-->

Type something and hit enter

On
advertise here
Sinopsis One Spring Night Episode 1 Part 2

Sumber: MBC




Ji Ho menutup apotek dan sudah ada dua teman yang menunggunya, Hyun Soo dan Park Young Jae. Mereka jalan bertiga.


Gi Seok menjemput Jung In sepertinya. Jung In menanyakan soal tim bari Gi Seok.

"Tim evaluasi, jadi, pekerjaannya banyak. Aku akan sering pergi dari kantor."

"Kukira kau terus di balik meja karena bekerja di bank. Berarti, kau akan kian sibuk."

"Karena itulah..."

"Ya?"

"Bukankah kita harus mulai membahas pernikahan?"



Jung In menatap Gi Seok terkejut, tapi saat Gi Seok bertanya kenapa ia terkejut, Jung In membantahnya, ia gak terkejut.

"Kita harus menikah." Kata Gi Seok.

Jung In malah diam dan menatap ke luar jendela.

"Kenapa diam?"

"Kau mau dengar apa?"

"Ada apa lagi?"

"Apa maksudmu?"

"Hmmm... Sudah minta Yeong Joo-ssi keluar?"

"Aku baru mengirimi dia pesan."

"Kalian bisa makan bersama."

"Lantas, kau?"

"Aku mau pulang dan bekerja jika dia senggang. Aku harus pelajari tugas baruku."

"Pulanglah. Aku juga tak berselera makan."


"Aku bukan bilang tak sempat makan denganmu. Mari kita makan."

"Tak apa."

"Apanya?"

"Kataku tak apa."

"Lupakanlah."

"Apa?"

"Kenapa kau merajuk tanpa sebab?"

"Siapa yang merajuk?"

"Aku sudah cukup mengenalmu. Yang benar saja."



Melewati apotek Woo Ri, apotek tempat kerjanya Ji Ho, Jung In menatapnya intens, tapi apoteknya udah tutup. 




Mereka sampai tepat saat Young Joo keluar dan segera memberikan dompet Jung In. Jung In minta maaf karena merak gak bisa makan bareng. Young Joo sih gak masalah karena ia sudah beli dari toserba tadi.

Young Joo menyadari kalau Jung In sedang murung, bertengkar ya?

"Haruskah?" Jung In balik nanya.

"Semoga menang."

"Cih.. Aku pergi."



Ternyata rumah Ji Ho di satu gedung dengan rumah Young Jae. Dan saat Ji Hoo mau ngambil minuman di balkon, ia melihat Jung In di mobil bersama Gi Seok. 



Hyun Soo memanggil karena Ji Ho lama banget. Ji Ho kembali sambil membawa tiga minuman, tapi ia lemot saat membukanya membuat Hyun Soo gak sabar dan merebutnya.

"Kau lambat sekali."

"Kau selalu kalah saat kita bermain basket bersama." Balas Ji Ho.

"Dia menyombong setelah menang. Kau sudah bertemu Gi Seok Hyung. Jika dia ikut timku, habislah kau. Tamat."



Young Jae: Siapa dia?

Hyun Soo: Dia salah satu kolegaku yang alumnus juga. Dia bantu sewa gimnasium hari ini. Ayahnya ketua yayasan.

Young Jae: Aku iri padanya.

Hyun Soo: Benar juga. Ayah pacarnya kepala sekolahnya. Kudengar pacarnya seksi.

Young Jae: Ah..

Hyun Soo: Yang benar? Kenapa hidup sungguh tak adil? Aku kesal.

Ji Ho: Tak pernah lihat dia?

Hyun Soo: Tidak pernah. Tapi aku ingin segera buat janji temu. Setelah itu, akan kujodohkan kalian. Itulah rencananya.

Young Jae: Hei, aku harus belajar.

Hyun Soo: Benar juga. Kami tunggu sampai kau lulus tes pegawai negeri. Tapi kau Ji Ho, mau ikut, 'kan?

Ji Ho: Aku bisa sendiri.



Hyun Soo: Ketahuan. Sebaiknya beri tahu kami. Katakan. Kau sedang berpacaran, ya?

Ji Ho: Tidak, tidak sama sekali.

Ji Ho kabur dari pembicaraan dengan bilang akan mengambil bir.



Hyun Soo: Hei, kau terjebak di apotek setiap hari. Dan akhir pekan, kau cuma bermain basket. Ada apa denganmu? Temui wanita saat sempat. Kencani siapa pun...

Young Jae: Katanya bisa cari pacar sendiri.

Hyun Soo: Aku mau lihat dia mencarinya sendiri. Dia bukannya berbuat kejahatan.

Young Jae: Hei, ayolah.

Hyun Soo: Apa? Kita ini berteman.


Hyun Soo bertanya pada Ji Ho, apa ia menyinggung Ji Ho? Ji Ho bilang gak masalah.


Jung In bersikeras gak mau makan bareng.

"Sudah kubilang, ayo makan. Keras kepala." Keluh Gi Seok.

"Jangan menyalahkan aku."

"Kita harus tinggal bersama."



Jung In memelototi Gi Seok.

"Hal ini takkan terjadi jika tinggal bersama. Kita akan makan, tidur, pulang, dan berangkat bersama. Pasti mudah." Jelas Gi Seok.

"Kau mau menikahiku agar tak repot?"

"Kenapa kau terus memutarbalikkan fakta?"

"Lalu apa?"

"Apa yang bisa kulakukan? Agar kau merasa nyaman?"

"Katamu kau mengenalku."

"Aku harus bagaimana?"

"Pergi dari hadapanku."

"Aku pergi jika kau keluar."



Gi Seok ketawa dengan candaan itu tapi Jung In malah makin manyun. Gi Seok mengaku kalah, ia mencubit pipi Jung In sambil bilang kalau ia paham.

"Akan kutebus akhir pekan depan. Pikirkan maumu apa." Bujuk Gi Seok dengan memegang tangan Jung In.

Jung In yang masih kesal langsung keluar dan menyuruh Gi Seok segera pergi.



Saat berjalan menuju rumahnya, Jung In dikagetkan oleh sesuatu, ia lalu mendekat dan ternyata itu adalah adik perempuannya, Lee Jae In.

"Ada apa ini? Kapan kau sampai? Kenapa kau... Ibu tahu kau kemari?" Tanya Jung In.

"Bisa bicara di dalam? Aku kedinginan dan lapar."

"Sulit dipercaya. Mari bicara di dalam."

"Baik."


Lalu Jung In membantu Jae In membawa kopernya.


Di dalam Jae In memperhatikan foto Jung In dan Gi Seok, "Dahulu, aku fotografer hebat. Kalian serasi di foto ini."

"Kemari dan makanlah."

"Baik! Terima kasih."


Setelah menghidangkan makanan, Jung In meminta Jae In mengatakan apa yang terjadi, ceritakan detailnya.

"Tak banyak. Aku mengejar seorang pria, tapi dia laporkan aku ke polisi sebagai penguntit, dapat perintah penahanan."

"Kau?"



"Ya, aku. Menguntit itu dianggap kejahatan berat di Prancis. Aku takut akan terus ke sana untuk melihatnya. Kupikir, "Aku harus ke Korea agar tak jadi kriminal". Sebab itu aku kemari."

"Jadi, kau benar menguntitnya?"

"Aku minta dia menikahiku, dia bersikap berlebihan."

"Menikahimu? Lee Jae In, kau sudah gila?"

"Cinta menutup logika otakmu."

"Kau sebut itu cinta? Kau sungguh gila."

"Cinta membuatmu gila."



Jung In menghindar dengan mengembalikan kimchi kedalam kulkas. Saat Jung in kembali, Jae In bertanya soal hubungannya. Jae In bilang gak buruk tapi Jae In kayaknya gak percaya.

"Apa?" Tanya Jung In karena Jae In terus menatapnya.

Jae In geleng-geleng, "Ini lezat."



Setelah pesta, tentu saja harus bersih-bersih dan itu yang dilakukan Ji Ho saat ini. 


Setelah semuanya beres, ia bersandar di sofa. Lalu mengambil ponselnya, membaca pesan dari Jae In, ia galau.



Ji Ho memutuskan keluar. Ia berlari.


Jung In mengatur alaram untuk hari senin, 11 maret pukul 07.30, dua hari dari sekarang.


Gi Seok mengirim pesan, gambar makanan, "Jangan makan semua. Beratmu akan naik."

Jung In hanya berdecih lalu senyum.



Jung In membuka kembali pesannya untuk Ji Ho yang gak dibales, lalu ia mematikan lampu dan tidur.



Ji Ho turun dari taksi, ia masuk ke sebuah rumah, rumah orang tuanya. Ternyata ayah ibunya belum tidur.

Ibu tanya, sudah makan? Ji Ho bilang udah. Mau menginap? Ji Ho bilang harus pergi dini hari besok.


Lalu Ji Ho membuka pelan sebuah pintu kamar, ibu akan mengikutinya, tapi ayah melarangnya.

Ayah dan ibu masuk kamar dan mematikan lampu depan.



Ji Ho membelai kepala anak kecil. Anak itu kebangun, ia memanggil Ji Ho ayah dan langsung memeluknya.

"Kenapa kemari?" Tanya Eun Woo, putranya Ji Ho.

"Ayah datang menemuimu karena merindukanmu. Kau tak rindu ayah?"


"Aku rindu Ayah." Eun Woo memeluk Ji Ho sampai Ji Ho roboh.

"Astaga! Kau bisa mengalahkan ayah."

"Aku lebih kuat daripada Ayah."

"Sungguh? Apa benar? Kenapa kau sekuat ini?"

Click to comment