siapa yang akan dibnuh dan siapa yang akan diselamatkan?”
“Iya. Itu yang harus… Kau lakukan.”
Mo Yeon bingung. Shi Jin mengatakan kalau mereka harus menyiapkan peralatan untuk menyelamatkan satu orang dan membutuhkan waktu 10 menit.
Mo Yeon bingung. Shi Jin mengatakan kalau mereka harus menyiapkan peralatan untuk menyelamatkan satu orang dan membutuhkan waktu 10 menit.
Shi Jin menjelaskan pada sersan Choi kalau Mo Yeon meminta waktu sebagai dokter dan memerintahkan pada sersan Choi untuk melanjutkan tugas mereka untuk menyiapkan peralatan. Sersan Choi pun bergerak.
Mr. Jin tiba-tiba muncul, ia masih tak percaya Shi Jin masih berdiri saja, bukankah mereka bilang kalau diantara 2 korban hanya memungkinkan untuk menyelamatkan salah satunya. Terus kenapa lama sekali. Lagi-lagi ia minta Shi Jin untuk masuk ke kantornya dan mengambil dokumen.
“Kita hanya mengikuti prosedur penyelamatan.” Jawab Shi Jin lalu pergi.
Mr. Jin menghalanginya. Mr. Jin menjelaskan kalau dokumen tersebut adalah kontrak antara pihak Korea dan Urk untuk pendirian tower tersebut jadi itu adalah asset negara.
“Kau ini tentara kan? Tidakkah Seharusnya mementingkan negaramu dulu? Kenapa kau sangat peduli pada nyawa dua orang pekerja manual?”
“Yaa! Negara? Apa sebenarnya negara itu? Negara kita menempatkan kehidupan dan keselamatan warganya di poin pertama. Itu artinya… ketika Kunyuk sepertimu dalam bahaya, kita akan melakukan apapun untuk menyelamatkanmu. Bagi tentara, tidak ada yang lebih penting daripada menyelamatkan nyawa rakyat Korea. Jika kau butuh dokumenmu…” berhenti sebenat untuk mengambil sekop, lalu memberikannya pada Mr. Jin,,”Pergi ambil sendiri.”
Mr. Jin membalasnya dengan tertawa, lalu membuang sekop pemberian Shi Jin. ia mengingatkan kalau Shi Jin sudah membuat kesalahan besar.
“Gomawo.. Pegi sana!” balas Shi Jin.
Lalu seseorang berteriak hati-hati.
Shi Jin melindungi Mr. Jin dari pipa dan reruntuhan bangunan yang jatuh tiba-tiba dari atas mereka. Jadi ia yang kena jatuhan pipa dan runtuhan bangunan tersebut.
Shi Jin menengok kebawah, bertanya apa ada yang terluka. Salah satu tentara mengatakan kalau manager Go baik-baik saja. Tapi ada masalah lain, kabel listrik yang terbakar jadi seperti kembang api, Shi Jin menembak ke reruntuhan bangunan sehingga reruntuhan itu jatuh tepat ke kabel yang terbakar sehingga percikan apinya bisa terpadamkan.
Mr. Jin menutup telinganya kaget + ketakutan. Shi Jin meletakkan kembali pistolnya. Ia menanyakan keadan Mr Jin. dengan gagap Mr. Jin mengatakan kalau ia baik-baik saja.
Shi Jin berjalan ke bawah dan darah berceceran dari dirinya mengenai Mr. Jin. Mr. Jin melihat kearah Shi Jin yang ternyata bahunya terluka.
Mo Yeon mengamati kondisi kaki manager Go yang tertindih reruntuhan bangunan dan sepertinya tak ada kabar baik. Mo Yeon menjelaskan kalau kaki Manager Go nanti pasti terasa sangat sakit saat reruntuhan yang menindih kakinya diangkat dan tak ada obat penghilang rasa sakit yang bisa menahannya.
“Dia mempunyai tiga anak. Satu cowok dan dua cewek.” Kata Manager Go.
“Apa?”
“Dia yang di sana (sambil melirik kearah anak buahnya). Aku tidak tahu banyak, tapi kau tidak bisa menyelamatkan kami berdua, kan?”
Mo Yeon akan menangis. Manager Go tidak apa-apa, dia sudah 30 tahun bekerja di bagian konstruksi jadi ia bisa sedikit peka dari melihat situasi.
“kami akan berusaha sebaik mungkin.” Balas Mo Yeon.
Manager Go mengerti, ia tersenyum, ia merasa beruntung bisa terbaring disana dan bisa menatap ke langit biru.. ia sudah merasa uangnya cukup untuk menyekolahkan anaknya sampai ke perguruan tinggi. Mo Yeon mulai meneteskan airmata.
Pasien satu lagi minta penghilang rasa sakit lebih karena sakitnya sampai mau gila rasanya. Mo Yeon mendekatinya, tak ada lagi penahan rasa sakit karena nanti pasien itu butuh di anestesi untuk operasi. Mo Yeon menyueuh pasien untuk mengenggam tangannya sendiri,
Si pasien senang dan menggerak-gerakkan tangannya,,”Apa aku bisa hidup? Please, save me, please… aku tidak akan bergerak sedikitpun, aku janji.”
“Good” balas Mo Yeon.
***
16 komentar
Mkasi mba sinopsisnya sy nunggu dr td pagi,tp tamba pnasaran mba,kl bs jng sibuk bsk hheee
Mkasi bny,ditunggu nextnya
Chinggu ya...
Gumapta chinghu ya!
Akhirnya penantian seminggu yg kaya setaun ini berakhir sudah.
Mudah2an kamu sehat selalu, dan apapun yg lagi kamu kerjain saat ini diberi kelancaran, sehingga...ini nih ujung2nya, sehingga uri jagga nim bisa nerusin sinopnya...
Ega ya hwaiting!!!
Yahh unniii kok gitu :((
Fighting unni
Aaaaaarrggghhh,,,, sedih episod kali ini,,, semoga bisa keluar secepatnya sinop selanjutnya....
Gomawo eonni....
Makasih Diana Ega..komen dulu sebelum baca..gpp yg penting masih semangat nulis y..gumawo
Thank y ud update sinopsis ny,,,, smlam nnton tp pake bahasa kalbu....he....he....
Makasih ya mba Diana Ega,,
Semangat terus bikin sinopsis nya yaaa,,,
Ini komentar pertamaku,,😁😁😁
Mksi mbak.. ditunggu part 2 nya.. smngt
Thanks sinop drakor DOTS eps 7 part1nya mbak.semoga cpet selesai kesibukkannya agar bisa melanjutkan part2nya.😍
D tunggu part2 nya
mksh unnie.... episode ini menguras emosi....
Huwaaaaa Sedih bgt pas part manajer go rela mati demi pekerjanya....😭😢
Udh dwnld videonya dan ada masalah dng suaranya yg telat alhasil tambah bingung nntnnya, bkn ikut ngerasa sedih malah kesel. Ehh lari kesinopsis ini, ga tau knp saya merasa mengikuti semua prasaan di eps ini. Mulai perasaan jengkel shi jin sm mr jin, rasa bersalah gi boem krn berantakin obat, rasa sakit mo yeon krn harus memilih diantara 1. Da manager go awalnya saya berpikir dia slh 1 peran yg jengkelin ternyata jauhh dr kebalikannya. Paling terharu pas dia lepas helm untuk pekerja lain (btw pekerja itu kmn yah?) Scene manager go sedikt tapi berkesan. Dan berasa ga rela aja dia meninggal disini.manager go punya rasa tanggung jawab. Dia selalu mentingin pegawai lain diatas kepentingan dia.btw kok saya panjang banget yah komentnya 😅
tks unnie sinopnya..rasa seabad nggu seminggu,drakor yg lain gk jg kyk gini,kalo ini hari demi hari diitung ayoo cpt rabu,kamis malah makin lama dtunggu..haha
sehat terus ya unni..gomawo
Akhirnya.. wkwkwk.. T^T XD
Fighting mbak buat sinopsisnya..
Selalu dinantikan ni..
Tq so muchh~
Thanks unnie..duuhhh sedihnya nih episode. Aq jd nangis padahal cuma membacanya doank tapi berasa terbawa perasaan...semangat ya unnie, aq selalu menantikan ceritanya...chemistry son-song couple emang daebak