-->

Type something and hit enter

On
advertise here

Mo Yeon merenung, ia terus mengingat kejadian Argus dan ditambah lagi, saat Shi Jin bertanya apa ia mau putus?

-= Kilas Balik =-

Saat Mo Yeon melihat Shi Jin membakar foto.

Shi Jin mengingat saat foto itu diambil dan sekarang ia membakarnya. Shi Jin menangis.

Mo Yeon berdiri di belakang Shi Jin.


Shi Jin menatap foto yang setengah terbakar. Ia teringat saat ia menembak mati Argus. Tangisnya semakin menjadi.

Mo Yeon mendekat dan menutup mata Shi Jin dengan tangannya.

"Kau harus... menghapus ini dari kenanganmu juga."

-= Kilas Balik Selesai =-

Shi Jin membawa dua cangkir kopi ke luar. Ia mengulurkan satu untuk Mo Yeon. Mo Yeon mendekat, bukan untuk mengambil kopi dari tangan Shi Jin tapi untuk memeluk Shi Jin.

"Aku sudah melakukan tugasku tadi sebelum kau kembali. Aku juga senang, Letnan Yoon bisa pulih dengan cepat. Dan aku mau mengikat rambutku tadi, tapi aku tak punya karet gelang. Aku sudah mencari ke mana-mana, tapi tidak ketemu. Karet gelangnya habis."

Lalu Mo Yeon melepaskan pelukannya tapi ia masih memegang pinggang Shi Jin. Mulai sekarang, ia akan menceritakan hal-hal kecil seperti ini pada Shi Jin. Yang ia maksud, ia akan mencoba untuk bisa bertahan di sisi Shi Jin.

"Jadi, kau juga harus mengatakan apapun padaku. Tapi... berjanjilah satu hal padaku. Izinkan aku untuk khawatir. Karena saat kau berjam-jam tak bersamaku aku tak bisa untuk tidak khawatir. Jadi... saat kau harus tetap mengatakannya bahkan jika itu membuatku khawatir."

Misalnya, saat Shi Jin ingin pergi ke mall, ia akan mengerti, bahwa artinya itu adalah misi yang sulit. Setidaknya saat Shi Jin sedang mempertaruhkan hidupnya, jangan biarkan ia tidak tahu apa-apa.

Shi Jin tersenyum dan mengangguk mengerti. Shi Jin menarik Mo Yeon ke pelukannya, ia tak akan membuat Mo Yeon khawatir lagi, ia berjanji. Mo Yeon tersenyum. "Kau menggemaskan sekali." Tambah Shi Jin.

"Aku tahu, kok." Balas Mo Yeon.
Dae Young merenung untuk memikirkan apa keputusannya, mau berhenti jadi tentara atau tidak.

Myeong Ju datang,

"Kau akan berwajah seperti itu saat sedang memikirkanku." Ujar Myeong Ju.

"Wajahku memang seperti ini. Jadi, aku memang selalu memikirkanmu." Jawab Dae Young.

Myeong Ju tak menyangka kalau Dae Young semakin romantis saja. Dae Young bertanya, kenapa Myeong Ju ada disana bukannya istirahat.

Myeong Ju menjawab kalau ia bosa berbaring terus. Dae Young mengangkat Myeong Ju dan mendudukkannya di tempatnya tadi.

Myeong Ju mengatakan kalau ia semakin kurus karena sakit, pinggangnya semakin mengecil saja. ia meminta Dae Young memeriksanya, tapi Dae Young tak berani.

"Oh, kau kan sudah menggunakan 'hadiahmu'. Sekarang, kau cerewet lagi." Ujar Myeong Ju.

Myeong Ju menyuruh Dae Young minggir dari hadapannya, wajah Dae Young jelek tau! Dae Young menjawab kalau ia minggir, mata Myeong Ju akan buta karena silau.

"Orang akan berpikiran bahwa kau ini sangat mencintaiku."

"Aku mencintaimu, Yoon Myeong Ju."

"Apa kau mau putus lagi? Apa kita putus sungguhan sekarang?"

"Aku mencintaimu. Aku sangat mencintaimu dan aku akan selalu mencintaimu."

Myeong Ju menjawab kalau Dae Young selalu saja meninggalkannya karena rasa cintanya itu. Dae Young menggeleng, mereka tak akan putus. Dae Young tak akan melakukannya lagi.

"Minggir. Kau membuatku buta saja." Kata Myeong Ju berkaca-kaca.

Saat Shi Jin dan Mo Yeon kencan di kedai kopi. Shi Jin memikirkan, jika diingat-ingat, ia dan Mo Yeon tak pernah mengucapkan, "Aku mencintaimu".

"Kita mengucapkannya dengan tubuh, bukan dengan kata-kata." Jelas Mo Yeon.

Shi Jin sampai tersedak saat minum kopinya. Mo Yeon melanjutkan kalau mereka  pegangan tangan, ciuman tanpa mengatakan "Aku mecintaimu". Daebak! Menurutnya, itu sangat keren.

"Kenapa wanita bisa mengatakan hal-hal seperti itu?" Heran Shi Jin.

"Aku memang permberani, kok."

Shi Jin mengajak Mo Yeon untuk mengucapkan kata-lkata itu. Di urut dari alfabet, karena Kang Mo yeon "K" sedangkan Ia Yoo Shi Jin "Y" maka Mo yeon harus mengatakan duluan. Mo Yeon mengelak yang ingin dengar duluan seharusnya mengucapkan duluan.

SHi Jin menggeleng, harus ladies first, Kalau begitu, sesuai usia saja?

"Kenapa kau memaksaku, sih? Kau juga tak pernah mengucapkannya." Protes Mo yeon.

"Aku Mencintaimu."

Mo yeon kaget, Shi Jin mengulangi lagi, Aku Mencintaimu.

"Roger. Aku juga mencintaimu. Aku akan selalu setia denganmu.

"Oke! Apa kau berjanji dengan sepenuh hatimu?" Tanya Shi Jin sambil mengangkat permen coklatnya.

"Iya, Pak." Jawab Mo Yeon.

Dan keduanya melakukan tos permen coklat. Lalu Mo Yeon menyelupkan permennya ke gelas minumnya. Shi Jin mencontohnya, Mo Yeon mengatakan kalau rasanya agak erotis.

"Kenapa wanita mengatakan itu? Masih belum larut, 'kan?" Balas Shi Jin.

Mo Yeon mendapat telfon dari Shi Jin, ia lasngsung keluar menemui Shi Jin. Mo Yeon mengira kalau Shi Jin datang 2 jam lebih cepat seperti sebelumnya tapi melihat ekspresi Shi Jin sepertinya tidak. Shi Jin membenarkan.

"Kau harus ke 'mall' lagi?"

"Ya."

Shi Jin menjelaskan kalau ini akan memakan waktu lama makanya ia datang, ia ingin melihat wajah Mo Yeon sebelum pergi. Mo Yeon tanya, berapa lama? Seminggu? Dua minggu?

"Tiga bulan." Jawab Shi Jin.

Mo Yeon kaget, tiga bulan? apa 'mall'-mmya di luar negeri. Shi jin membuat istilah baru, anggap saja kalau ia sedang wamil, mereka biasanya cuti seletah seratus hari.

"jadi, kau memintaku menunggu selama tiga bulan?"

"Jangan minum dengan pria lain.”

Mo Yeon mencoba tidak menangis tapi susuh. Shi Jin memeluknya, ia minta maaf karena memberi penderitaan ini pada Mo Yeon. Kalau begitu, Mo yeon memintanya untuk kembali dengan selamat dan tepat waktu.

"Aku tak akan terluka. Aku tak akan meti. AKu akan kembali. Aku janji."

Dan Shi Jin benar-benar pergi. Mo Yeon mengantarnya sampai mobil Shi Jin tak terlihat.

Setelah helikopter berangkat. Shi Jin melapor dan mendapat laporan balik kalau helikopter berikutnya akan tiba dalam 10 menit, Ia memberitahukan hal ini ke dae Young. Dae Young mengerti.

Dan.... Shoot!!!! Shi Jin tertembak, di pungggung. Dae Young membopong Shi Jin ke tempat yang aman. Ia mencoba menekan luka Shi Jin untuk mencegah pendarahan.

Di rumah sakit, Mo Yeon menggumamkan lagu kebangsaan Korea.

Di lokasi perang, Dae Young masih berusaha mencegah pendarahan pada luka Shi Jin. Shi Jin mengingat saat Kaptennya dulu yang mati tertembak di pelukannya.

"Ayo minum selama 72 Jam." Ajak sang kapten.

"Iya, saya akan datang." Jawab SHi Jin hari ini.

Dae Young menggoyang-goyangkanya menyuruhnya tetap sadar,, "Kapten! Lihat aku, jangan sampai kau kehilangan kesadaran!"

Lalu peluru datang lagi, kali ini mengenai Dae Young. Dae Young tersungkur,  ia duduk di belah Shi Jin. Shi Jin menutup matanya...

Dalam pesawat, Sersan Choi mencoba mengontak Shi Jin dan Dae Young namun tak ada jawaban. kemudian terlihat dari atas kalau lokasi Shi Jin dan dae Young meledak.

"Tidak! Kapten! Wakil Kapten! GO Back! Go Back! Andweeeeeeeeee!!!!!!!!!!! Aaaaaaaaa!!!!!!!" Teriak Sersan Choi, Im dan Gong bergantian.

Sersan Choi juga datang ke rumah sakit Haesung untuk menemui Mo Yeon. Mo Yeon mengira tadi Shi Jin yang datang. Mo Yeon tidakk percaya mendengar kabar yang disampaikan sersan Choi,, "Apa yang kau katakan?"

Myeong Ju juga mendengar kabar yang sama dari Sersan Kim.

"Laporan macam apa ini?” Tanyanya.

Cut Ke Mo Yeon

"AKu tidak mengerti, satupun yang kau katakan. Bagaimana ini?"

Cut Ke Myeong Ju.

"Berikan laporan yang benar. Seperti yang biasanya kau lakukan. Ulangi lagi. KU BILANG ULANGI LAGI!!"

Air mata Myeong Ju makin banyak di matanya dan sudah siap tumpah.

Begitu pula Mo Yeon. Sersan Choi menyerahan surat Shi Jin.

Mo Yeon membaca surat tersebut di lorong rumah sakit, sendirian.

"Sebelum menjalankan misi, kami menulis surat wasiat. Aku berharap kalau kau tak akan pernah membaca surat ini. Apabila kau membaca surat ini, itu artinya bahwa...  Aku tidak bisa menepati janjiku. Aku bilang jangan khawatir, Aku bilang aku tidak akan terluka, Aku bilang aku tidak akan mati, Aku bilang aku pasti kembali, Aku gagal menjaga semuanya. Aku minta maaf. Dimanapun kau berada kau akan selalu bersinar."

Mo Yeon berlari dan ia sekarang mengendarai mobil. ia menagis mengingat isi surat Shi Jin,

"Aku bertemu denganmu, dan aku jatuh cinta kepadamu. Dan beginilah bagaimana kita berpisah. Aku sangat minta maaf."

Mo Yeon akan menemui Komandan dengan membawa surat Shi Jin, tapi ia beralih saat melihat Myeong Ju menangis pilu. Mo Yeon mendekatinya.

"Kenapa kau disini? Kenapa kau menangis? Apa yang bisa aku lakukan jika kau menangis seperti ini?"

Myeong Ju makin keras menangisnya.

"Aku tidak bertanya apapun padamu. Aku berdoa sepanjang jalan kesini. Apa yang harus aku lakukan jika kau seperti ini? Ayahmu memiliki posisi tinggi? Apa dia sudah memastikannya? Dia bisa saja salah. Ini bisa jadi kesalahan diagnosis. Apa dia sudah mengecek semuanya?"

Myeong Ju tetap saja menangis, Mo yeon menyuruhnya untuk berhenti menangis dan jawab pertanyaannya. Mo Yeon menggoncang-goncang Myeong Ju, airmatanya mulai tumpah, dan ia melihat kalau Myeong Ju menggenggam surat Dae Young.

"Be... benarkah?"

Myeong Ju masih belum menjawabnya.

"Apa dia benar tidak akan kembali? Apa aku tidak akan...bisa melihatnya lagi? Apa dia benar-benar tidak akan kembali?" Tanya Mo yeon di sela tangisnya.

Myeong Ju mengangguk. Mo yeon terduduk lemas, dia menangis sampai sesenggukan.

Surat Shi Jin berlanjut.

"Jika aku boleh meminta, Aku berharap agar kau tak menagis terlalu lama. Hati-hatilah.. Kuatlah. Dan janan memikirkanku berlarut-larut. Aku mohon.”

Kehidupan Mo Yeon tetap berjalan seperti biasa, Ia tetap melakukan operasi dan disiarkan.

Mo Yeon minum wine dengan Ji Soo di ruangan Ji Soo. Ji Soo menasehati Mo Yeon untuk jangan banyak minum. Mo Yeon mengelak karena rasanya enak.

"Kau harus pulang hari ini. Kau sudah cukup lama menjadi dokter panggilan (kapanpun siap untuk melakukan operasi)? Pikirkan juga Dokter magang." Saran Ji Soo.

"Apa mereka menderita karena aku? Aku tak kepikiran sampai situ.

Mo Yeon ada operasi pagi ini. Ji Soo menyuruhnya untuk istirahat dari ruang operasi. Mo Yeon lagi-lagi mengelak karena ia adalah wanita seksi saat berada dalam ruang operasi.

Mo Yeon diam. Ji Soo bertanya ada apa. Mo Yeon hanya teringat sesuatu, ini dan itu. Mo Yeon berkaca-kaca. Air, wine, Lilin, Foto X-ray, karet gelang, mungkin ia sudah gak waras tapi ia tersenyum.

"Kenapa kau tertawa? Apa kau sudah gila sungguhan?" Canda Ji Soo.

Mo Yeon pikir ia sudah baik-baik saja tapi ia sungguh gila sekarang.

Mo Yeon berjalan di gurun, ia membawa tas yang diatasnya ada bunga. karena anginnya terlalu kencang Mo yeon berhenti senentar untuk mengikat rambutnya. Mo Yeon kembali teringat saat Shi Jin mengikatkan rambutnya, dan berkata kalau pacaran memang seperti itu, melakukan hal-hal yang bisa dilakukan sendiri oleh pasangan.

Mo Yeon sampai tumpukan batu-batu, ia meletakkan bunga diatas salah satu tumpukan batu. Mo Yeon menangis ia kembali mengingat percakapannya dengan SHi Jin.

Mo Yeon: Kenapa kau selalu menempatkan dirimu dalam bahaya pada setiap hal yang kau lakukan?

Shi Jin: Aku adalah petugas yang telaten. Dan bagian dari tugasku adalah untuk tidak mati.

"Pembohong." Kata Mo Yeon.

Mo Yeon teringat saat Shi Jin memeluknya sebelum pergi ke misi terakhir.

"Aku tak akan terluka. Aku tak akan mati. Aku pasti akan kembali. Aku berjanji padamu."

Tangisan Mo yeon semakin deras,,"Kenapa kau tega membohongiku?"

Shi Jin: Aku mencintaimu.

Mo Yeon terus saja teringat Shi Jin, ia sudah lelah,,"Jangan melucu lagi, aku tak percaya padamu."

Panggilan walkie-talkie dari masrkas. Mo Yeon masih menggunakan istilah Beauty (Ippeunie). Seseorang dari markas memanggilnya.

"Tolong bawa lidocaine saat kau pulang nanti."

"Ini adalah Beauty. Aku akan segera kembali. Over."

Mo Yeon mencoba meletakkan batu putih yang diambilnya bersama Shi Jin di pantai  kapal karam. Tapi batunya nakal, jatuh mulu saat diletakkan. sampai tiga kali.

"Jangan bergerak, oke?"

Walkie-talkie Mo Yeon bunyi, kresek-kresek kemudian.... "Big Boss memanggil."

Mo Yeon menjatuhkan walkie-talkinya, ia bingung, lalu ia mengambil ponselnya, mengecek pesan yang ia kirim untuk Shi Jin. Mo Yeon melihat kesekitar, ia tak percaya kalau ia selalu saja mendengar hal-hal yang aneh belakangan ini.

tapi secara ajaib, pesan yang selama ini ia kirimkan untuk Shi Jin ternyata berubah dari 'belum dibaca' menjadi 'dibaca'.

"Big Boss memanggil." Walkie-talkie kembali berbunyi, itu jelas suaranya Shi Jin.

Mo Yeon mendengar suara helikopter.

"Ippeunie, tolong berbalik. Over." Perintah Shi Jin melalui walkie-talkie.

Mo Yeon pun berbaik, disana tak ada siapa-siapa tapi lama-lama terlihat lah sosok laki-laki familiar dari ujung bukit.

"Tidak mungkin. Tidak mungkin. Tidak mungkin." Gumam Mo Yeon.

Mo Yeon mendekat ke arah Shi Jin, awalnya ia berjalan namun ia tak sabar dan memutuskan untuk berlari.

Mo Yeon terjatuh. Shi Jin menjatuhkan bawaannya, ia berlari menuju Mo Yeon lalu membantunya bangun.

Shi Jin berkaca-kaca,,"Sudah lama tak berjumpa, ya?"

"Kau... Kau masih hidup?" Mo Yeon masih sulit percaya.

"Aku sempat kesulitan menjaga janjiku untuk tetap selamat."

Lalu Shi Jin memeluknya. Mo Yeon menagis di pelukan Shi Jin... "Aku mencintaimu, aku bilang aku mencintaimu."

Myeong Ju jalan-jalan keluar.

Narasi Mo Yeon: Hari itu, Letnan Yoon mengatakan kalau itu adalah salju pertama selama 100 tahun. dan... bahwa pria itu perjalan menembus salju.

Dae Young datang dengan tangan digendong kain. Ia mendekati Myeong Ju, mereka saling bertatapan dan saling mengalirkan airmata.

"Maaf, aku membutuhkan waktu lama untuk menjawabnya, kita tidak berpisah. AKu tidak akan berpisah denganmu lagi."

Myeong Ju memukuli Dae Young. Dae Young menciumnya, Myeong Ju melepaskannya. Dae Young menerima semua pukulan itu dan setelah Myeong Ju agak tenangan, ia menciumnya lagi, kali ini Myeong Ju menerimanya.

Mo Yeon meletakkan batu diatas batu yang lebih besar.

"Kita sungguh kembali ke sini." Kata Mo Yeon.

"Aku senang sekali bisa berada di sini denganmu sekarang." Balas Mo Yeon.

"Karena kau, aku tak bisa ke sini dengan pria tampan lain."

"Pria lain?"

"Apa menurutmu aku akan ke sini sendirian? Menyia-nyiakan kecantikanku? Aku tak berani datang ke sini sendirian."

Mo Yeon kabur, Shi Jin mengejarnya. Mo Yeon melihat kapal karam dibelakang mereka itu seperti foto X-Ray. Ngomong-ngomong soal foto X-Ray, ia jadi teringat foto Shi Jin.

Jadilah Mo Yeon menyuruh Shi Jin diam agar ia bisa mengambil gambar Shi Jin. Angle yang sempurna. Mo Yeon menjelaskan pada Shi Jin kalau ia hanya punya foto X-Ray Shi Jin dan ia sudah melihatnya ribuan kali.

"Aku tak akan memaafkanmu, bahkan jika kau merayuku begitu." Tegas Shi Jin.

"Bukannya di pantai, kita sering bermain, "Coba tangkap aku"? Tangkap aku jika kau bisa!"

"Kau akan tamat jika aku menangkapmu nanti."

Mereka akhirnya kejar-kejaran. Mo Yeon menyuruhnya berhenti lagi, ia tanya, kapan mereka akan pulang. Shi Jin menjawab kalau perahu yang mereka tumpangi udah segede kapal yang karam dibelkang mereka.

"Benarkah? Aku berada di pulau terpencil dengan seorang pria! Daebak!"

Malam pun tiba, Shi Jin menatap bintang jatuh, diikuti Mo Yeon. Mo Yeon terkagum-kagum, sungguh cantik, baru kali ini ia bisa melihat bintang jatuh.

"Kau apakan semua bintang itu? Kenapa rasanya semua bintang bersinar terang dihadapanku?"

"Kau tak mau membuat keinginan?"

Mo Yeon sudah membuatnya. Shi Jin bertanya lagi, dengan mulut terbuka begitu. Mo Yeon tersenyum lalu ia meminta SHi Jin untuk bangkit dan mengambilkannya satu bitang.

"Aku sudah mengambil satu bintang, dan bintang itu duduk di sampingku."

Mo Yeon tersenyum lebar,,"Katakan sekali lagi."

"Kau begitu berkilauan."

"Katakan sekali lagi."

"Hidupku tiba-tiba... sangat berkilauan sekarang ini."

"Tak usah memujiku."

"Bagaimana mungkin seorang wanita sepertimu menjadi milikku?"

“Kau harus tetap menemuiku di kehidupan selanjutnya."

"Kau berjanji, Ya!"

Mo Yeon mengangguk, Lalu Shi Jin bertanya apa keinginan Mo yeon tadi. Mo Yeon menjawab kalau Shi Jin pasti akan terkejut. Shi Jin jadi makin penasaran

"Aku ingin, pria ini menciumku. Apa keinginanku akan terkabul?"

"Akan ada selalu jalan untuk bisa menciummu."

Dan Shi Jin mencium Mo Yeon. setelahnya ia mengatakan kalau ia mencintai Mo Yeon. Mo Yeon menjawab ia juga.

"Itu adalah pertanyaan, loh." Peringatan Shi Jin.

"Aku mencintaimu. Itu lah jawabanku."

"Aku juga."

Kiss lagi.



2 komentar

avatar

Akhirnya diposting jg part-2nya, kirain Diana udah lupa.. Gomawo ya!

avatar

Chinggu ya, makasih...
Yang beru balik dari liburan semangat lagi pastinya.
Ukeh, paket data baru tak isi,siap meluncur di kdramarecap-nya Ega.
Hwaiting!!

Click to comment