Eun Sun di kantornya memikirkan pertemuannya dengan Jaksa kang dan
reporter Joo kemarin malam. Reporter Joo memutar rekaman sipenelfon yang
mengaku kalau ia tahu siapa yang melakukan tabrak lari.
Orang itu bertanya berapa hadiahnya. Reporter menjawab kalau hal itu
belum di putuskan dan mengajak si penelfon untuk menemui keluarga korban dulu.
Si penelfpn berubah pikiran, menurutnya bukan hal bagus, ia akan langsung
menemui mereka saja. Reporter membujuk agar si penelfon tidak memutus telfon
tapi gagal.
Jaksa kang menduga kalau si penelfon masih muda, Sekitar akhir 20an
atau awal 30an.
"Kira-kira siapa yang mau ditemuinya secara langsung." Tanya
Eun Sun pada reporte Joo.
"Pastinya Pengacara Park Tae Suk. Dia mengenal pengacara Park.
Dan Ia juga berkata Ia membuat kesalahan. Terlebih lagi, pasti akan lebih cepat
baginya untuk mendapat penghargaan dengan cara begitu."
"Lalu kenapa dia tidak menghubungi Ayah Dong... menghubungi
pengacara Park dari awal?"
"Menurutku dia melakukannya secara impulsif. Kalau sudah
direncanakan dia pasti akan langsung menelpon Pengacara Park.
Jaksa kang menduga kalau si penelfon adalah pelakunya. Banyak kasus
dimana saksi ternyata adalah pelaku.
Kembali ke Eun Sun di kantor. Eun Sun akan menelfon Tae Suk tapi jaksa
kang keburu masuk. Jaksa Kang mendapat rekaman CCTV di dekat telpon umum.
Tae Suk di toilet, di sana ada seorang anak muda yang mencurigakan. Ia
sempat melirik Tae Suk sebentar dan tidak seperti kebanyakan orang, ia melap
tangannya dengan sapu tangan bukan tisu toilet.
Jaksa Kang dan Eun Sun memutar video CCTV yang diperoleh Jaksa Kang,
tapi sayangnya penelfon tidak kelihatan mukanya, hanya punggungnya saja. Jaksa
Kang memperhatikan penelfon yang memegang gagang telfon dengan sapu tangan.
"Orang ini kriminal pandai. Sejauh ini dia tidak meninggalkan
sidik jari. Dia tidak biasa." Kata Jaksa kang.
Eun Sun tidak mengerti, apa perlu seteliti itu. Jaksa kang makin
yakin, bisa saja orang itu pelakunya. DItambah lagi, orang itu juga tidak
kelihatan wajahnya di seluruh kamera CCTV di lokasi lain.
"Oh, kau sudah menghubungi Pengacara Park Tae Suk?" Tanya
Jaksa kang.
Eun Sun menjawab kalau ia canggung mau menghubunginya karena kejadian
kemarin. jaksa kang tanya, memangnya kenapa? Eun Sun hanya tersenyum.
Orang yang tadi di toilet menghadap CEO Lee, Ia bercerita kalau tadi
berpapasan dengan Pengacara Tae Suk di toilet, ia kaget sekali ia tidak tahu
kalau Tae Suk bekerja disana.
"Baru-baru ini aku membaca artikel. Maka, aku tadinya tidak ingin
menelpon wartawan, tapi Seung Ho menolak permintaanku kemarin. Dia melarangku
membicarakan soal ini pada ayahnya."
CEO Lee marah,,"Kau memeras Seung Ho?"
Orang itu tersenyum, tidak, mana bisa ia begitu pada sahabatnya, ia
hanya minta tolong. CEO Lee membenarkan, karena sahabat, ia yakin Seung Ho
percaya pada orang itu.
"Makanya, aku menjaga rahasia ini selama 15 tahun. Karena dia
sahabatku. Kedepannya akan tetap begitu."
"Terima kasih."
"Harga diriku tinggi, tapi karena kondisiku sedang sulit, aku
membuang harga diriku. Jika ayahku tidak bangkrut, uang segitu bukan apa-apa.
Aku tidak meminta uang dengan cuma-cuma. Aku akan menggantinya."
Eun Sun menghubungi Tae Suk. Tae Suk minta dikirimi rekaman CCTV, Jika
ia melihanya, mungkin saja ia kenal.
"Kalau kau menerima telpon, kau harus meyakinkan dia untuk
menemuimu." Pesan Eun SUn.
"Tidak ada jaminan dia akan menelpon."
"Pasti. Makanya yakinkan dia. Ini kesempatan terakhir kita."
Tae Suk mengerti. lalu Eun Sun mengatakan kalau Young Joo datang
kemarin, ia mengingatkan kalau Tae Suk sudah menyakiti hati Young Joo. Tae SUk
juga tahu hal itu.
"Aku tidak perduli bagaimana Park Tae Seok menjalani hidup. Tapi,
aku yakin Dong Woo ingin ayahnya hidup bahagia."
Dan telfon pun terputus. Tae Suk menulis sesuatu di note kemudian
menempelkannya ke komputernya. sebelumnya sudah ada dua di sana.
"Kwon Mi Jo, kasus
pembunuhan Supermarket Hope, putra Yang Soon Ok, Hubungi Detektif Kim Chang
Woo."
Young Joo menelfon Ibu Tae Suk untuk menanyakan sesuatu. Lalu ia ke
restaurant sushi untuk membeli sushi udang. setelahnya ia ke kuburan Dong Woo
membawa sushi itu.
Young Joo menyentuh papan nama Dong Woo, meletakkan sushi yang
dibawanya lalu memegang pohon. Ia membatin:
"Ini pertemuan pertama
kita, bukan? Ayah membelikan sushi udang kesukaanmu. Aku membantu membawakannya
kemari. Maaf, sudah terlambat datang.
Lalu, aku ingin minta tolong... agar ayahmu tetap kuat, tolong Dong Woo doakan
dia."
Tae Suk masih memandangi CCTV yang dikirim Eun Sun. Jeong Jin masuk
mengabarkan kalau Kwon Mi Jo sudah datang. Young Jin dan asistennya sedang di
jalan.
Tae Suk dan Jeong Jin masuk ke runang pertemuan, disana sudah ada Mi
Jo beserta pengacaranya. Mi Jo tak berdiri saat Tae Suk datang karena kakinya
di gips.
"Aku sering dengar tentangmu. Katanya kau hebat." Kata Mi Jo
pada Tae Suk.
Pengacara Do In Gyeong (pengacara Mi Jo) mengenal Tae Suk tapi Tae SUk
lupa tapi tak menunjukkannya. lalu Pengacara Do berkenalan dengan Jeong Jin
dengan saling menyebutkan nama.
Pengacara DO menanyakan kenapa Young Jin belum juga datang. Jeong Jin
menjawab kalau Young Jin sebentar lagi akan datang.
Kemudian Young Jin datang. Ia menanyakan keadaan kaki Mi Jo. Mi Jo tak
menjawabnya dan meminta pengacara Do untuk cepat menyelesaikan.
kedua pengacara dari dua kubu menyalakan alat perekam. Pengacara Do
menunjukkan foto-foto hasil pemukulan. Luka di wajah Mi Jo itu adalah hasil
tonjokan Young Jin. kemudian menunjukkan hasil diagnosis dokter yang merawat
Kwon Mi Joo.
"Kami punya saksi yang menyatakan kalau Kwon Mi Joo telah sering
datang ke RS Daehan.
Dokter Jeong Hae Yeong; Telah menerima kekerasan fisik oleh suami Shin
Yeong Jin." Lanjut pengacara Do.
Tae Suk memotong: "Bukti yang kau berikan bisa saja disebut dia
telah teluka karena dipukuli atau juga kecelakaan. Tapi itu tidak membuktikan
kalau pelakunya adalah Wakil Presdir Shin."
"Seperti yang kubilang, kami punya saksi."
"Meskipun jika asistennya yang jadi saksi, itu tidak bisa disebut
sebagai saksi yang adil dan bisa dipercaya. Lalu, menurut saksi kami, Kwon Mi
Joo terpeleset dan jatuh dari tangga."
Mi Jo mengelaknya, ia mengatakan kalau tidak ada yang melihat kejadian
itu. Tae Suk menggunakan penytaan Mi Jo tadi untuk menarik kesimpulan bahwa
saksi yang diomongkan pengacara Do juga bohong.
"Kekerasan tidak terjadi dalam sehari dua hari, tapi berkesinambungan.
Dan kami punya bukti yang cukup meyakinkan selain saksi itu. Kwon Mi Joo ingin
tiga hal. Perceraian, hak asuh dan kepemilikan hotel Hankuk yang dimiliki oleh
Grup Hankuk Energi. Jika penyelesaiannya tidak selesai, kami akan membawa ini
kedalam pengadilan." Bantah Pengacara Do.
Tae Suk mengeluarkan skenarionya. ia menunjukkan foto kebersamaan Mi
Jo dengan Jeong Hae Seong,,"Kudengar kalian... kekasih saat di kampus.
Kalian juga pernah bertemu di bar hotel dan beberapa tempat lain."
Tae Suk juga menunjukkan Daftar panggilan telpon. Pengacara Do
mengajak Tae Suk untuk bicara sebentar. Tae Suk belum selesai, ia menunjukkan
kalau dokter yang memberikan diagnosis Mi Joo adalah kerabat dari Jeong Hae
Seong.
"Jeong Hae Seong hanya sunbae yang kukenal!" Kata Mi Joo.
Pengacara Do melarang Mi Joo untuk bicara. Pengacara Do mulai bingung
dan terus memaksa Tae Suk agar mau bicara sebentar.
"Aku punya banyak saksi yang mau memberi pernyataan pada hubungan
kalian yang tidak layak." Kata Tae Suk sambil menunjukkan USB.
Pengacara Do berdiri,,"Apa-apaan ini!"
"Alasan perceraian, bukanlah kekerasan... melainkan hubungan
diluar pernikahan." Jawab Tae Suk.
Young Jin tersenyum, berasa di atas angin. Pengacara Do mohon agar Tae
Suk mau bicara sebantar. Tae Suk pun mengabulkannya.
Selanjutnya, Jeong Jin meninggalkan Mi Joo dan young Jin berdua
setelah mematikan alat perekam. tapi mereka tidak tahu kalau pena Jeong Jin
masih merekam.
Pengacara Do mencoba menjelaskan pada Tae Suk kalau Mi Joo adalah
korban kekerasan. Mi Joo takut hal ini akan berdampak pada bisnis orangtuanya,
makanya dia selama ini diam. Dia sudah banyak sekali menderita selama ini. Pada
korban yang akhirnya punya keberanian, Tae Suk malah menuduhnya selingkuh...
ini tidak benar!
Kalau soal itu, Tae Suk tidak ingin bicara lagi. Bagi pengacara, uang
adalah waktu. Apa pengacara Do akan terus membuang uangnya?
"Bagaimana kau bisa jadi serendah ini? Dulu kau orang yang baik.
Aku kira kau adalah pengacara yang hebat. Aku kaget sekali betapa rusaknya dirimu
sekarang."
"Sebaiknya selesaikan kasus ini. Dengan syarat, lepaskan hak asuh
dan hotelnya. Kami bisa memberikan dana alimentasi yang tinggi."
"Aku senang Hakim Na menceraikanmu (Tae Suk sudah akan pergi
namun berbalik). Awalnya aku sedih karena kalian bercerai setelah kematian Dong
Woo. Perasaanku sia-sia."
"Sepertinya kita sudah cukup membuang waktu.
"Aku tidak mengharapkan fair play, tapi... Aku tidak sangka kau
akan bersikap lebih rendah daripada preman pasar.
"Aku tidak memilih-milih caraku dalam mengungkap kekurangan Kwon
Mi Joo. Jadi, bijaklah dalam membuat keputusan."
Young Jin mendekati Mi Joo, ia menelfon Mi Joo. Mi Joo refleks mengeluarkan
ponselnya. Mi Joo ketakutan, ia melarang Young Jin untuk mendekatinya. Young
Jin menjawab kalau ia tidak akan menyentuh sehelaipun rambut Mi Joo, lalu ia
merebut ponsel Mi Joo yang sebenarnya digunakan untuk merekam. Young Jin sudah
menebaknya dan langsung mematikan rekamannya.
"Kalau kau tidak mau hidup Jeong Hae Seong berantakan, sebaiknya
selesaikan ini." Ujar Young Jin.
"Jangan bercanda."
"Bercanda? Aku? Saat kau terjatuh dari tangga, seandainya bukan
kakimu yang patah tapi lehermu, bagaimana? Augh, memikirkannya sudah membuatku
merinding. Aku sudah pernah melihat kepala orang yang bocor. Kelihatannya buruk
sekali."
Untung pengacara Do segera masuk dan langsung mendekati Mi Joo. Mi Joo
ingin segera pergi dari sana.
Tae Suk datang, ia mengatakan mengenai syarat, PLAK! Mi Joo
menamparnya.
"Semoga anda lekas sembuh. Sampai ketemu lagi." Salam
perpisahan Tae Suk.
Mi Joo lanjut jalan dibantu pengacara Do.
Tae Suk masuk ke dalam ruangan untuk membereskan berkas-berkasnya.
Young Jin mengatakan kalau Mi Joo mudah sekali marah, makanya layak dipukuli.
Tae Suk berhenti sebentar.
"Sekarang baru mirip dirimu Pengacara Park Tae Suk. Ternyata
tidak setiap hari kau tidak waras." Lanjut Young Jin.
Tae Suk menanggapinya dengan tawa ngakak.
Jeong Jin menyusul pengacara Do, ia ingin bicara sebentar,
pemikirannya berbeda dengan Tae Suk.
Tae Suk membuat kopi. Sun Hwa masuk, ia menawarkan diri untuk
membuatkan kopi. Tae Suk mengatakan itu mudah dan bisa membuatnya sendiri. Sun
Hwa tetap merasa tak enak, seharusnya Tae Suk menyuruhnya saja.
Tae Suk menanyakan Jeong Jin. Sun Hwa belum melihatnya, lalu Tae Suk
akan kembali. Sun Hwa berpesan agar Tae Suk jangan lagi menerima kasus begitu.
Tae Suk sudah melakukan banyak hal pada Firma Hukum ini jadi berhak memilih
kasus.
"Belakangan ini kau sedikit membuatku khawatir." jawab Tae
Suk.
"Tadi anda ditampar. Aku kesal melihatnya."
CEO Lee di ruangan Tae Suk, ia melihat layar komputer Tae Suk yang
menunjukkan rekaman CCTV, lalu CEO Lee keluar.
Tae Suk datang dari membuat kopi,,"Kau menungguku?"
CEO Lee membenarkan, ia dengar kalau Tae Suk tadi sempat dipukuli. Tae
Suk menjawab kalau ia tidak apa-apa. CEO Lee mengajaknya minum, Tae Suk
menjawab lain kali.
"Belakangan ini kau jarang minum." Tanya CEO Lee.
"Liverku (hati) sedang bengkak. Kalau aku minum terus, hatiku
bisa menempel di perut."
"Pekerjaan bagus untuk hari ini."
"Yah, masih belum bisa diberi selamat. Pengacara Do In Gyeong
bukan lawan yang mudah."
"Selama Pengacara Park yang menanganinya, maka akan lancar. Kau
tidak ingin melakukan kasus ini. Aku minta maaf dan terima kasih."
"Hyungnim pasti semakin tua. Sekarang bahkan mengakui kebolehan
orang."
"Sepertinya begitu. Karena aku terus mengingat insiden masa lalu,
aku pasti sudah tua."
"Kulitmu masih elastis dan kau masih terlihat seperti anak muda.
Masuklah."
"Ya."
Jeong Jin menjelaskan pada Pengacara Do kalau mereka sudah menyogok
semua saksi kecuali asisten Kwon Mi Joo. Meskipun kasus ini dibawa ke
pengadilan, Kwon Mi Joo akan lebih kesulitan dibanding Shin Yeong Jin. Tidak
ada jaminan dia bisa menang.
"Ini... sepertinya tidak benar. Meskipun kau tidak suka pada
Pengacara Park, bukankah sikapmu sudah melanggar batas?"
"Aku tahu, tidak sepantasnya aku begini. Tapi, aku tidak ingin menjadikan
korban sebagai pelaku. Sebagai orang yang belajar hukum, anggap saja ini adalah
sisa nuraniku yang tertinggal."
"Jadi, apa yang akan kau lakukan?"
"Sebelum itu, pastikan kerahasiaan hal ini."
Jeong Jin kembali ke dalam. Ia menatap Tae Suk yang sedang duduk di
ruangannya.
-= Kilas balik =-
Jeong Jin mengungkapkan kekecewaannya pada Tae Suk, ia telah salah
menilai Tae Suk. Tae Suk mengatakan kalau ia belum selesai bicara. Jeong Jin
membentak, ia tidak mau mendengarnya lagi.
"Kau harus dengar! Mulai sekarang, aku akan mengatakan hal yang
sangat penting. Aku akan melakukan segalanya demi menemukan kelemahan Kwon Mi
Joo. Itulah yang diinginkan oleh Shin Yeong Jin. Pengacara Jung, tugasmu adalah
menemukan bukti pasti kalau Shin Yeong Jin telah memukuli Kwon Mi Joo."
"Apa maskudmu?"
"Kwon Mi Joo telah menyewa pengacara yang cukup kompeten. Rasa
keadilannya tinggi dan cukup berani.
Seseorang yang dapat menjaga kerahasiaan dari seorang informan."
"Jadi maksudmu... "
"Aku, akan melakukan yang terbaik agar kalah dalam permainan ini.
Tentunya tidak ada jaminan ini akan berhasil. Aku tahu ini resiko berbahaya.
Jadi, kau bisa menolak."
-= Kilas balik selesai =-
Jeong
Jin tersenyum pada Tae Suk dan Tae Suk membalasnya. Sun Hwa melihat keanehan
keduanya.
Kemudian, ia berbicara berdua dengan Jeong Jin.
"Kau menyembunyikan sesuatu dariku, bukan?" Tuduh Sun Hwa.
"Apa aku harus memberitahu semuanya kepada Sun Hwa ssi?"
"Kenapa meniru perkataanku?"
"Apa ada hak ciptanya?"
"Jangan berkilah. Kalau ini ada hubungannya dengan Pengacara Park
aku harus tahu."
"Ah... Kenapa kau punya aturan soal tidak berpacaran dengan orang
sekantor?"
"Itu bukan jawaban."
"Kau bukan orang yang tidak bisa membedakan urusan kerja dengan
urusan pribadi."
"Menurutku, pengacara Jung yang tidak bisa membedakan antara
pekerjaan dan pribadi."
"Ya, aku memang tidak bisa membedakannya."
"Sejak kapan?"
"Apanya?"
"Kau tahu apa yang kutanyakan."
Jeong Jin melakukan peregangan dulu sebelum menjawab.
"Dari awal. Sejak kita bertemu." Jawab Jeong Jin menghindari
kontak mata.
"Sungguh?"
"Aku tidak yakin, tapi sepertinya begitu. Saat pertama bertemu,
aku sudah merasa aneh. Tapi, bisa dibilang aku terus memperhatikannya? Sulit
diungkapkan dengan kata-kata.
"Jangan-jangan, ada pengacara lain yang tahu?" Sun Hwa mulai
khawatir.
"Kau cemas soal itu?"
"Tentu saja."
"Aku yakin tidak ada yang tahu."
"Pokoknya jangan katakan ke siapapun."
"Buat apa aku mengatakan itu ke orang?"
"Kau harus janji."
"Jangan khawatir. Aku bersedia ikut aturan Sun Hwa ssi."
"Apa maksudmu?"
"Kau bilang kau punya aturan untuk tidak pacaran dengan rekan
kerjamu."
"Dari tadi kau sedang membahas soal aku?"
"Lalu, kau kira aku membahas soal siapa?"
"Itu... Aku harus kembali kerja."
Jeong Jin hanya tersenyum tapi kemudian senyumnya hilang. Sun Hwa ke
toilet, ia merona dengan pembicaraan tadi. lalu Jeong Jin mengiriminya pesan.
"Semuanya akan baik-baik saja. Pengacara Park punya orang sebaik
dirimu dan aku yang tidak bisa membedakan atara urusan pekerjaan dan
pribadi."
Tae Suk dan Jeong Jin mendengarkan rekaman yang terekam oleh pena
Jeong Jin tadi.
"Saat kau jatuh dari tangga, seandainya bukan kakimu yang patah
tapi lehermu, bagaimana? Augh, aku jadi merinding memikirkannya. Aku penah
melihat kepala orang yang bocor. Kelihatannya buruk sekali."
Tae Suk mengatakan kalau Young Jin sinting. Jeong Jin akan menyerahkan
rekaman itu pada pengacara Do tapi Tae Suk melarangnya karena tidak bisa
digunakan dalam pengadilan, malah akan membuat Shin Yeong Jin tahu kalau mereka
merekam suaranya.
"Tapi, jika hasil analisisnya berbeda dengan asumsi kita, maka
kita tidak punya bukti." Bantah Jeong Jin.
"Sementara ini tunggu sampai kau mendapat sesuatu dari Pengacara
Do."
"Aku mengerti."
Yeon Woo menelfon Tae Suk. Jeong Jin keluar, Tae Suk mengucapkan
terimakasih pada jeong Jin, Jeong Jin tersenyum dan membalas, tidak apa-apa.
Yeon Woo menelfon untuk bertanya, apa ayahnya akan pulang awal, Nenek
kesal semalam karena ayahnya ingkar janji.
"Maaf. Malam ini ayah akan pulang awal. Pokoknya malam ini ayah
janji."
"Jangan janji lagi soal anjing kecil. Bukan boneka anjing tapi
anjing sungguhan."
Young Joo gantian yang bicara pada Tae Suk.
"Kau akan pulang awal?" Tanya Young Joo.
"Ya, Yeong Joo ssi."
"Kau kenapa?"
"Kenapa, Yeong Joo ssi?"
"Telpon dulu sebelum pulang."
"Baiklah."
"Pastikan membawa ponsel, kunci mobil dan dompetmu. Hati-hati
menyetir. Baiklah."
Yeon Woo merasa kalau ibunya aneh, ayahnya kan sudah dewasa. Kenapa
ibunya bicara seolah dia anak kecil?
"Ibu begitu?" Tanya Young Joo.
"Hmm, barusan."
tapi Yeon Woo tidak mempermasalahkannya, ia lebih tertarik dengan
anjing, jika mendapat anjing kecil akan ia beri nama Park Sam (3).
Seung Ho memenui neneknya. Ketua Hwang mengatakan kalau ia mengingat
Hyun Wook (sahabat Seung Ho, saksi yang mendatangi CEO Lee tadi)
"Jadi, kau ingin mengatakan semuanya ke Pengacara Park?"
Tanya Ketua Park.
"Aku tidak ingin hal ini disembunyikan selamanya."
"Anak yang sudah meninggal tidak akan hidup lagi kalaupun kau
berkata jujur. Ini hanya akan menyebabkan kekacauan kepada orang-orang. Yang
terjadi pada anak itu sangat disayangkan. Tapi, itu adalah nasib anak
itu."
"Tapi, nenek... "
"Kau, sudah membayar kejahatanmu. Kau sudah menderita dan
tersiksa. Bagaimanapun, kau adalah korban juga. Mulai sekarang, buang semua perasaanmu
itu dan lihat dunia dengan kacamata yang berbeda. Demi masyarakat dan orang
yang tidak beruntung, kau bisa melakukan banyak hal. Sungguh disayangkan orang
yang sepandai dan sebaik dirimu harus terikat oleh masa lalu. Biarkan ayahmu
mengatasi masalah Hyun Wook. Kau... bersiaplah untuk sekolah di luar negeri.
Belajar banyak dan datang kembali sebagai orang yang lebih besar."
Tae Suk masih memandangi CCTV, kemudian ia bersiap untuk pulang,
semuanya sudah ia bawa Ponsel, Dompet, Kunci mobil. sebelum pulang Tae Suk
melihat catatan di komputernya, ia teringat permintaan Ahjumma yang memintanya
untuk mencari anaknya, Cheon Min Gyu dan memberi kartu nama Detektif Kim Chang
Soo.
Tae Suk mencari-cari kartu nama itu, tapi belum ketemu. ia mual-mual
mau muntah. Tapi hanya sebentar.
Tae Suk keluar, bersiap untuk pulang. Sun Hwa memberi hormat. kemudian
Tae Suk meminta SUn Hwa untuk mencari tahu dimana detektif Kim Chang Soo
bekerja, ia punya kartu namanya tapi sudah hilang. Sun Hwa tidak asing dengan
nama itu.
Lalu Jeong Jin datang, ia tanya apa Detektig Kim menghubungi Tae Suk
lagi.
"Apa maksudmu?" Tae Suk balik bertanya.
"Detektif Kim Chang Soo adalah orang yang datang menyelidiki
kasus bunuh diri Dr Kim Seon Woo." Jawab Jeong Jin.
"Oh iya! Dia menelponmu soal itu lagi?" Sun Hwa barusan
ingat.
Bukan itu maksud Tae Suk, lalu ia bertanya apa Jeong Jin masih
menyimpan kontaknya. Jeong Jin akan mengambilnya, tapi Tae Suk menahannya, ia
menyuruh Jeong Jin untuk mengirimnya lewat SMS saja. dan Tae Suk pergi.
Je Hoon menawari makan malam Sun Hwa. Jeong Jin ikutan. Je Hoon
bertanya, Sun Hwa mau makan apa.
"Ayo makan kulit babi dan soju." Ajak Jeong Jin.
"Aku tidak tanya padamu." Jawab Je Hoon.
"Kulit babi dan soju boleh juga." Jawab Sun Hwa.
Tae Suk muntah-muntah di toilet. saat ia melap tangannya dengan tisu,
ia ingat Hyun Wook yang menggunakan sapu tangan saat memegang gagang pegangan
pintu toilet. Tae Suk bergegas kembali ke ruangannya.
Sun Hwa dan ke dua pria bersiap untuk makan malam. Melihat Tae SUk lari-lari,
Sun Hwa dan Jeong Jin menyusulnya. Tae Suk menyalakan lagi komputernya dan
melihat kalau penelfon itu memakai saputangan yang sama dengan orang yang
ditemuinya tadi di toilet.
"B*#$%^!& itu ... ada disini." Ucapnya.